Share

51.

Penulis: AdByt3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 13:54:22

Malam itu terasa begitu hening di atas motor. Nadia menatap jalan yang gelap, hanya diterangi lampu-lampu jalan yang sesekali memantul di kaca motor. Raka tetap fokus mengemudi, namun ada sesuatu di raut wajahnya yang membuat Nadia gelisah. Ia tahu suaminya tidak marah padanya, tapi ada beban yang jelas terbaca di mata Raka, yang membuat Nadia ingin segera meredakannya.

"Kamu baik-baik saja?" Nadia akhirnya memecah keheningan, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.

Raka mengangguk perlahan, namun masih enggan berbicara banyak. "Aku baik, Nad. Aku hanya... memikirkan sesuatu."

Nadia menatap Raka dengan pandangan penuh kasih. Ia tahu suaminya bukan tipe pria yang mudah terbuka, terutama ketika menyangkut perasaannya. Namun, malam ini, Nadia tak bisa lagi membiarkan segalanya berlalu tanpa ada percakapan yang lebih mendalam. Mereka perlu bicara.

"Aku tahu apa yang Ibu katakan tadi menyakitkan," ucap Nadia perlahan, mencoba membuka jalan. "Tapi aku tidak akan diam saja ketika orang-ora
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hidden Truths of My Husband   52.

    Nadia menatap layar ponselnya, terpaku pada pesan suara Maya. Tawaran itu jelas menarik, posisi strategis di perusahaan startup yang tengah melejit, dengan gaji yang jauh di atas ekspektasinya. Ditambah lagi, ada kesempatan untuk bepergian ke luar negeri, sesuatu yang selama ini hanya ia bayangkan dari balik layar laptopnya."Tawaran ini benar-benar luar biasa," Maya mengulanginya dengan suara penuh semangat. "Kamu akan punya kendali penuh, dan ini bisa jadi jalan keluar dari semua masalah yang kamu hadapi sekarang, Nad. Kamu tak lagi harus bergantung pada siapa pun."Perasaan campur aduk melingkupi Nadia. Ia tahu, menerima pekerjaan ini bukan sekadar soal karier, ini keputusan yang bisa mengguncang pondasi rumah tangganya dengan Raka. Bagaimana jika Raka merasa tersinggung? Bagaimana jika dia menganggap Nadia tak lagi mempercayai perjuangannya selama ini? Meskipun, di sudut hatinya, Nadia mulai merasakan dorongan kuat untuk keluar dari bayangan orang lain, termasuk keluarganya dan ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Hidden Truths of My Husband   53.

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah-celah tirai di kamar Nadia dan Raka. Suasana rumah masih sunyi, hanya suara burung di luar yang terdengar, seolah dunia memberikan mereka sedikit ketenangan setelah banyaknya cobaan yang baru-baru ini mereka hadapi. Nadia yang masih terbaring di samping Raka mulai bergerak pelan, menghindari membangunkan suaminya. Dalam hatinya, masih ada kebingungan tentang tawaran pekerjaan dari Maya. Ia tahu itu adalah peluang besar, tapi juga sadar akan risiko yang menyertainya.Nadia menatap wajah Raka yang damai dalam tidurnya. “Bagaimana bisa aku meninggalkannya, terutama sekarang?” pikir Nadia. Namun, perasaan bahwa ia bisa lebih mandiri dan membantu meringankan beban keluarga terus berputar di pikirannya.Tiba-tiba, Raka terbangun. Ia menoleh ke arah Nadia dan tersenyum tipis, meskipun ada sedikit ketegangan di matanya. “Kamu sudah bangun?” tanyanya, suaranya serak namun lembut.Nadia mengangguk dan berusaha membalas senyumannya, meski h

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Hidden Truths of My Husband   54.

    Nadia menatap Raka dengan tatapan penuh harap, namun juga khawatir. Suara di dalam kepalanya berdebat, mempertanyakan keputusannya untuk mempertimbangkan tawaran pekerjaan di luar negeri. Tawaran itu memang bisa menjadi jalan keluar dari tekanan yang selalu ia rasakan dari keluarganya, terutama dari ibunya, Bu Retno, yang tak pernah berhenti mengkritik kehidupan pernikahannya. Di sisi lain, ia tahu tawaran itu juga bisa membawa jarak yang semakin besar antara dirinya dan Raka.Raka, yang biasanya penuh perhatian, belakangan terlihat semakin jauh. Dia menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, terlibat dalam urusan yang selalu ia sembunyikan dari Nadia. Setiap kali Nadia mencoba menanyakan atau mengungkitnya, jawaban Raka selalu samar atau malah menghindar. Ketidakpastian ini perlahan-lahan menanamkan rasa cemas dalam hati Nadia.Malam itu, mereka duduk berdua di ruang tamu, suasana yang seharusnya hangat terasa dingin. Televisi yang menyala di sudut ruangan tidak mereka perhatikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Hidden Truths of My Husband   55.

    Nadia duduk termenung di ruang tamu rumahnya yang sunyi. Meja di depannya kosong, hanya tersisa satu hal yang mengisi pikirannya surat itu. Surat yang baru saja ia temukan di antara tumpukan dokumen Raka. Tangannya gemetar saat ia memegangnya, mata terfokus pada nama yang tertulis di bagian atas. Nama yang tak pernah ia dengar dari mulut Raka.Ia merasa dadanya sesak. Pikiran-pikiran liar memenuhi kepalanya. Bagaimana mungkin Raka menyembunyikan ini darinya? Mereka telah melalui begitu banyak bersama hinaan dari keluarganya, perasaan terasing dari dunia yang menilai mereka berdasarkan materi. Tapi, ini? Nadia merasa dikhianati lebih dari sebelumnya.Terdengar suara pintu depan terbuka. Raka baru saja pulang. Suara langkah kakinya terdengar berat saat ia mendekati Nadia yang diam di ruang tamu. Saat ia melihat wajah istrinya, ia tahu ada sesuatu yang berbeda. Wajah itu tidak memancarkan kebahagiaan seperti biasa. Sebaliknya, ada kebingungan, kekecewaan, dan... amarah.Raka berhenti sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Hidden Truths of My Husband   56.

    Malam itu, Nadia duduk di ranjang kasur, matanya menatap kosong ke arah surat yang tergeletak di atas meja. Suara hujan di luar jendela menggema, menciptakan suasana mencekam yang terasa semakin berat di hatinya. Raka membuka pintu kamar sambil merasa gugup dan gelisah, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang selama ini ia sembunyikan."Aku tidak tahu harus mulai dari mana," Raka akhirnya membuka mulut, suaranya terdengar berat. Ia berjalan mendekat, duduk di sebelah Nadia, tetapi tak berani menatapnya langsung.Nadia masih diam, tapi ia bisa merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Banyak pertanyaan bersarang di kepalanya, namun tidak ada yang keluar. Tangannya gemetar saat ia memegang surat yang sudah hampir lecek karena dicengkramnya terlalu kuat.“Aku tahu ini tidak mudah bagimu, Nadia. Aku seharusnya jujur sejak awal. Tapi aku takut... takut kamu akan pergi begitu mengetahui siapa aku sebenarnya," Raka melanjutkan, suaranya semakin pelan.Nadia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Hidden Truths of My Husband   57.

    Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Suara hujan yang mengguyur atap rumah seolah meresonansi kesunyian yang mengisi ruang antara Nadia dan Raka. Mereka duduk di sudut kamar yang sama, tapi rasanya seperti ada jarak ribuan kilometer di antara mereka. Pengakuan Raka beberapa saat lalu masih terngiang-ngiang di benak Nadia, menghantui pikirannya.“Jadi, selama ini…” suara Nadia terhenti, tenggelam dalam keraguan dan rasa sakit yang menusuk. Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan, namun bibirnya terasa kaku. “Selama ini ada hal yang kamu sembunyikan dariku. Aku… aku tidak tahu harus berkata apa, Raka.”Raka menundukkan kepala, wajahnya penuh penyesalan. “Aku tahu aku salah, Nad. Aku seharusnya jujur sejak awal. Tapi… aku takut kehilanganmu. Aku ingin melindungimu dari semua ini.”Nadia menghela napas panjang, matanya tertuju ke jendela, menatap tetesan hujan yang turun tanpa henti. “Melindungi aku? Dengan cara menyembunyikan hal sebesar ini dariku?” Nada suaranya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Hidden Truths of My Husband   58.

    Pagi itu, Nadia menatap koper yang sudah tertata rapi di ujung kamar. Ruangan tampak hening, hanya suara detik jam yang terdengar. Di luar, Raka baru saja pergi, mengendarai motor tuanya menuju tempat kerja. Nadia merasakan berat di dadanya, tetapi ia tahu ini keputusan yang harus diambil. Surat yang ia tulis semalam kini tergeletak di atas meja kecil, menunggu untuk ditemukan Raka.Dengan langkah perlahan, Nadia mengambil tas jinjingnya dan berjalan keluar dari rumah yang selama ini mereka tempati bersama. Setiap langkah terasa semakin berat, namun ada sesuatu yang mendorongnya maju, sebuah dorongan untuk mencari kejelasan di luar semua kebingungan yang kini melingkupinya.Saat tiba di bandara, tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan tiket kepada petugas. "Apakah aku benar-benar melarikan diri?" gumamnya dalam hati. Namun, suara di dalam dirinya terus mengatakan bahwa dia butuh waktu, dia butuh ruang untuk berpikir.Saat pesawat lepas landas, Nadia menatap awan putih yang membentan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Hidden Truths of My Husband   59.

    Hari pertama Nadia di perusahaan startup itu penuh dengan harapan dan ketegangan. Ruangan yang dipenuhi warna-warni kain dan desain yang beragam membuatnya merasa seakan memasuki dunia baru. Begitu melangkah masuk, ia disambut dengan senyum hangat dari rekan-rekannya, yang langsung membuatnya merasa lebih nyaman."Nadia, bukan?" suara lembut menyapa dari arah kanan. Seorang wanita berambut keriting dengan riasan ceria mendekatinya. "Aku Mira, bagian desain. Selamat datang! Kita akan segera memulai proyek besar, dan aku yakin kamu akan suka."Nadia tersenyum, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Mira. Aku sangat bersemangat!"Seiring berjalannya waktu, Nadia mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia belajar bahwa orang-orang di sekitarnya tidak terjebak dalam pandangan sosial yang sempit seperti keluarganya. Di sini, status dan kekayaan bukanlah yang utama; ide, kreativitas, dan passion menjadi hal yang jauh lebih berharga.Selama satu minggu pertama, Nadia terlibat dalam b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21

Bab terbaru

  • Hidden Truths of My Husband   66.

    Nadia duduk termenung di kursi hotel, tatapannya terpaku pada surat yang baru saja ia temukan di meja kerja Raka. Surat itu terasa begitu berat, seperti memegang potongan terakhir dari teka-teki besar yang tidak pernah ia sadari sedang ia susun. Beberapa minggu sebelum Raka menghilang, ia menulis ini, menyisakan pesan yang begitu ambigu.Tangannya gemetar saat ia mengangkat surat itu lagi, mencoba memahami setiap kata. "Aku harus pergi, Nad. Bukan karena aku ingin meninggalkanmu, tapi karena aku tak ingin kamu terluka oleh apa yang akan terjadi."“Apa maksudnya?” Nadia berbicara pada dirinya sendiri, namun suaranya hampir tak terdengar. Otaknya dipenuhi dengan pertanyaan, tetapi tidak ada jawaban yang muncul. Apakah Raka telah mengetahui sesuatu yang ia tak ketahui? Apakah dia terlibat dalam situasi yang jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan? Atau mungkin ini hanya rasa bersalah yang menumpuk dalam dirinya? Nadia menghela napas berat, berusaha memproses perasaannya.Telepon

  • Hidden Truths of My Husband   65.

    Nadia duduk di sofa ruang tamunya, matanya menatap layar laptop yang menampilkan halaman pencarian terbuka, tetapi pikirannya melayang jauh. Berhari-hari telah berlalu sejak ia mulai bekerja dengan Zaki untuk menemukan jejak Raka, dan setiap kali hasilnya sama: nihil. Raka seolah lenyap begitu saja, meninggalkan Nadia dalam kekosongan yang semakin dalam.Zaki, teman lamanya yang kebetulan bekerja sebagai ahli forensik digital, duduk di depannya. Di tangannya, ia memegang secangkir kopi yang sudah dingin. Wajahnya menunjukkan ekspresi serius, namun tidak kehilangan semangat. "Nad," kata Zaki lembut, "jejak digital Raka benar-benar bersih. Tidak ada transaksi aneh, tidak ada login media sosial. Seperti dia benar-benar memutuskan semua hubungan dengan dunia."Nadia menghela napas panjang, menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. “Aku tidak tahu lagi harus mencari di mana, Zak. Aku sudah memeriksa setiap sudut, setiap hal kecil yang mungkin memberikan petunjuk, tapi semuanya terasa sia-si

  • Hidden Truths of My Husband   64.

    Nadia duduk di sofa kecil di sudut apartemennya, tangannya gemetar saat merapikan koper yang hampir penuh. Kepalanya dipenuhi pikiran, antara kesedihan, kebingungan, dan ketakutan. Raka menghilang tanpa sepatah kata. Meninggalkan pertanyaan yang menggantung di udara, seakan menguji kesabaran Nadia yang selama ini berusaha tegar. Apa yang sebenarnya terjadi?Terdengar ketukan pelan di pintu. Nadia menghapus air mata yang mengalir tanpa disadarinya, lalu membuka pintu dengan wajah yang berusaha tetap tegar."Maria..." Nadia tersenyum lemah melihat rekan kerjanya yang selama ini setia mendampinginya."Aku datang karena aku tahu kamu butuh teman bicara," jawab Maria, masuk ke dalam apartemen tanpa menunggu undangan. Tatapan matanya mengamati koper yang sudah siap di sebelah pintu, lalu kembali menatap Nadia dengan cemas.Nadia menarik napas panjang dan duduk kembali di sofa. "Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Rasanya seperti semua jalan tertutup. Raka pergi tanpa jejak, dan aku tidak t

  • Hidden Truths of My Husband   63.

    Nadia tertegun, ponselnya nyaris terjatuh dari tangannya. Kata-kata Alya terus bergema di kepalanya: Raka membawa koper besar, seolah-olah berencana pergi jauh. Hatinya seolah diremas keras, menambah berat beban di dada yang sudah sulit ia pikul. Raka tidak pernah meninggalkan tanda-tanda sebelumnya. Tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada penjelasan. Yang tersisa hanyalah misteri yang semakin menjeratnya.“Alya, kau yakin melihatnya sendiri?” tanya Nadia, suaranya hampir bergetar.“Iya, Kak. Aku sempat bertanya pada tetangga di sana juga. Mereka bilang Raka pergi pagi-pagi sekali, membawa koper besar. Tapi anehnya, dia tampak begitu tenang. Seperti dia tahu ke mana dia pergi dan tidak terburu-buru,” jelas Alya dengan pelan, mencoba menenangkan kakaknya.Nadia menghela napas panjang, mencoba memahami situasi. Raka bukan tipe orang yang bertindak sembarangan atau membuat keputusan impulsif, apalagi yang sebesar ini. Seandainya ada sesuatu yang dia sembunyikan, pasti itu sangat pentin

  • Hidden Truths of My Husband   62.

    Pagi itu, Nadia berdiri di depan cermin kamar hotelnya, menatap pantulan dirinya dengan tatapan kosong. Kepalanya penuh dengan keraguan. Telepon dari Bu Retno, ibunya, kemarin malam begitu melekat dalam benaknya. Kata-kata ibunya terus berputar di pikirannya, memintanya untuk pulang, untuk menghadapi kenyataan yang semakin mencekam. Namun, kepulangannya tidak hanya soal keluarga. Di balik alasan itu, Nadia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar, lebih misterius: keberadaan Raka yang tidak jelas.Saat ia mencoba mengatur napas, pikirannya beralih ke pekerjaannya. Karier yang baru saja ia bangun dari nol, yang ia perjuangkan setelah menikah dengan Raka. "Apakah aku siap mengorbankannya?" Nadia bergumam lirih, merasa cemas. Di satu sisi, ia tahu bahwa hatinya tidak akan pernah tenang sebelum ia menemukan suaminya, tetapi di sisi lain, pekerjaannya di sini adalah fondasi yang menopang hidupnya selama Raka tak ada.Perasaan ini begitu mengganggu, seolah-olah ia berdiri di tepi jurang, har

  • Hidden Truths of My Husband   61.

    Nadia duduk di meja kantornya, pandangan matanya terfokus pada layar komputer, namun pikirannya melayang jauh dari ruang kerjanya. Setiap kata yang muncul di layar terlihat kabur, tertutup oleh pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya sejak Zaki menyampaikan saran itu.“Mungkin Raka tidak benar-benar menghilang. Mungkin dia sedang mencari sesuatu.”Kata-kata Zaki berulang kali menggema di benaknya, menelusup jauh ke dalam relung hatinya yang penuh kekhawatiran. Apa mungkin Raka benar-benar sedang menyembunyikan sesuatu? Apakah ini bukan kali pertama ia merahasiakan sesuatu darinya? Pikiran itu semakin menekan perasaannya, membuat Nadia sulit untuk fokus pada pekerjaannya.“Kenapa aku tidak pernah melihat tanda-tandanya?” bisiknya dalam hati. Sebagai seorang istri, seharusnya dia bisa merasakan setiap perubahan kecil pada suaminya. Namun selama ini, ia terlalu sibuk berjuang dengan ekspektasi keluarganya dan tekanan hidup yang terus menghimpit.Nafasnya terasa berat, dan tanpa sadar

  • Hidden Truths of My Husband   60.

    Nadia duduk di tepi tempat tidur apartemennya, matanya menatap ponselnya yang bergetar. Nama Alya muncul di layar, dan ada sesuatu dalam hatinya yang tiba-tiba berdebar lebih cepat. Sudah larut malam di kota asing ini, dan Alya jarang menelepon kecuali ada hal penting. Segera, ia menggeser layar untuk menerima panggilan."Hallo, Kak Nadia," suara Alya terdengar, pelan namun penuh kecemasan."Ada apa, Alya? Kamu baik-baik saja?" Nadia segera bertanya, merasa ada sesuatu yang salah."Ini tentang Kak Raka…" Suara Alya terdengar bergetar, membuat Nadia langsung duduk lebih tegak. "Kakak harus tahu… dia menghilang."Nadia membeku sejenak. Pikiran itu menghantamnya seperti petir. "Menghilang? Apa maksudmu, Alya?" Suaranya pecah, seolah tak percaya."Dia pergi, Kak. Tak ada yang tahu ke mana dia. Sebelum dia pergi, dia hanya meninggalkan pesan singkat…""Apa yang dia tulis?" Nadia merasakan napasnya mulai pendek, dadanya terasa sesak."‘Aku

  • Hidden Truths of My Husband   59.

    Hari pertama Nadia di perusahaan startup itu penuh dengan harapan dan ketegangan. Ruangan yang dipenuhi warna-warni kain dan desain yang beragam membuatnya merasa seakan memasuki dunia baru. Begitu melangkah masuk, ia disambut dengan senyum hangat dari rekan-rekannya, yang langsung membuatnya merasa lebih nyaman."Nadia, bukan?" suara lembut menyapa dari arah kanan. Seorang wanita berambut keriting dengan riasan ceria mendekatinya. "Aku Mira, bagian desain. Selamat datang! Kita akan segera memulai proyek besar, dan aku yakin kamu akan suka."Nadia tersenyum, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Mira. Aku sangat bersemangat!"Seiring berjalannya waktu, Nadia mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia belajar bahwa orang-orang di sekitarnya tidak terjebak dalam pandangan sosial yang sempit seperti keluarganya. Di sini, status dan kekayaan bukanlah yang utama; ide, kreativitas, dan passion menjadi hal yang jauh lebih berharga.Selama satu minggu pertama, Nadia terlibat dalam b

  • Hidden Truths of My Husband   58.

    Pagi itu, Nadia menatap koper yang sudah tertata rapi di ujung kamar. Ruangan tampak hening, hanya suara detik jam yang terdengar. Di luar, Raka baru saja pergi, mengendarai motor tuanya menuju tempat kerja. Nadia merasakan berat di dadanya, tetapi ia tahu ini keputusan yang harus diambil. Surat yang ia tulis semalam kini tergeletak di atas meja kecil, menunggu untuk ditemukan Raka.Dengan langkah perlahan, Nadia mengambil tas jinjingnya dan berjalan keluar dari rumah yang selama ini mereka tempati bersama. Setiap langkah terasa semakin berat, namun ada sesuatu yang mendorongnya maju, sebuah dorongan untuk mencari kejelasan di luar semua kebingungan yang kini melingkupinya.Saat tiba di bandara, tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan tiket kepada petugas. "Apakah aku benar-benar melarikan diri?" gumamnya dalam hati. Namun, suara di dalam dirinya terus mengatakan bahwa dia butuh waktu, dia butuh ruang untuk berpikir.Saat pesawat lepas landas, Nadia menatap awan putih yang membentan

DMCA.com Protection Status