CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (55)
Setelah puas berkeliling Istana Gyeongbok dan menyaksikan momen upacara pergantian prajurit istana yang ditunggu-tunggu, Al dan Dina memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya.Al merasakan langkah kaki Dina mulai melambat, wajahnya pun terlihat penat."Kamu nggak apa-apa, Din?" tanya Al khawatir"Nggak apa-apa, A'," cuma perut Dina agak kram," keluh Dina yang akhirnya menyampaikan apa yang tengah dirasakan."Kenapa nggak bilang dari tadi, Din?"Dina hanya meringis, "Hanya kram biasa kok, A'," jawab Dina ragu, pasalnya ia hampir tak pernah mengalami kram perut sebab berjalan terlalu jauh, karena ia termasuk seseorang yang gemar berolahraga. Biasanya ia hanya merasakan kram saat mensturasi, tapi saat ini bukan jadwal mensturasinya, ia bisa tahu iyu sejak mengkonsumsi pil KB kombinasi."Ya sudah, kita istirahat dulu aja, cari tempat makan terdekat sambil makanKeduanya melanjutkan langkah dengan saling merangkul, Al merangkul pundak istrinya, sedangkan Dina merangkul perut suaminya. Keduanya melangkah maju dengan penuh semangat.Saat baru memasuki Namsan Tower, Al dan Dina langsung disambut oleh Hanbok Culture Experience Center yang terletak di Lobi, tempat yang khusus melayani jasa penyewaan hanbok beserta aksesorisnya sekaligus jasa photographynya. Tentu saja hal itu membuat Dina berbinar."Mau nyewa baju lagi?" tanya Al menebak melihat ekspresi istrinya.Dina terkekeh, "Nggak kok, A', kan tadi sudah," jawab Dina. "Kita lihat-lihat koleksinya aja ya, A'," ajak Dina yang disetujui oleh Al.Namun saat tengah asyik melihat koleksi Hanbok, mereka mendapat info, bahwa di sana juga terdapat Traditional Wedding Experience yang bisa memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk mengenakan pakaian pengantin tradisional korea dan berfoto dengan bantuan fotografer profesional.Jelas saja hal itu mem
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (56)Setelah mengunci gemboknya, Dina segera bersiap untuk melempar kuncinya sejauh mungkin. Sejenak Dina memandang kunci di tangannya, kemudian menggenggamnya dan mendekapnya dalam dada."Ya Allah, kulempar kunci ini sejauh mungkin, sebagai simbol betapa tingginya harapan hamba pada-Mu ini. Hamba mohon, izinkan hamba menjadi seorang ibu dari anak-anak suami hamba, berikanlah rizki itu melalui cara terbaikMu, tanpa membuatku mendurhakainya, dan tanpa membuatnya kecewa, bukalah hatinya agar mampu melihat dan merasakan indahnya memiliki keturunan. Aamiin."Setelah selesai menyampaikan harap, Dina mencium kunci dalam genggaman, kemudian mengangkat tangan tinggi-tinggi bersiap untuk melemparkannya. Namun tiba-tiba, sebuah tangan kekar mencekalnya."Aa'?" gumam Dina heran, ia berusaha melepas tangannya dari cekalan Al."Lepas, A', Dina mau lempar kuncinya," pinta Dina."Nggak perlu kamu l
"Kelihatannya kamu belum begitu Vit, Din. Kita periksa aja ya?" ajak Al."Nggak usah, A', nggak darurat juga. Lagian nggak enak periksa di tempat asing. Dina hanya perlu istirahat dan olah raga aja sih, A'," jawab Dina."Ya sudah, kalau gitu besok kamu fokus pemulihan, kita istirahat di hotel saja, dan nggak usah dulu keluar-keluar, karena lusa kita sudah harus terbang ke Jeju. Besok pagi saya akan ajak kamu olah raga di pusat kebugaran yang tersedia di hotel ini." Al menyampaikan ultimatumnya."Iya, Suamiku sayang, makasih ya, sudah perhatian sama istrinya," ucap Dina dengan binar penuh cinta."Kamu nggak usah kege-eran, saya bukan perhatian, hanya antisipasi nggak mau direpotkan," jawab Al gengsi."Terserah Aa' aja deh mau nyebutnya apa, yang jelas Dina seneng," jawab Dina riang. Sedangkan Al hanya meliriknya tak suka."Di bawah ada jasa Spa, gimana kalau kamu Spa aja? biar lebih rilex, setelah itu kita berendam di kolam air pa
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (57)Pagi ini adalah hari ke-tiga Al dan Dina menghabiskan waktu bulan madunya di Pulau Jeju. Mereka telah menghabiskan waktu untuk berkeliling mengunjungi beberapa destinasi wisata yang popular di sana, di antaranya Udo, Pantai Hamdeok, Gua Manjang dan Pantai Hyeopjae.Dan hari ini, keduanya memutuskan untuk fokus beristirahat sebelum kembali ke Indonesia.Al membuka matanya bersamaan dengan sinar matahari yang menyilaukannya melalui sela-sela pintu kayu sliding yang transparan. Setelah sholat shubuh, Dina yang merasa lelah kembali memejamkan matanya, sedangkan Al yang berada di sisinya, tak ada pilihan lain selain mengikuti jejak istrinya.Al mengedarkan pandangan, menatap sudut hotel yang sudah tiga hari ia singgahi. Hotel di Jeju ini suasananya lebih nyaman dan asri, desain arsitekturnya lebih berseni, dengan mengusung tema classic membuatnya tampak istimewa, desain interior khas rumah traditional kore
"Kalau Aa' sendiri nggak fokus kenapa?" lanjut Dina membuat Al seolah tersadar ia telah salah dalam berkata."Ya ... Nggak apa-apa, karena Reno yang nggak nyambung aja," jawab Al beralibi."Tapi tadi Aa' bilangnya sama-sama nggak fokus, artinya bukan karena Kak Reno, dong? Tapi karena memang ada yang mengganggu pikiran Aa'," tebak Dina yang seolah mulai mengetahui maksud suaminya.Al melepas dekapannya pada Dina, kemudian berjalan dan duduk di kursi yang menghadap view alam hijau nan asri."Mana ada saya bilang gitu? ngarang kamu! Sudah lah nggak usah dibahas, nggak penting juga buat kamu," balas Al berusaha mengalihkan pembicaraan.Dina tersenyum dalam hati, kemudian menyusul duduk di kursi berbahan anyaman bambu di sisi suaminya."Masa sih, A'? Atau jangan-jangan Aa' nggak fokus karena Dina yang dipingit Oma ya? Aa' sibuk mikirin Dina yang pergi 'kan? Sama kayak Kak Reno yang sibuk mikirin Vio. Iya, kan, A'? Ngaku deh!" goda Di
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (58)Al dan Dina keluar dari ruangan dokter dengan perasaan yang entah, terlebih Alfaro, raut wajahnya terlihat begitu menahan emosi dalam diri. Lelaki itu bahkan berjalan cepat meninggalkan istrinya di belakang. Dadanya bergemuruh hebat, mendapati sebuah kenyataan yang selama ini paling ditakutkannya."Kenapa, Din? Kenapa hal ini bisa terjadi? Baru saja saya ingin membuka hati untuk sedikit demi sedikit mengikis keegoisan diri sehingga bisa menerima keinginanmu, tapi mengapa kamu justru mengecewakan saya? Tidak bisakah kamu lebih bersabar menanti hari itu tiba?" batinnya seraya terus melangkah lebar-lebar menuju parkiran rumah sakit.Sedangkan Dina, ia terus berusaha mengimbangi langkah lebar suaminya, menahan segala sakit yang dirasa. Belum sembuh rasa nyeri di perutnya, kini ditambah dengan rasa nyeri di hatinya. Melihat suaminya dengan wajah memerah dan mendiamkannya tanpa sepatah kata, membuat hatinya begitu nyeri tak terkira."Ya Allah .
Hal yang berbeda dirasakan oleh Alfaro, suami Dina itu justru menyangkal kehamilan Dina. Baginya tak mungkin Dina bisa hamil, sebab mereka sudah taat menggunakan alat kontrasepsi untuk sengaja menunda kehamilan.Sebuah fakta yang benar-benar mengguncang hatinya, tak hanya terkejut dan kecewa, tapi rasa takut dan traumanya jauh lebih besar, hal itu yang kemudian melatarbelakangi sikapnya yang menyangkal dan sulit mempercayai kehamilan Dina.Tak lama kemudian, mobil yang disewa Al sampai di pelataran Hallagung Hanok Hotel, keduanya kemudian turun dan berjalan menuju kamar dengan masih dalam kondisi saling diam.Al membuka pintu kamar diikuti Dina di belakangnya, ia segera melepas pakaian dan beberapa atribut musim dinginnya, kemudian meletakkannya asal.Dina yang semula hanya berdiri mematung di ambang pintu, kini mulai mendekat ke arah suaminya. Dina duduk di sisi Al yang tengah berada di tapi ranjang, kemudian mencoba menyentuh tangan suaminya, namun Al segera menarik tangannya dan me
# 59.Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (59)"Jadi bagaimana, Dok?" tanya Al pada dokter yang sedang memeriksa perut Dina dengan memandang ke layar monitor.Dokter itu tersenyum, kemudian menjawab pertanyaan Al "Benar, Pak. Istri Bapak sedang mengandung. Bapak lihat ini? Ini kantung kehamilannya sudah terlihat ya, untuk janinnya ini masih sangat kecil, karena menurut perkiraan USG, usia kandungannya masih 6-7 minggu," jelas dokter membuat Al semakin tak percaya."6-7 minggu, Dok? Saya saja baru menikah hampir satu bulan. Dan saya yakin istri saya gadis saat saya nikahi, jadi tidak mungkin saya menikahinya dalam kondisi hamil!" protes Al membuat dokter tersenyum. "Begini, Pak. Untuk usia kandungan, memang tidak dihitung berdasarkan kapan sel telur itu dibuahi, atau kapan bapak melakukannya. Akan tetapi dihitung sejak hari pertama haid terakhir si ibu. Mungkin saat hari pernikahan Ibu sudah mendekati siklus haidnya, kemudian saat itu langsung terjadi pembuahan, maka dari itu, i
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj