Beranda / Romansa / Hey, Mama! / 1. Kesialan Beruntun

Share

Hey, Mama!
Hey, Mama!
Penulis: dian_nurlaili

1. Kesialan Beruntun

Penulis: dian_nurlaili
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-31 09:52:00

Ify mengusap peluh, meski lelah tetapi semua itu terbayar saat banyak orang tersenyum ketika menikmati masakannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan restoran sudah hampir tutup. Tak ada lagi pengunjung dan Ify pun berniat siap-siap untuk pulang saat salah satu rekannya menghampirinya.

"Fy, dipanggil Pak Riko tuh!"

"Gue?" Ify menunjuk dirinya sendiri. Merasa heran karena tak biasanya sang manager berada di restoran sampai larut malam.

Rekannya hanya mengangguk lalu melanjutkan pekerjaannya.

Ify lantas melepas apron yang melekat di tubuhnya dan bergegas menuju ke kantor Riko. Ia tak mengerti tujuan pria itu memanggilnya. Ini hanya akan meninggalkan gosip baru lantaran berita bahwa sang manager menyatakan cinta padanya kemarin sudah menyebar ke seluruh karyawan restoran. Ify hanya tak nyaman karena terus diledek.

Gadis itu memandang pintu di depannya dengan gugup. Sedikit merasa canggung karena insiden kemarin jadi salah satu penyebab Ify terdiam selama beberapa menit sebelum mengetuk pintu.

Setelah mengetuk pintu, Ify pun masuk dan langsung dihadapkan dengan pandangan sang manager yang sangat tajam ke arahnya.

"Permisi, Pak! Bapak memanggil saya?" tanya Ify dengan sopan. Meski merasa sebal karena pandangan Riko yang seolah menelanjangi dirinya itu, Ify tetap mencoba bersikap sopan.

"Duduk!"

Ify pun dengan patuh duduk di sofa, disusul oleh Riko yang duduk di sampingnya. Ify bergeser pelan, tetapi Riko ikut bergeser. Tangannya dengan kurang ajar memegang paha Ify dan meremasnya pelan.

"Maaf, Pak! Jika tidak ada kepentingan saya ijin pulang," ucap Ify sembari melepaskan tangan Riko dari pahanya.

"Tunggu dulu! Kenapa harus buru-buru? Nanti biar saya antar pulang." Riko mencoba menahan Ify.

"Maaf, Pak! Tapi saya permisi!" Ify dengan cepat bangkit dan berniat untuk segera pergi sebelum tangannya ditahan dan dalam sepersekian detik ia sudah berada dalam pelukan Riko.

"Kenapa kamu susah sekali dibilangin, saya kan bilang nanti dulu! Kemarin kamu sudah nolak saya, hari ini jangan ditolak lagi."

Ify berontak dengan sekuat tenaga. Apalagi saat ia merasakan tangan kurang ajar managernya itu mulai menyentuh pantatnya.

Plakk!

Berhasil lepas dari pelukan sang manager, Ify memberikan satu tamparan keras yang membuat Riko melotot marah.

"Berani kamu sama saya? Mulai besok jangan datang lagi ke restoran ini, kamu saya pecat!"

Ify menggeretakkan gigi, ia sungguh ingin menghajar muka mesum managernya itu hingga babak belur.

Bugh!

"GUE JUGA NGGAK SUDI KERJA SAMA LO LAGI, MANAGER MESUM, BAJINGAANN!"

Ify kemudian keluar dari kantor Riko dan membanting pintunya dengan erat, meninggalkan Riko yang meringis kesakitan memegang asetnya.

*

Keluar dari ruangan Riko, Ify mati-matian menahan air mata yang hampir tumpah. Ia bahkan mengabaikan pertanyaan Sivia, sang sahabat yang begitu khawatir melihatnya keluar dari ruangan sang manager dalam keadaan kacau. Rasa kecewa, marah, sedih, benci dan jijik membuat Ify ingin segera pulang dan mengubur diri dalam selimut.

Tingkah Ify tentu saja menarik perhatian beberapa karyawan yang belum pulang, namun tak ada satu pun yang berani bertanya karena melihat ekspresi Ify. Sampai kemudian terdengar teriakan sang manager dan Ify dengan cepat pergi dari restoran itu tanpa mempedulikan pandangan heran dari rekan kerjanya.

Melangkah dengan gontai, satu persatu air mata Ify jatuh. Ia terisak pelan. Kenapa sulit sekali untuk hidup dengan tenang? Ify hanya ingin bekerja dengan baik demi mendapatkan uang untuk pengobatan sang ibu dan biaya sekolah sang adik. Tapi hari ini ia baru saja dipecat.

Ify terduduk di trotoar, memeluk lutut lalu menangis keras. Tak peduli dengan pandangan orang-orang yang lewat. Karena meskipun sudah cukup larut, jalanan ini masih lumayan ramai, maklum kota besar seperti Surabaya ini tak ada matinya.

Puas menangis, Ify kemudian bangkit sembari mengusap air matanya. Rasanya menjadi lebih lega dan langkahnya lebih ringan untuk pulang ke rumah. Ia sudah ikhlas jika kehilangan pekerjaan sekarang, besok ia akan mencoba lebih keras lagi. Ify yakin, kemampuannya dalam mengolah masakan tak kalah dengan chef di restoran hotel bintang lima.

Sebuah kerumunan di halte bus menarik perhatian Ify. Ia mendekat perlahan untuk melihat apa yang terjadi.

"Orangtuanya kemana? Kenapa anak ini sampai sendirian di sini?" sayup-sayup Ify mendengar percakapan orang-orang yang berkerumun itu.

Ify mendekat dan melihat seorang bocah laki-laki berusia sekitar tiga tahun tengah menangis histeris. Tak mau di dekati oleh siapapun hingga orang-orang pun bingung bagaimana mau menolong.

Ify menatap bocah itu, bersamaan dengan bocah itu yang juga menatapnya. Lalu tanpa diduga bocah itu berdiri, menubruknya dan berteriak-

"MAMA!"

Ify tersedak ludahnya sembari agak terhuyung menerima pelukan tiba-tiba dari bocah laki-laki itu.

Kini semua mata memandangnya dengan cemoohan. Ify hanya menggeleng, mencoba menjelaskan jika itu tidak seperti yang mereka kira, karena tenggorokannya tercekat tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, sementara bocah lelaki itu sudah memeluknya dengan erat seolah takut terlepas.

"Punya anak tuh mbok dijaga, gimana kalau terjadi apa-apa? Jadi ibu kok nggak becus jagain anak."

"Anak muda jaman sekarang maunya punya anak tapi nggak bisa jaga."

"Lain kali lebih perhatian lagi. Kasihan anaknya udah tantrum nangis, tuh!"

Dan berbagai celotehan lain yang tak bisa ditangkap oleh telinga Ify. Ia total membeku dengan sang bocah yang kini sudah berhenti menangis dan malah tertidur di pelukannya.

Kerumunan itu kemudian buyar, meninggalkan Ify dan sang bocah di pelukannya. Ingin rasanya Ify menangis dan berteriak sekuat tenaga. Ia kira, dipecat dari pekerjaan adalah kesialan terakhir hari ini, nyatanya masih ada kesialan menyusul. Rasanya Ify ingin mengulang waktu dan memilih untuk naik taksi saja dan tiba di rumah lebih cepat.

Ify menghela napas panjang, melihat paras bocah laki-laki di pelukannya yang tertidur pulas. Jejak-jejak air mata masih nampak di pipi kecil itu. Sebenarnya orangtua bangsat mana yang ninggalin anaknya sendirian di halte??? Bikin susah Ify aja.

Tak tega meninggalkan bocah itu, Ify pun berjalan pulang sembari menggendong bocah itu. Ify bertekat untuk mencari orangtua sang bocah dan menuntut kompensasi karena sudah pasti ia kini juga harus merawat sang bocah. Menghidupi dirinya sendiri saja sudah kewalahan dan kini Ify harus mengurus balita yang entah anak siapa.

Sampai di depan kamar kosnya, Ify berniat mengambil kunci di saku celananya saat ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Dengan satu tangan, Ify mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari sang adik.

"Halo, Ray!" sapa Ify disambut dengan isakan lirih yang membuat jantungnya berdebar menyakitkan. Perlahan, Ify berjalan ke arah kursi yang ada di depan kos, mendudukkan dirinya di sana sebelum menerima kabar dari sang adik yang ia tebak adalah kabar buruk.

"Kak, mama meninggal!"

Rasanya nyawa Ify terbang meninggalkan raganya yang termangu di depan pintu kamar kos. Mengabaikan nyamuk yang mulai berpesta ria menghisap darahnya. Hingga rengekan dari balita di pangkuannya mengembalikan kesadaran Ify.

"Kak, kakak bisa pulang malam ini? A-aku takut, Kak!" Suara Ray membuat Ify menghela napas. Ia harus kuat, tak ada waktu untuk meratapi ini semua. Ia harus pulang, tapi bagaimana dengan balita ini? Ify tak sejahat itu untuk mengabaikan bocah ini. Ia bisa saja mengantarkan bocah ini ke kantor polisi, tapi mengingat di halte tadi bocah ini tak mau disentuh siapapun membuat Ify tak punya pilihan lain.

"Tunggu kakak pulang!"

Ify pun memutuskan membawa bocah itu pulang. Entah apa yang akan terjadi nanti, Ify enggan untuk berpikir.

Bab terkait

  • Hey, Mama!   2. Hilang

    Semua orang yang ada di ruangan begitu gelisah. Terutama seorang pria akhir dua puluhan yang begitu frustasi. Ia berjalan mondar-mandir, berkali-kali mengecek ponsel dan sesekali menatap tajam wanita muda yang kini tertunduk takut. "Belum ada kabar lagi, Yo?" tanya seorang wanita paruh baya yang hampir menangis. Bahunya diusap lembut sang suami untuk menenangkan. "Belum, Ma!" jawab Rio gusar. "Semua ini gara-gara kamu!" Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menuding si wanita muda dengan tatapan marah. "Kalau saja kamu tidak sok baik dengan membawa cucu saya keluar, cucu saya tidak akan hilang! Dan kamu, Yo! Berapa kali Mama bilang kalau wanita ini tidak baik untuk kamu. Lihat sekarang! Dia menghilangkan cucu mama satu-satunya.""Ma, udah! Mama tenang dulu! Nathan pasti ketemu. Anak buah Rio kan sekarang sudah mencarinya." Ayah Rio memberi isyarat kepada sang anak untuk membawa wanita itu keluar dari rumah. "Kamu pulang dulu, Shill! Saya sudah memesankan taksi di depan,"

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Hey, Mama!   3. Kembali

    Hamil di luar nikah. Astaga, Ify rasanya ingin menangis sambil guling-guling di trotoar. "Gue serius, Kak! Semua tetangga bergunjing tentang lo yang hamil di luar nikah. Mama belum kering kuburannya, dan semua rumor itu semakin meluas.""Yang penting kenyataannya nggak begitu, Ray!" Ify menyahut kalem. Ia tak punya tenaga untuk sekedar membantah atau klarifikasi kepada para tetangga. "Memangnya lo baik-baik aja, Kak? Mereka semua bilang lo bekerja jadi wanita malam. Mereka bilang lo anak kurang ajar karena nggak ada pas mama sekarat. Mereka bilang lo--" Ray tergugu, Ify meraih adik kesayangannya itu dalam pelukan. Mengelus rambutnya dengan sayang. "Kakak nggak apa-apa, Ray! Selama bukan kamu yang berpikir kaya gitu, Kakak baik-baik aja. Maaf karena kakak nggak ada di samping kamu dampingin mama."Tangis Ray pecah dalam pelukan kakaknya. Bagaimana pun, ia hanyalah sesosok adik kecil yang selalu dimanjakan sang kakak. Ia tau semua pengorbanan Ify demi menghidupi keluarga mereka. Mak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Hey, Mama!   4. Bertemu

    "Gimana, Vin? Ini udah ganti hari tapi kenapa belum ada juga kabar tentang putraku?" tanya Rio begitu Alvin, sang asisten masuk ke ruangannya. "Karena itu saya ke sini, Pak! Tadi siang saya sudah bertemu dengan pihak pengelola taman tempat pertama kali Atan hilang. Dan dari kamera CCTV, kita bisa melihat kalau Bu Shilla meninggalkan Atan cukup lama sehingga Atan berjalan sendirian keluar taman."Belum selesai penjelasan Alvin, rasanya darah Rio mendidih karena emosi. "Lanjutkan!" titahnya. "Melalui rekaman CCTV di traffic control system, dari taman kota, Atan berjalan menyusuri Jl. Kangean hingga berhenti di sebuah halte dekat restoran kita. Atan di sana sampai malam karena tak ada seorang pun yang berhasil membujuknya. Ada beberapa polisi juga yang datang tapi tak berhasil membuat Atan angkat bicara. Sekitar pukul sepuluh malam kemudian, ada seorang wanita yang tiba-tiba saja membuat Atan bereaksi. Atan langsung menghambur ke pelukan wanita itu dan mereka kemudian pergi.""Cepat la

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Hey, Mama!   5. Mogok Makan

    "Whattt? Lo gilaaa!!"Ify meletakkan jarinya di depan mulut, meminta Via agar tak terlalu berisik karena semua pengunjung kafe kini menatap mereka dengan pandangan terganggu. "Jangan teriak! Malu-maluin aja sih," bisik Ify sambil tersenyum dan mengucapkan maaf kepada semua pengunjung yang terganggu. "Tapi kita-kita sudah menduga sih, soalnya pas Pak Riko turun tuh dia kaya kesakitan dan megangin selangkangan. Tapi gue nggak nyangka kalau si brengsek itu sampai mecat lo. Tapi syukurlah, lo lepas dari orang brengsek kaya dia," ucap Via dengan emosi menggebu. "Syukur pala lo pitak, gue pengangguran anjir!" sungut Ify. "Terus lo kenapa nggak ada kabar setelahnya? Gue hubungin nggak pernah lo angkat, gue ke kos nggak ada orang."Ify menghela napas, sampai juga mereka ke cerita yang sebenarnya. "Mama gue meninggal, Vi!"Via terdiam, ia menatap sosok sahabatnya itu dengan mata yang mulai memburam. Ikut merasakan sakit yang menyayat, melihat sang sahabat yang mencoba tetap tegar ditengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-31
  • Hey, Mama!   6. Good Luck

    Rio benar-benar tak bisa mengalihkan pandang dari sang buah hati yang tengah makan dengan sangat lahap. Selama tiga tahun, Rio tak pernah sekalipun melihat sang anak yang begitu menikmati hidangan di hadapannya. Padahal jika Rio bisa berkomentar, makanan yang kini dimakan sang anak sangatlah sederhana dibanding apa yang mereka makan sehari-hari. Hal lain yang membuat Rio semakin takjub adalah kenyataan jika Atan sebenarnya sangat susah untuk makan sayur dan buah, chef di rumah mereka pun harus memutar otak agar nutrisi Atan tetap terjaga dengan membuat berbagai hidangan sayur yang dimodifikasi. Namun kini di depannya, Atan makan dengan lahap tanpa protes sedikitpun, padahal Ify hanya memasak menu sederhana. Nasi ayam jamur, dengan rebusan brokoli dan wortel. Ify juga memotong satu buah apel sebagai pencuci mulut saat Atan selesai makan. "Ayah, mau coba masakan mama, nggak?" celetuk Atan yang membuat semua atensi orang dewasa di sana tertuju padanya."Atan makan yang banyak dulu aja, y

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-23
  • Hey, Mama!   7. Kemarahan sang CEO

    Rio menatap tumpukan berkas yang ada di depannya dengan lelah. Memijit pangkal hidungnya pelan, Rio menghembuskan napas panjang saat menyadari jika tanggungannya untuk hari ini masih sangat banyak.Sebentar lagi waktu makan siang, Rio baru saja berniat untuk menelepon putranya saat pintu ruangannya diketuk."Masuk!"Alvin masuk dengan sebuah amplop coklat di tangan. "Sudah dapat informasinya?" tanya Rio langsung yang membuat Alvin mengangguk. "Nona Ify pernah bekerja di Jade Imperial sebagai chef dan berhenti bekerja tiga minggu yang lalu. Menurut kesaksian para karyawan, malam itu Nona Ify dipanggil oleh Riko ke ruangan, tapi tak berapa lama Nona Ify keluar dalam keadaan marah, membereskan semua barang-barangnya dan tidak pernah kembali setelahnya.""Lalu?" "Karena di kantor Riko tidak ada CCTV, saya agak kesulitan untuk mencari tahu apa yang terjadi malam itu. Tapi menurut informan saya, malam hari sebelumnya Riko menyatakan cinta kepada Nona Ify dan ditolak."Seketika sebuah ske

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24
  • Hey, Mama!   8. Lunch

    Pikiran adalah salah satu pembunuh secara tak langsung. Tak ada kegiatan di saat tengah hari yang sunyi, membuat Ify lagi-lagi tenggelam dalam pikiran yang akhir-akhir ini membuatnya sakit kepala. Semua tak berjalan sesuai rencana. Banner promosi katering miliknya yang direncanakan oleh Ray tak berjalan sesuai ekspekstasi. Memang, ada satu dua yang pesan atau beli, tapi itu tak bisa menutup modal awal yang lagi-lagi membuat Ify harus memutar otak. Apalagi saat kabar menggembirakan dimana sang adik diterima di kampus ternama Universitas Airlangga. Meski beasiswa penuh, tak memungkiri kebutuhan lain juga membesar. Ongkos dan uang saku sang adik yang sudah pasti. Tak mungkin juga Ify membiarkan sang adik memegang uang pas-pasan. Ify harus memikirkan alternatif lain untuk menopang hidup mereka.Air mata tanpa sadar mulai menitik, Ify merasa pundaknya terasa sangat berat. Memikul beban sebegitu besar dalam waktu yang tak singkat, sampai Ify sendiri tak sempat untuk mengerti arti bahagia.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Hey, Mama!   9. Chef Arjun

    Selama dua puluh empat tahun, Ify tak pernah menginjakkan kaki di restoran mewah kecuali Jade Imperial dan beberapa restoran sebelum ia bekerja untuk proses interview. Namun sekarang, ia berdiri di depan sebuah hotel bintang lima yang terkenal dengan fine diningnya. Untuk bisa makan dan menginap di hotel ini, mereka harus reservasi satu minggu sebelumnya."Kak, serius kita mau makan di sini?" bisik Ray.Ify terdiam, menatap pantulan dirinya di kaca mobil. Sial! Dirinya terlihat seperti gembel saat melihat Rio yang begitu rapi dengan setelan jas sementara dirinya dan Ray hanya menggunakan pakaian santai karena tak mengira jika Rio akan membawa mereka ke tempat semewah ini."Mas, kita nggak salah tempat?" tanya Ify memastikan. Ia bahkan takut melangkah lebih jauh, membuat Rio pun menghentikan langkahnya."Kenapa? Kalian nggak suka makan di sini?""Bukannya kita nggak suka, Mas! Tapi lihat, kita salah kostum. Udah macem gembel aja kita, ntar kalau disangka mau ngemis gimana?""Sebenarny

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26

Bab terbaru

  • Hey, Mama!   47. Extra Part 2

    "Bawa seperlunya saja, Sayang! Kita nanti bisa beli di sana," ucap Rio saat melihat sang istri yang kebingungan karena kopernya yang tidak muat."Apakah boleh?" tanya Ify polos yang membuat Rio terkekeh."Kamu masih belum terbiasa dengan dompet suamimu ini?"Ify mendengus, meski Rio sudah memberinya black card, terkadang Ify terus saja lupa. Kebiasaannya berhemat ternyata sangat susah dihilangkan. "Baiklah, aku akan menghabiskan seluruh uangmu nanti," ancam Ify yang diangguki dengan semangat oleh Rio."Habiskan Sayang! Memang sudah tugasmu menghabiskan uangku. Aku takut pihak bank nanti kewalahan menyimpan uangku.""Sombong sekali," cibir Ify yang membuat Rio gemas dan mencuri kecupan kecil di bibir sang istri."Tapi, Mas! Atan tidak apa-apa ditinggal?" Entah ini pertanyaan ke-berapa kali yang Rio dengar saat mereka akhirnya memutuskan untuk bulan madu selama satu bulan penuh dengan mengunjungi beberapa negara.Rio menutup koper lalu membimbing istrinya untuk duduk di ranjang."Sayang

  • Hey, Mama!   46. Extra Part 1

    "Taruh di sana, awas jangan sampai telurnya pecah!" "Sayurannya di sini."Ify terus memberikan pengarahan demi kenyamanan dapurnya. Agar ia bisa bergerak cepat, ia juga harus mengetahui letak bahan-bahannya dengan baik. Ify melihat lawan-lawannya yang juga melakukan hal yang sama. Sebagai yang terpilih mewakili Jade Imperial, Lintang memiliki harapan yang tinggi dan itu sedikit membuat gugup. Apalagi head chef-nya itu hadir di barisan para juri.Tangan Ify terasa agak gemetar karena gugup. Ini adalah kali pertama ia mengikuti acara kontes memasak. Tidak seperti saat ia mengikuti tes interview, kali ini semua orang akan melihat karena acaranya diliput secara exclusif oleh salah satu stasiun TV terkenal."Semangatt!! Kamu bisa!!" Sivia mengepalkan tangannya, memberi semangat kepada sang sahabat yang dibalas Ify dengan senyuman tipis. Apron sudah terpasang apik di tubuhnya. Ia kembali mengingat semua resep yang telah dihapalnya. Matanya memejam sembari berdoa agar ia bisa menyelesaika

  • Hey, Mama!   45. Epilog (21+)

    "Mas, bangun! Mas ....!" Ify terus menggoyang-goyangkan tubuh Rio, berharap suaminya itu terbangun. Pasalnya, Rio tengah merintih dalam tidurnya dengan air mata yang berderai."Sudah bangun suamimu, Fy?" "Belum, Ma! Mas Rio susah banget dibangunin. Nggak tahu mimpi apa sampai nangis kaya gini." Ify terus mengusap peluh dan air mata Rio. Sedikit khawatir karena Rio seperti sedang berada di dimensi mimpi yang sangat jauh sehingga sulit meraih kesadaran."Coba guyur pake air, Fy!" Zahra sudah datang dengan segayung air setelah sebelumnya masuk ke kamar mandi pengantin baru itu."Kasihan Mas Rio dong, Ma!""Ya terus gimana? Takutnya mimpinya terlalu jauh itu, Fy! Susah banget dibilangin jangan tidur menjelang maghrib juga, malah istrinya ditinggal sendirian," omel Zahra."Mas Rio kecapekan, Ma! Biar Ify usap aja siapa tahu Mas Rio bangun." Ify lantas mengambil alih gayung air dari tangan mertuanya, mencelupkan tangan lantas mengusapkan di wajah Rio. Dua kali usapan, kerjapan mata dari s

  • Hey, Mama!   44. Hari Bahagia (Ending)

    Gugup. Satu kata yang cukup menggambarkan bagaimana kacaunya Rio. Berkali-kali ia merapikan jas yang sudah rapi. Berjalan bolak-balik dari ranjang ke depan kaca karena takut penampilannya tidak memuaskan. Tangannya menggenggam tisu karena keringat dingin yang terus keluar. "Tenang Rio, tenang ... tarik napas ... buang ..." Rio terus menyugesti dirinya sendiri agar tak terlalu gugup. Suara pintu terbuka membuat Rio berjengit kaget. Ia menekan dadanya sendiri karena detak jantung yang semakin menggila seolah jantung itu bisa keluar dari dadanya dengan sendirinya."Mama ngangetin!" pekik Rio begitu mendapati entitas penyebab jantungnya semakin berdetak anomali."Padahal mama udah ketuk pintu, loh!" Zahra berjalan masuk perhalan. Menahan senyum melihat kegugupan sang anak yang terlihat sangat jelas."Gugup? Padahal bukan pertama kali loh!""Ish, Mama! Meskipun ini bukan pertama kali buat Rio, tapi sensasinya tetep aja bikin gugup, Ma!""Cih, cemen!" cibir Zahra yang membuat Rio melotot

  • Hey, Mama!   43. Resign

    Ify menghela napas panjang usai mendengar semua penjelasan Rio dan melihat rekaman CCTV. Memang terlihat jelas bagaimana Rio mencoba untuk menjaga jarak, tetapi perempuan itu mengambil kesempatan, dan entah kenapa momen itu tepat saat Ify tiba. Klasik, seperti momen-momen yang sering Ify baca di novel. Namun, itu juga alasan kenapa Ify mau mendengarkan penjelasan dari Rio. Ify hanya tak ingin menjadi orang yang menyesal karena kesalahpahaman."Sayang, jangan marah lagi ya! Aku minta maaf," Rio menatap Ify dengan pandangan memelas. Ify hanya mengangguk singkat. Meski tak lagi marah, tapi rasa kesal masih ada. Ingin rasanya ia menjambak rambut wanita itu hingga botak.Rio menghela napas melihat Ify yang setia dengan kebungkamannya. Harusnya ia memang mulai membuat peraturan tak tertulis kalau wanita itu kini dilarang datang ke kantornya."Aku harus apa biar kamu maafin aku?"Ify menoleh, mendapati Rio dengan ekspresi putus asa."Aku sudah maafin kamu, Mas! Lagian bukan salah Mas juga,

  • Hey, Mama!   42. Ujian

    "Ikut aku ke kantor aja gimana?" tawar Rio sebelum masuk ke mobil. "Mau ngapain, Mas? Jadwalku nanti masuk siang."Rio mencebik. "Kalau gitu nanti makan siang bareng ya?""Aku kan harus siap-siap ke restoran, Mas!""Sayaaang, nggak bisa apa bolos sehari gitu nemenin aku kerja?" Ify terkikik geli, Rio yang bertingkah clingy benar-benar sesuatu yang baru. Sisi yang cukup mengejutkan mengingat kesan pertama yang Ify lihat dari Rio adalah hot daddy."Ada ya, bos yang nyuruh karyawannya bolos?" "Ya lagian kamu sibuk banget, padahal di sini bosnya aku.""Kan aku ikut bantu ngurus persiapan pernikahan kita, Mas! Justru yang sibuk itu Mas Rio tau. Masa kita yang mau nikah tapi Mas Rio pasrah aja gitu nyerahin semuanya ke WO."Kali ini Rio menyengir dengan penuh rasa bersalah. "Maaf, sayang! Aku lagi ngebut kerjaan buat tiga bulan ke depan biar abis kita nikah, bisa honeymoon keliling dunia."Mendengar ucapan Rio, tak ayal dada Ify kembang kempis, perutnya terasa tergelitik mengundang sen

  • Hey, Mama!   41. Brother Feelings

    Mas Rio :Sayang, aku nanti agak telat nggak apa-apa ya? Masih ada sedikit pekerjaan mendesak :( Me :Nggak apa-apa, Mas!Lagian aku nanti juga mau belanja bentar di supermarketMas Rio : Belanjanya nggak pas kita pulang aja?Me :Nggak deh Mas! Takutnya nanti keburu capek, kita kan nggak tahu fitting-nya nanti sampai jam berapaMas Rio: Ya udah deh, hati-hati ya sayang!Belanja pake kartu yang aku kasih aja!Me :Iya Mas sayaang!Lagian aku cuma belanja dikit doang kok, Mas!Mas Rio: Pokoknya pake aja, Sayang! Aku nungguin notifikasi kartu yang kamu pake, nih!Me :Kamu aneh deh, Mas! Nggak takut apa kalau aku cuma mau porotin kamu doang?Mas Rio: Ngapain takut? Duitku banyak dan tugasmu buat habisinIfy tercengang tanpa bisa berkata melihat balasan terakhir dari Rio. Memang aneh orang kaya satu ini. Saat yang lain menyeleksi calonnya dengan ketat karena takut dimanfaatkan, Rio justru menyodorkan diri untuk diporoti. Jika sudah begini, maka Ify pun tak akan ragu lagi. Dengan se

  • Hey, Mama!   40. Satu Langkah

    "Pulang aja, ya! Aku lebih suka masakanmu."Ini adalah kelima kalinya Rio meminta untuk pulang. Ify hanya terdiam tanpa berniat merespon."Ify .... Sayaaang!" Rio merengek bak anak kecil, sama sekali tidak malu dengan Pak Aziz, sang supir yang tersenyum tipis melihat tingkah majikannya."Apa sih, Mas! Diem, kita hampir sampai!" Rio merengut. Menegakkan tubuhnya dengan tangan bersedekap dan memandang ke depan dengan penuh permusuhan. Bangunan hotel bintang lima itu seolah ingin ia musnahkan dalam sekali pandang."Nggak mau turun, Mas!"Ify tersenyum tipis melihat Rio yang merajuk. Sangat mirip dengan Atan. Sampai merek ke dalam hotel dan masuk ke restoran, Rio sama sekali tak berniat untuk mengubah ekspresi wajahnya yang penuh permusuhan. Semua orang yang menyapanya dengan ramah ia balas dengan pandangan dingin dan menusuk. Terutama saat melihat entitas seseorang yang kini tengah berjalan ke arah mereka dengan senyum lebarnya."Hai, Cantik! Aku udah siapin meja yang spesial buat ka

  • Hey, Mama!   39. Sampai Kapan?

    Keadaan hening di dalam lobi saat Agni, selaku mantan istri dari Rio berhasil diusir meski melibatkan satpam. Ify menghela napas sekali lagi saat Rio tak juga membuka suara."Mau sampai kapan kita kaya gini?" Ify membuka suara yang membuat Rio terlonjak kaget. Sedikit tergagap dan melihat Ify dengan sendu."Maaf," ucapnya lirih."Maaf kenapa?""Maaf karena aku selalu membuatmu dalam posisi yang sulit, aku juga selalu membuatmu berada dalam bahaya."Ify melangkahkan kakinya ke kursi yang memang tersedia di lobby dekat receptionist, duduk disana diikuti oleh Rio."Jadi itu alasan Mas Rio pergi?"Lidah Rio kelu, tak sanggup menatap Ify yang kini memusatkan perhatian padanya.Rio kembali membisu, Ify menghela napas tajam. Meskipun ada rasa tak tega melihat Rio yang sangat kacau, tapi Ify harus melakukannya. Agar Rio tak lagi mencoba kabur dan berani menghadapi ketakutannya."Itukah cara Mas untuk kabur dari tanggungjawab?" Lagi-lagi Rio tak membuka suara."Mau tahu cerita nggak, Mas? Ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status