# 59.Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (59)"Jadi bagaimana, Dok?" tanya Al pada dokter yang sedang memeriksa perut Dina dengan memandang ke layar monitor.Dokter itu tersenyum, kemudian menjawab pertanyaan Al "Benar, Pak. Istri Bapak sedang mengandung. Bapak lihat ini? Ini kantung kehamilannya sudah terlihat ya, untuk janinnya ini masih sangat kecil, karena menurut perkiraan USG, usia kandungannya masih 6-7 minggu," jelas dokter membuat Al semakin tak percaya."6-7 minggu, Dok? Saya saja baru menikah hampir satu bulan. Dan saya yakin istri saya gadis saat saya nikahi, jadi tidak mungkin saya menikahinya dalam kondisi hamil!" protes Al membuat dokter tersenyum. "Begini, Pak. Untuk usia kandungan, memang tidak dihitung berdasarkan kapan sel telur itu dibuahi, atau kapan bapak melakukannya. Akan tetapi dihitung sejak hari pertama haid terakhir si ibu. Mungkin saat hari pernikahan Ibu sudah mendekati siklus haidnya, kemudian saat itu langsung terjadi pembuahan, maka dari itu, i
Hap!Dengan sigap Al menangkap Dina dari belakang, kemudian menggendongnya ke mobil."Minta air mineral, Pri!" titah Al pada Supri sesaat setelah menyandarkan Dina di kursi mobil.Supri segera menyodorkan air mineral pada Tuannya, tak lupa dengan membuka segelnya terlebih dahulu agar lebih memudahkan.Dengan cekatan Al memberikan air mineral tersebut kepada Dina, membantunya meminum air seteguk demi seteguk untuk mengembalikan kesadarannya."Kenapa bisa sampai mau jatuh gitu sih?" tanya Al perhatian tetapi tetap dengan nada sinis."Nggak tau, A', tiba-tiba kepalaku pusing, terus badan jadi lemas," jawab Dina lemah."Itu pasti karena efek kamu hamil. Mangkanya saya bilang sejak awal! Nggak usah hamil, repot kan jadinya?" jawab Al meluapkan kekesalannya."Aa' kenapa bicara seperti itu sih? Istighfar, A', ini pemberian Allah, kenapa Aa' terkesan menyalahkan takdir Allah?" ucap Dina yang merasakan sakit hati mendengar ucapan suaminya."Iya, memang pemberian Allah, tapi untuk kamu, bukan
"Non Dina jangan sedih ya, yang namanya hidup berumah tangga itu pasti akan ada saja ujiannya, apalagi di saat-saat usia pernikahan masih seumur jagung begini, itu sudah sangat wajar, karena kalian pasti masih berproses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain.Maaf, kalau Bibi terdengar lancang telah menasihati majikan Bibi, bukan bermaksud menggurui, Bibi hanya ingin berbagi pengalaman saja, Non," ucap Bi Ina hati-hati."Nggak apa-apa, Bi, Makasih ya karena sudah mau berbagi sama Dina, pelajaran yang Bibi sampaikan sangat bermanfaat, sekali lagi terima kasih, ya?" ucap Dina ramah.Bi Ina tersenyum, " sama-sama, Non, pokoknya Bi Ina doakan yang terbaik buat Non dina dan Tuan Muda."Aamiin.""Dan Bi Ina cuma mau kasih tahu, kalau memang Tuan Muda sedang ada masalah, biasanya beliau menghabiskan waktunya di ruang kerja," jawab Bi Ina menyadarkan Dina bahwa ada satu ruangan yang dilewatkan."Ruang kerja ya, Bi?""
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (60)Waktu menunjukkan pukul 4 sore saat Dina mengerjapkan matanya, pertanda ia baru saja bangun dari tidurnya. Seharian ini Dina menggunakan waktunya untuk berisitirahat demi memulihkan kondisinya, sesuai saran suaminya.Sedangkan Al? Suami Dina itu memutuskan untuk masuk kerja, walau sejujurnya ia juga lelah sebab baru datang dari Korea dan langsung menhadapi segala permasalahan yang ada, tetapi, masuk kerja dan mengalihkan pikiran dengan mengurus pekerjaan menjadi pilihan terbaiknya."Sudah jam 4, tumben Aa' Al belum pulang?" batin Dina, biasanya suaminya itu selalu pulang lebih awal dengan berbagai alasannya yang mengada-ngada, tapi hari ini, batang hidungnya tak kunjung terlihat.Sejenak Dina kembali tersadar, bahwa semuanya telah berubah, sejak ada janin yang hidup di dalam rahimnya."Ternyata benar kata orang-orang tua, tidak ada pernikahan yang sempurna, dan setiap pernikahan memiliki masa
"Kok bisa? Bukannya kalian KB?"tanya Reno yang memang sedikit banyak tahu tentang trauma sahabatnya itu."Entahlah, semuanya benar-benar sudah terjadi, Ren," jawab Al tertunduk sedih.Reno menghela nafasnya panjang, "Gua tau, lo butuh waktu untuk bisa menerima semua ini, Al, tapi gua yakin lo pasti bisa.""Gua takut, Ren. Gimana kalau anak gue bernasib seperti gue?""Coba lo lebih berpikir positif, gimana bahagianya kalau lo bisa punya anak dan hidup bahagia bersama keluarga lo? Apa lo nggak pengen punya keluarga yang utuh?" jawab Reno membalikkan pertanyaan Al.Al terdiam."Ini kesempatan buat lo, Al, kesempatan untuk lo memberikan apa yang dulu nggak pernah lo dapat ke anak lo. Gue memang bukan cenayang yang bisa menerawang kehidupan masa depan lo, tapi apa salahnya positif thinking?" lanjut Reno lagi."Nggak semudah itu, Ren!""Gua tahu, Al. Tapi lo harus coba," jawab Reno membuat Al menghela nafasnya panjang
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (61)Al memasuki kamarnya dengan langkah penuh semangat, membuka pintu cepat hingga membuat Dina yang baru menyelesaikan sholatnya terjingkat."Aa', baru pulang?" tanya Dina seraya mendekat ke arah suaminya, mengambil alih tas di tangannya, kemudian mencium tangannya penuh hormat."Saya belum sempat cuci tangan tadi, Din," jawab Al merasa tak enak Dina menciumi tangannya."Nggak apa-apa, A', bagaimanapun kondisi tangan suami, apa lagi baru datang dari mengais rizki, insyaAllah penuh keberkahan. Aa' mau istirahat atau mau disiapkan makan dulu?" tawar Dina ramah, sama seperti biasanya, tak ada yang berubah, hanya pandangannya yang sedikit terlihat sendu, seolah tengah menyimpan sebuah kesedihan mendalam."Gimana kondisi kamu?" tanya Al balik tanpa menjawab pertanyaan Dina."Alhamdulillah, A', sudah mendingan," jawan Dina."Syukurlah. Apa orang hamil memang seperti itu? Cepat sakitn
"Astaghfirullah, A', istighfar, nggak seharusnya menyalahkan keadaan seperti itu," ujar Dina berusaha mengingatkan."Saya hanga berbicara kenyataan," jawab Al sambil berlalu, namun baru tiga langkah ia beranjak, Al membalikkan badannya."Oiya, nanti malam kamu pakai hadiah dari Vio, ya? Saya mau menemui Oma dulu," ucap Al kemudian dengan kecepatan cahaya ia menghilang dari hadapan Dina.Dina menghela nafas berat kemudian menggelengkan kepala, "Bagaimana mungkin suamiku itu bersikap menyebalkan sekaligus menggemaskan dalam satu waktu?" batinnya heran, kemudian segera menyusul Al menemui Oma.Sesampainya di ruang tamu, Oma Rose langsung menyambut Al, memeluknya penuh haru, "Selamat ya, calon daddy. Terima kasih karena sudah mendengarkan saran Oma," ungkap Oma Rose dengan sependek pengetahuannya."Oma tumben ke sini nggak bilang-bilang? Mau ngapain?" tanya Al mengabaikan ungkapan selamat Oma."Ya mau jengukin cucu dan calon cicit Om
CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (62)Waktu menunjukkan pukul 08.00 malam saat Oma berpamit pulang dari rumah Alfaro. Sejak sore tadi, Oma Rose dan Dina menghabiskan waktunya untuk saling bercerita, Oma meminta Dina untuk menceritakan bagaimana bulan madu mereka selama di Korea, mereka juga asyik bercerita tentang destinasi-destinasi wisata yang dikunjungi Al dan Dina selama berbulan madu di Korea.Sedangkan Alfaro lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdiam, bahkan terkesan menghindar dari Oma. Ia malah berdiam diri di tempat kerja, sibuk dengan laptopnya entah melakukan apa.Oma memutuskan untuk berpamit setelah makan malam bersama dengan menu mie ramen khas Korea yang Dina bawa sebagai oleh-oleh."Dina tuh baru tahu deh, A', kalau Vio ternyata masih di Surabaya," ucap Dina seraya berjalan beriringan dengan suaminya menuju kamar, setelah mengantar Oma sampai ke gerbang keluar."Iya, sepertinya Vio memang sengaja melakukan
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj