Share

2. Pertemuan Tak Terduga

Nadia berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mengamati dirinya sendiri dengan cermat. Gaun putih sederhana dengan potongan halus itu menempel sempurna pada tubuhnya, memancarkan keanggunan yang tak terbantahkan. Meski dalam hatinya masih ada sedikit keraguan, Nadia mencoba untuk tersenyum. Baginya, hari ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru—meski bukan tanpa tantangan.

"Ibu akan sangat marah," gumamnya pelan, membiarkan pikirannya melayang pada sosok ibu yang keras dan tegas, yang selama ini memegang kendali atas setiap aspek kehidupannya.

Ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatiannya. "Masuk," katanya sambil berbalik, memperlihatkan senyum kecil saat adik perempuannya, Alya, menyelinap masuk ke dalam ruangan.

"Nadia, kau sangat cantik!" seru Alya dengan mata berbinar-binar, kagum pada kecantikan kakaknya yang tampak sempurna dalam balutan gaun pengantin sederhana itu.

"Terima kasih, Alya. Aku harap semua akan berjalan lancar," Nadia membalas dengan lembut, meski dalam hatinya bergejolak dengan perasaan campur aduk.

"Apa kau benar-benar yakin, Kak?" tanya Alya dengan nada ragu, matanya menatap Nadia dengan serius. "Maksudku, menikah dengan Raka... Ayah dan Ibu jelas tidak setuju. Mereka bahkan tak mau datang."

Nadia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku yakin, Alya. Aku mencintai Raka, dan aku yakin dia adalah pria yang tepat untukku. Mereka hanya butuh waktu untuk mengerti."

Alya mengangguk pelan, meski wajahnya masih dipenuhi keraguan. "Aku tahu kau kuat, Kak, tapi... kupikir kau harus siap. Dunia ini tak seindah yang kita bayangkan."

Nadia tersenyum pahit. "Aku tahu, Alya. Tapi aku percaya pada Raka. Dia adalah seseorang yang berbeda. Dia punya hati yang baik, dan itu lebih berharga daripada semua kekayaan yang diinginkan oleh keluarga kita."

Saat itu, suara gemuruh pelan di luar menandakan bahwa para tamu mulai berkumpul. Nadia menarik napas panjang lagi, merasa sedikit cemas. Meski hanya beberapa orang yang hadir, setiap langkah ke altar terasa berat. Dia tahu, hari ini adalah pertaruhan besar dalam hidupnya.

Setelah memastikan bahwa semuanya siap, Nadia keluar dari kamarnya dan mulai melangkah menuju aula kecil tempat upacara pernikahan akan dilangsungkan. Ruangan itu sederhana, hanya dihiasi dengan bunga-bunga putih dan pita emas yang elegan. Beberapa orang dari keluarga Nadia tampak hadir, meskipun wajah mereka menunjukkan ketidaksetujuan yang jelas. Nadia bisa merasakan tatapan dingin mereka, tapi dia berusaha untuk tidak terganggu.

Di ujung ruangan, berdiri Raka. Pria yang telah mencuri hatinya dengan kesederhanaan dan kebaikannya. Raka mengenakan setelan hitam yang rapi, namun tetap sederhana, sama seperti kehidupannya yang tidak pernah menonjolkan kemewahan. Matanya yang tajam namun penuh kelembutan menatap Nadia dengan penuh cinta, seolah memberinya kekuatan untuk terus maju.

Saat Nadia mendekatinya, Raka mengulurkan tangan dan menyambutnya dengan senyum hangat. "Kau terlihat sangat cantik, Nad."

Nadia hanya tersenyum kecil, menatap Raka dengan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ada kebahagiaan, tapi juga kekhawatiran. Mereka tahu, jalan di depan mereka tidak akan mudah.

"Kau yakin tentang ini, Raka?" tanya Nadia pelan, suaranya hampir seperti bisikan. "Aku tahu kau mencintaiku, tapi keluarga kita... mereka tidak akan membuatnya mudah."

Raka menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca isi hatinya. "Aku tahu, Nadia. Tapi aku mencintaimu. Aku siap menghadapi apa pun, asalkan kita bersama."

Mendengar itu, Nadia merasa sedikit lega. Kata-kata Raka, meskipun sederhana, memberikan keyakinan bahwa mereka bisa melewati semua rintangan ini bersama.

Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat. Meskipun hanya dihadiri segelintir orang, momen itu tetap berharga bagi Nadia dan Raka. Mereka mengucapkan sumpah dengan tulus, berjanji untuk selalu bersama dalam suka dan duka, kaya dan miskin, sehat dan sakit.

Ketika ciuman pertama mereka sebagai suami istri selesai, Nadia merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasa seolah-olah telah melangkah ke dunia yang baru, dunia yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian, tapi juga penuh dengan cinta yang mendalam.

Setelah upacara selesai, Raka menggenggam tangan Nadia erat-erat, seolah ingin memastikan bahwa dia tidak akan pernah melepaskannya. "Kita akan baik-baik saja, Nad. Aku janji."

Nadia mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya masih ada keraguan. "Aku berharap begitu, Raka. Aku berharap begitu."

Namun, jauh di dalam hatinya, Nadia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Tapi satu hal yang pasti, dia akan menghadapi semuanya bersama dengan Raka, apa pun yang terjadi.

Dengan hati yang penuh tekad dan cinta, mereka melangkah keluar dari aula itu, meninggalkan masa lalu mereka di belakang, dan memasuki masa depan yang penuh dengan misteri dan tantangan yang menanti.

To Be Continued....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status