Hal yang berbeda dirasakan oleh Alfaro, suami Dina itu justru menyangkal kehamilan Dina. Baginya tak mungkin Dina bisa hamil, sebab mereka sudah taat menggunakan alat kontrasepsi untuk sengaja menunda kehamilan.Sebuah fakta yang benar-benar mengguncang hatinya, tak hanya terkejut dan kecewa, tapi rasa takut dan traumanya jauh lebih besar, hal itu yang kemudian melatarbelakangi sikapnya yang menyangkal dan sulit mempercayai kehamilan Dina.Tak lama kemudian, mobil yang disewa Al sampai di pelataran Hallagung Hanok Hotel, keduanya kemudian turun dan berjalan menuju kamar dengan masih dalam kondisi saling diam.Al membuka pintu kamar diikuti Dina di belakangnya, ia segera melepas pakaian dan beberapa atribut musim dinginnya, kemudian meletakkannya asal.Dina yang semula hanya berdiri mematung di ambang pintu, kini mulai mendekat ke arah suaminya. Dina duduk di sisi Al yang tengah berada di tapi ranjang, kemudian mencoba menyentuh tangan suaminya, namun Al segera menarik tangannya dan me
# 59.Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (59)"Jadi bagaimana, Dok?" tanya Al pada dokter yang sedang memeriksa perut Dina dengan memandang ke layar monitor.Dokter itu tersenyum, kemudian menjawab pertanyaan Al "Benar, Pak. Istri Bapak sedang mengandung. Bapak lihat ini? Ini kantung kehamilannya sudah terlihat ya, untuk janinnya ini masih sangat kecil, karena menurut perkiraan USG, usia kandungannya masih 6-7 minggu," jelas dokter membuat Al semakin tak percaya."6-7 minggu, Dok? Saya saja baru menikah hampir satu bulan. Dan saya yakin istri saya gadis saat saya nikahi, jadi tidak mungkin saya menikahinya dalam kondisi hamil!" protes Al membuat dokter tersenyum. "Begini, Pak. Untuk usia kandungan, memang tidak dihitung berdasarkan kapan sel telur itu dibuahi, atau kapan bapak melakukannya. Akan tetapi dihitung sejak hari pertama haid terakhir si ibu. Mungkin saat hari pernikahan Ibu sudah mendekati siklus haidnya, kemudian saat itu langsung terjadi pembuahan, maka dari itu, i
Hap!Dengan sigap Al menangkap Dina dari belakang, kemudian menggendongnya ke mobil."Minta air mineral, Pri!" titah Al pada Supri sesaat setelah menyandarkan Dina di kursi mobil.Supri segera menyodorkan air mineral pada Tuannya, tak lupa dengan membuka segelnya terlebih dahulu agar lebih memudahkan.Dengan cekatan Al memberikan air mineral tersebut kepada Dina, membantunya meminum air seteguk demi seteguk untuk mengembalikan kesadarannya."Kenapa bisa sampai mau jatuh gitu sih?" tanya Al perhatian tetapi tetap dengan nada sinis."Nggak tau, A', tiba-tiba kepalaku pusing, terus badan jadi lemas," jawab Dina lemah."Itu pasti karena efek kamu hamil. Mangkanya saya bilang sejak awal! Nggak usah hamil, repot kan jadinya?" jawab Al meluapkan kekesalannya."Aa' kenapa bicara seperti itu sih? Istighfar, A', ini pemberian Allah, kenapa Aa' terkesan menyalahkan takdir Allah?" ucap Dina yang merasakan sakit hati mendengar ucapan suaminya."Iya, memang pemberian Allah, tapi untuk kamu, bukan
"Non Dina jangan sedih ya, yang namanya hidup berumah tangga itu pasti akan ada saja ujiannya, apalagi di saat-saat usia pernikahan masih seumur jagung begini, itu sudah sangat wajar, karena kalian pasti masih berproses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain.Maaf, kalau Bibi terdengar lancang telah menasihati majikan Bibi, bukan bermaksud menggurui, Bibi hanya ingin berbagi pengalaman saja, Non," ucap Bi Ina hati-hati."Nggak apa-apa, Bi, Makasih ya karena sudah mau berbagi sama Dina, pelajaran yang Bibi sampaikan sangat bermanfaat, sekali lagi terima kasih, ya?" ucap Dina ramah.Bi Ina tersenyum, " sama-sama, Non, pokoknya Bi Ina doakan yang terbaik buat Non dina dan Tuan Muda."Aamiin.""Dan Bi Ina cuma mau kasih tahu, kalau memang Tuan Muda sedang ada masalah, biasanya beliau menghabiskan waktunya di ruang kerja," jawab Bi Ina menyadarkan Dina bahwa ada satu ruangan yang dilewatkan."Ruang kerja ya, Bi?""
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (60)Waktu menunjukkan pukul 4 sore saat Dina mengerjapkan matanya, pertanda ia baru saja bangun dari tidurnya. Seharian ini Dina menggunakan waktunya untuk berisitirahat demi memulihkan kondisinya, sesuai saran suaminya.Sedangkan Al? Suami Dina itu memutuskan untuk masuk kerja, walau sejujurnya ia juga lelah sebab baru datang dari Korea dan langsung menhadapi segala permasalahan yang ada, tetapi, masuk kerja dan mengalihkan pikiran dengan mengurus pekerjaan menjadi pilihan terbaiknya."Sudah jam 4, tumben Aa' Al belum pulang?" batin Dina, biasanya suaminya itu selalu pulang lebih awal dengan berbagai alasannya yang mengada-ngada, tapi hari ini, batang hidungnya tak kunjung terlihat.Sejenak Dina kembali tersadar, bahwa semuanya telah berubah, sejak ada janin yang hidup di dalam rahimnya."Ternyata benar kata orang-orang tua, tidak ada pernikahan yang sempurna, dan setiap pernikahan memiliki masa
"Kok bisa? Bukannya kalian KB?"tanya Reno yang memang sedikit banyak tahu tentang trauma sahabatnya itu."Entahlah, semuanya benar-benar sudah terjadi, Ren," jawab Al tertunduk sedih.Reno menghela nafasnya panjang, "Gua tau, lo butuh waktu untuk bisa menerima semua ini, Al, tapi gua yakin lo pasti bisa.""Gua takut, Ren. Gimana kalau anak gue bernasib seperti gue?""Coba lo lebih berpikir positif, gimana bahagianya kalau lo bisa punya anak dan hidup bahagia bersama keluarga lo? Apa lo nggak pengen punya keluarga yang utuh?" jawab Reno membalikkan pertanyaan Al.Al terdiam."Ini kesempatan buat lo, Al, kesempatan untuk lo memberikan apa yang dulu nggak pernah lo dapat ke anak lo. Gue memang bukan cenayang yang bisa menerawang kehidupan masa depan lo, tapi apa salahnya positif thinking?" lanjut Reno lagi."Nggak semudah itu, Ren!""Gua tahu, Al. Tapi lo harus coba," jawab Reno membuat Al menghela nafasnya panjang
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (61)Al memasuki kamarnya dengan langkah penuh semangat, membuka pintu cepat hingga membuat Dina yang baru menyelesaikan sholatnya terjingkat."Aa', baru pulang?" tanya Dina seraya mendekat ke arah suaminya, mengambil alih tas di tangannya, kemudian mencium tangannya penuh hormat."Saya belum sempat cuci tangan tadi, Din," jawab Al merasa tak enak Dina menciumi tangannya."Nggak apa-apa, A', bagaimanapun kondisi tangan suami, apa lagi baru datang dari mengais rizki, insyaAllah penuh keberkahan. Aa' mau istirahat atau mau disiapkan makan dulu?" tawar Dina ramah, sama seperti biasanya, tak ada yang berubah, hanya pandangannya yang sedikit terlihat sendu, seolah tengah menyimpan sebuah kesedihan mendalam."Gimana kondisi kamu?" tanya Al balik tanpa menjawab pertanyaan Dina."Alhamdulillah, A', sudah mendingan," jawan Dina."Syukurlah. Apa orang hamil memang seperti itu? Cepat sakitn
"Astaghfirullah, A', istighfar, nggak seharusnya menyalahkan keadaan seperti itu," ujar Dina berusaha mengingatkan."Saya hanga berbicara kenyataan," jawab Al sambil berlalu, namun baru tiga langkah ia beranjak, Al membalikkan badannya."Oiya, nanti malam kamu pakai hadiah dari Vio, ya? Saya mau menemui Oma dulu," ucap Al kemudian dengan kecepatan cahaya ia menghilang dari hadapan Dina.Dina menghela nafas berat kemudian menggelengkan kepala, "Bagaimana mungkin suamiku itu bersikap menyebalkan sekaligus menggemaskan dalam satu waktu?" batinnya heran, kemudian segera menyusul Al menemui Oma.Sesampainya di ruang tamu, Oma Rose langsung menyambut Al, memeluknya penuh haru, "Selamat ya, calon daddy. Terima kasih karena sudah mendengarkan saran Oma," ungkap Oma Rose dengan sependek pengetahuannya."Oma tumben ke sini nggak bilang-bilang? Mau ngapain?" tanya Al mengabaikan ungkapan selamat Oma."Ya mau jengukin cucu dan calon cicit Om