Tika benar-benar sudah memutuskan bahwa dia akan membawa Alisa untuk bertemu dengan psikiater, atau psikolog. Wanita itu membutuhkan teman untuk bercerita saat ini. Kebetulan Tika memiliki teman di bidang tersebut, jadi dia membawa Alisa untuk bertemu dengan salah satu dari mereka. "Kita, mau kemana?" tanya Alisa saat mereka hendak pergi. Sudah beberapa hari ini Alisa tinggal di rumah Tika. Wanita itu memintanya untuk membantu pekerjaan rumah dan itu pun nanti, setelah dia sehat dan lepas masa nifas, baru Tika mengijinkannya untuk melakukan hal tersebut. "Kita akan bertemu temanku. Jadi temani aku, oke?" kata Tika dengan penuh senyuman. "Lalu bagaimana dengan Abidzar?" tanya Alisa yang memikirkan keadaan putranya jika mereka pergi. "Tidak! aku tidak ingin pergi. Walau aku belum bisa mengendalikan diriku dengan baik, tapi aku tidak akan pernah meninggalkan putraku begitu saja. Aku tidak ingin pergi, Tika." jelas Alisa karena dia tidak ngambil pergi meninggalkan putranya begitu s
Damian mulai menemukan titik terang dimana keberadaan Alisa setelah berjuang keras selama ini. Akhirnya setelah sekian lama, mereka bisa menemukan titik terang dimana keberadaan Alisa. Mengetahui hal itu membuat Damian langsung berangkat saat itu juga dan meninggalkan semua pekerjaan yang di London. Saat ini tidak ada yang lebih penting lagi daripada, Alisa. Dia benar-benar harus mencari tahu di mana keberadaan wanita itu. Kini, dia sudah sampai di tempat di mana Alisa tinggal karena kemarin dia mendapatkan kabar dari anak buahnya bahwa wanita yang dicarinya tinggal di lingkungan ini. Melihat lingkungan tempat tinggal Alisa membuat hatinya terasa teriris. Bagaimana bisa dia membiarkan wanita yang telah dinodai nya tinggal di tempat kumuh seperti ini. Hatinya benar-benar merasa sakit saat mengetahui tempat ini. Damian berjalan bersama dengan kedua anak buahnya, untuk mencari tahu di mana tempat tinggal Alisa. Sampai mereka bertemu dengan segerombolan ibu-ibu yang memakai pakaian an
Tidak butuh waktu lama karena anak buahnya langsung bisa menemukan di mana keberadaan laki-laki bernama Zaki dan juga wanita bernama Zahra. Tidak sulit bagi Damian untuk menemukan mereka, karena memang hal itu sangat mudah. Satu-satunya yang sangat sulit dilakukannya hanya untuk bertemu dengan Alisa. Itu saja. Rupanya dia juga baru mengetahuinya, bahwa laki-laki bernama Zaki itu juga akan menikah dengan Zahra, orang yang dicarinya juga. Entahlah, entah harus seperti apa lagi dia menyikapi semua ini. Yang jelas, Damian langsung menuju tempat mereka berdua ketika mendapatkan kabarnya. Saat sampai di toko rotinya, Damian langsung mencari di mana keberadaan dua orang yang dicarinya. "Dimana pemilik toko roti ini?" tanya Damian yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia dengan segera mengakhiri semua itu dan bertemu dengan mereka berdua, karena dia ingin menyelesaikan permasalahan diantara mereka. Tidak, bukan hanya di antara mereka saja. Tapi ini berhubungan dengan Alisa. Jadi, ap
Kembali lagi Damian di ganggu seorang wanita yang tidak ingin di temuinya. Tapi, wanita itu terus hanya menghubungi hingga membuat Damian besar dan akhirnya menjawab panggilan teleponnya. "Ada apa lagi Silvia? aku sedang lelah saat ini, jadi biarkan aku hidup dengan tenang!" ujar Damian yang membuat temannya itu hanya tertawa saja. Dia tahu dan paham betul seperti apa temannya ini. Jadi tidak heran, jika Silvia terus menghubungi teman dekatnya itu. "I know! that's why i invited you to come!" sahut Silvia. Dia terus hanya berusaha untuk mengundang teman yaitu karena dia tahu, jika Damian sudah melarikan diri dari London itu artinya Dia sedang memiliki masalah yang sulit untuk dia selesaikan. "Baiklah, aku akan berkunjung nanti!" balas Damian yang mengakhiri panggilan telepon mereka. Jujur saja, dia sulit untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi padanya saat ini. Mungkin memang benar, jika dia harus bertemu dengan Silvia, karena hanya wanita atasan yang bisa mengertinya. Bahkan
Setelah kejadian itu, Zaki terus saja memikirkan sebenarnya siapa laki-laki itu dan apa hubungannya dengan Alisa. Apa dia adalah laki-laki yang telah menghamili Alisa? jika memang iya, seharusnya Zaki yang marah di sini. Lalu bagaimana bisa dia yang datang padanya dan memukulinya seperti ini. Tapi, jika dilihat-lihat Zaki yakin bahwa dia bukan orang sembarangan. Sebenarnya siapa laki-laki itu? kenapa dia merasa ada sesuatu yang aneh di sini. "Zaki?" panggil Fatimah ketika melihat putranya terus saja terdiam setelah pulang dari rumah sakit. Ibu mana yang tidak sakit ketika melihat anak yang dalam keadaan buruk seperti ini. Bahkan ada 3 tulang rusuk Zaki yang bergeser posisinya akibat pukulan itu. Zahra juga sudah menceritakan apa yang terjadi pada Zaki. Mendengar bawa ini semua berhubungan dengan Alisa membuat Fatimah merasa semakin membenci wanita itu. Dia menyesal karena pernah menjatuhkan putera dengan Alisa. Bahkan mereka juga sempat menikah, itu menjadi penyesalan terbesar
Damian masih berada di tempat Silvia. Dia memang selalu merasa betah dan tenang jika sudah berada di tempat wanita itu. Sampai di mananya sudah merasa lebih baik saat ini, dia siap untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. "Kau tau, Aku pernah melakukan sesuatu yang sangat ku sesali hingga saat ini. Rasanya aku benar-benar menjadi manusia paling jahat di dunia ini. Aku setelah menyakiti seseorang yang tidak bersalah. Aku membuat hidupnya berantakan, Silvia!" Damian mulai menceritakan apa yang terjadi sebenarnya di sini. Dia ingin beban yang dialaminya selama ini bisa sedikit berkurang. Rasanya Damian benar-benar tidak sanggup jika harus terus menahan beban ini sendirian. Dia membutuhkan orang yang dipercaya hanya untuk mendengar cerita kelam yang pernah dialami. "Lalu, kesalahan apa yang membuatmu hingga terlihat depresi seperti ini? aku pernah melihatmu hancur, dan itu karena kehilangan ibumu. Tapi, sekarang aku rasa konteks yang berbeda. Apa yang kamu lakukan Dam? penyesa
Hujan turun dengan begitu derasnya. Hari ini, matahari tidak menunjukkan keberadaannya. Dia bersembunyi di balik awan gelap yang sejak malam menurunkan hujannya. Seperti pagi ini, Alisa sudah terbangun sejak tadi dan dia hanya duduk di depan kaca jendela kamarnya. Tiba-tiba yang jadi yang merindukan keluarganya. Dia merindukan umi dan juga Abinya. Alisa merasa bahwa hidupnya benar-benar hampa saat ini. "Alisa ..." panggil Tika saat membuka pintu kamar wanita itu. Dia masuk ke dalam dan melihat Alisa yang duduk termenung di depan kaca jendela kamarnya. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang jelas Tika tahu pasti ini berhubungan dengan laki-laki yang terus menghantui pikirannya. "Aku hari ini akan pergi kunjungan Puskesmas. Jadi aku akan pulang siang atau mungkin sore. Apa kamu tidak apa-apa jika aku meninggalkanmu disini bersama Abi?" tanya Tika pada Alisa. Dia masih berjuang untuk menyembuhkan luka hati wanita ini. Apalagi saat mereka mengetahui bahwa laki-laki yang menikahi, A
Alisa berusaha untuk mengendalikan dirinya. Sambil menggendong putranya, dia sambil melantunkan sholawat untuk Abidzar. Berharap bahwa anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang hebat nantinya. Hari terus saja berlalu, dan kini Abidzar sudah tumbuh menjadi anak yang luar biasa hebatnya. Dia terus saja bisa memberikan kebanggaan terhadapnya. Alisa merasa bangga karena Abidzar membuatnya benar-benar bahagia, walau terkadang saat melihat wajah tampan putranya yang sedang tertidur membuat Alisa merasa kasihan dengannya. Tanpa diketahuinya, jika Abidzar sering mendapatkan bullying di sekolahnya, karena dia tidak memiliki ayah. "Hey, Abidzar yang nggak punya Abi!" teriak salah satu teman sekolahnya. Tapi, Abidzar selalu menanggapi mereka dengan begitu hebatnya. Dia tidak pernah marah atau sakit hati dengan perkataan temannya, karena dia tau bahwa dia memiliki ayah. Hanya saja, ibunya yang belum mau memberitahukan siapa ayahnya. "Ada apa, Lean?" tanya Abi dengan mengulas senyum. Dia terli