Senin pagi, Aileen sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia menyetel alarm setengah jam dari yang biasanya ia bangun. Saat ini ia tinggal sendiri, jadi ia harus melakukan segalanya sendiri. Aileen mengikat rambutnya dan membasuh wajah untuk benar-benar membuka matanya. Setelah mengelap wajahnya dengan handuk, Aileen mengulas senyumnya lebar menatap pantulan dirinya di kaca. "Semangat, semangat! Ayo semangat hari ini! Nanti ketemu Kak Arlen!"
Aileen
Kak Arlen❤Yang tadi itu siapa?Aileen mengerjapkan matanya cepat. Ia tidak langsung membalas pesan dari Aileen dan memilih melakukan tujuan awalnya yaitu mengheningkan mode ponselnya. Setelah itu Aileen kembali menyimpan ponselnya ke dalam sa
Kak Arlen❤Dek?Aileen yang baru saja selesai belajar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur mengulas senyum lebar saat melihat pesan masuk dari sosok yang ia sukai itu.
Arlen berdecak pelan, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, namun entah kenapa ia merasa tidak tenang. Mungkin karena ciuman singkatnya dengan Aileen tadi, atau entahlah. Arlen sendiri bingung dengan apa yang membuatnya merasa seperti ini. Arlen menghela napasnya untuk yang kesekian kali, sudah setengah jam yang lalu ia menyelesaikan pekerjaannya dan selama itu pula ia hanya duduk diam di kursi sambil sesekali melihat ponselnya. Sosok itu sedikit mengerutkan dahinya saat melihat status WhatsApp dari Olin, adik angkatnya itu memang sering tidur larut. Dengan itu Arlen pun memilih mengirimkan pesan padanya.
Bunda langsung mengusap-usap pipi Aileen yang terlihat memerah saat tiba, sedangkan Mommy menatap Brian khawatir dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. "Ini kenapa sih, kenapa? Kok bisa dipanggil ke kantor segala?" tanya Mommy sambil mendudukkan diri di samping Brian di sebelah kiri. Bunda pun akhirnya mendudukkan diri di samping Aileen sambil mengusap bahu gadis itu. "Begini, Ibu." Guru itu menatap Brian dan Aileen bergantian, "Ceritakan." Brian pun memulai ceritanya, "Gini lho Bun, Mom, kan Brian tadi telat ke sekolah, terus Brian jadinya bolos ke toilet. Karena di toilet cowok udah ketauan, ya udah Brian ke toilet cewek. Sepi tuh pertamanya, kan baru masuk. Eh tapi belum juga lima menit di dalem, ada yang masuk ke toilet sambil nyanyi-nyanyi. Brian kan hafal suara Ai yang jelekㅡ" Dan Brian mendapat pukulan sayang dari Aileen. Mommy yang melihat itu mencubit pipi Aileen, "Nggak boleh nakal tangannya!" Aileen pun m
Aileen baru saja selesai memasak makan malam ketika bel apartemennya tiba-tiba berbunyi. Setelah merapikan piring dan mencuci tangannya, ia segera keluar untuk membukakan pintu. Rasa terkejutnya tidak bisa disembunyikan karena ternyata yang bertamu adalah Arlen. "Malem, Dek?" Aileen mengerjap melihat Arlen yang tersenyum. "Saya chat kamu, tapi nggak dibales," ucapnya sambil menunjukkan layar ponsel yang memperlihatkan pesannya kepada Aileen. Aileen terkekeh canggung, "Aku lagi masak, Kak. Hp-nya di-charge di kamar." Arlen pun ber-oh pelan. "Ehm, ayo masuk dulu, Kak?" tawar Aileen. Arlen pun mengangguk dan mengikuti gadis itu masuk ke dalam apartemennya. Entah kenapa Arlen merasa canggung, bahkan pertemuan pertama keduanya tidak terasa seperti ini."Kamu habis masak?" tanya Arlen retorik. Aileen mengangguk, "Iya, Kak." Arlen men
Setelah pengakuan tidak jujurnya kepada Aileen kemarin, Olin bertekad untuk menjauhi Arlen dan Aileen. Arlen dan Aileen menjadi semakin dekat setelah itu. Arlen sudah beberapa kali mengantar Aileen ke sekolah karena melihat gadis itu yang berjalan menuju sekolahnya atau ia yang menawari tumpangan sebelumnya. Sedangkan Olin yang sering melihat kebersamaan dua orang itu mulai menjauh, baik pada Arlen maupun Aileen. Ia tidak tahu dua pasangan itu sudah benar-benar berpacaran atau belum. Tapi dari apa yang dia lihat setelah Aileen pindah ke gedung apartemen yang sama dengannya, hubungan Arlen dan Aileen memang terlihat tidak biasa.Mereka tidak menunjukkan hubungan layaknya adik dan kakak seperti ia dan Arlen. Dan Olin tidak bodoh untuk mengetahui hubungan apa yang akan terjalin di antara dua sejoli itu. Sayangnya, langkahnya untuk
Alarm yang berbunyi membangunkan Aileen dari tidur nyenyaknya. Aileen mengernyitkan dahinya seraya mematikan alarm dari ponselnya itu. Pukul enam pagi, hari Senin, hari pertamanya kembali bersekolah di kelas akhir Sekolah Menengah Atas. Aileen baru saja hendak menyibak selimutnya ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Senyumnya lantas terulas saat melihat ibunya, "Morning, Mom." Ibunya tersenyum dan mengangguk, "Morning, Sayang. Ayo cepet bangun, bantu Mommy bangunin yang lain." Aileen pun mengangguk, ia segera melipat selimutnya sebelum beranjak dari tempat tidurnya untuk membangunkan saudaranya yang lain.
Saat Jovan menghentikan mobilnya, Aileen segera berlari masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih pada kakaknya itu. Ia mencari sesuatu. "Abang, es krimnya mana?" tanya Aileen saat mendapati kakaknya itu baru saja menuruni tangga. Jevan menunjuk ke arah dapur, "Di kulㅡ" Belum sempat Jevan menyelesaikan ucapannya, Aileen lebih dulu berlari ke arah dapur dan menemukan Kenza serta Vilan yang sedang asik menikmati es krim. "Punyaku mana?" Kenza yang iseng mengangkat bahunya, "Udah gue makan, abis." Aileen berdecak sebal, memilih membuka kulkas untuk memastikan ucapan adiknya itu. Ia tersenyum senang saat melihat masih banyak es krim di dalam freezerㅡ dengan berbagai macam rasaㅡ karena Jevan tahu adikny