Saat Jovan menghentikan mobilnya, Aileen segera berlari masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih pada kakaknya itu. Ia mencari sesuatu. "Abang, es krimnya mana?" tanya Aileen saat mendapati kakaknya itu baru saja menuruni tangga. Jevan menunjuk ke arah dapur, "Di kulㅡ" Belum sempat Jevan menyelesaikan ucapannya, Aileen lebih dulu berlari ke arah dapur dan menemukan Kenza serta Vilan yang sedang asik menikmati es krim. "Punyaku mana?" Kenza yang iseng mengangkat bahunya, "Udah gue makan, abis." Aileen berdecak sebal, memilih membuka kulkas untuk memastikan ucapan adiknya itu. Ia tersenyum senang saat melihat masih banyak es krim di dalam freezerㅡ dengan berbagai macam rasaㅡ karena Jevan tahu adiknya akan ribut jika ia hanya membelikan es krim untuk Aileen.
"Malak Abang terus kalian tuh." Aileen menoleh ke arah ibunya yang hendak mengambil piring. Aileen pun terkekeh, "Aku nggak malah lho, Mom. Abang sendiri yang tadi tiba-tiba nawarin mau beliin es krim. Aku kira ya cuma beliin aku doang, ternyata itu tuyul berdua dibeliin juga." Vilan hanya mengulas senyumnya sambil mendengus pelan mendengar kakaknya menyebutnya tuyul, sedangkan Kenza tertawa kencang. "Anjir, tuyul dong." Aileen kini menoleh menatap Kenza dan Vilan, "Ya kalian emang kayak tuyul. Berdua terus, tukang nyolong, untung nggak botak." Mommy ikut tertawa mendengar ucapan Aileen. "Udah sana minggir. Mommy mau ambil stroberi di kulkas ini." Aileen menyunggingkan cengirannya lalu menyingkir dari depan kulkas. "Ganti baju dulu, Dek, bersih-bersih, baru dimakan es krimnya." Aileen menoleh ke arah kiri, Jevan yang memperingati. Aileen pun memilih menuruti kakaknya itu dan meletakkan es krimnya kembali ke dalam freezer.
Aileen naik ke lantai duaㅡ tempat di mana kamarnya berada. Ia meletakkan tasnya di atas meja belajar sebelum menuju kamar mandi. Jam pulang sekolahnya sore hari, maka dari itu ia memutuskan untuk mandi. Selepas mengeringkan rambutnya dan merebahkan tubuhnya selama sepuluh menit sambil merenungi kesalahannya karena tidak meminta nomor telepon dan akun sosial media milik Olin, Aileen akhirnya kembali keluar dari kamarㅡ ia ingin memakan es krimnya sebelum malam datang.
Aileen sempat melirik sekitar karena tidak menemukan siapa pun di lantai satu. Ruang tamu terlihat kosong dan tidak tidak ada satu orang pun di ruang keluarga maupun ruang makan. Aileen pun mengedikkan bahunya, 'Mungkin di luar, kalo nggak pada di kamar,' batinnya sambil terus menuruni tangga. Aileen mengantongi empat es krim coklat yang ada di dalam freezer dan memegang satu stik es krim di tangan kanannyaㅡ ia berniat mengelilingi rumahㅡ itu menjadi kegiatannya ketika bosan di sore hari.
Aileen tidak pernah merasa bosan melihat bagian luar rumahnya. Halaman depan rumahnya sangat luas, terdapat jalan khusus untuk dilalui mobil, lalu terdapat air mancur di tengah-tengah hamparan rumput. Hamparan rumput itu sering dijadikan tempat untuk melakukan pesta kecil dan acara makan-makan. Di bagian kanan rumah terdapat garasi yang menuju ke bagian bawah rumah. Garasi itu sengaja dibuat tepat di bawah rumah agar luas karena semua orang di rumah memiliki mobil masing-masingㅡ bahkan Vilanㅡ walau ia belum diperbolehkan mengendarai mobilnya sendiri. Di bagian kiri rumah juga terdapat taman mini yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarna-warni. Aileen sering menghabiskan waktunya di tempat ini. Dan di belakang rumah terdapat kolam renang yang cukup luas. Papa membuatnya karena sang istri yang memiliki hobi berenang dan menurun pada anak-anaknyaㅡ kecuali Aileenㅡ karena ia tidak bisa berenang hingga saat ini.
Aileen akhirnya memutuskan untuk menghampiri bagian belakang rumah saat melihat ketiga kakak laki-lakinya ternyata sedang berenang. Aileen pun mendudukkan diri di tepi kolam renang yang kering. Kakinya yang terbalut celana pendek membuatnya menenggelamkan kaki kecil itu ke dalam air. "Abang pulang kapan?" tanyanya pada Gryson. Gryson menghampiri Aileen untuk meminta es krim yang sedang ia makan. Aileen pun membiarkan kakak pertamanya itu mengambil satu gigitan. Aileen menunggu dengan sabar saat Gryson sedang melelehkan es krim di dalam mulutnya itu. "Ehm, barusan pulangnya. Nggak ada orang di depan ya udah ke belakang, malah dikerjain nih curut berdua, diceburin ke kolam." Aileen pun tertawa mendengarnya, "Nakal Abang tuh emang."
"Mana sini gue minta es krimnya." Jovan bersuara. Aileen pun mengeluarkan satu es krim dari dalam kantongnya, "Cuma sisa ini," lalu ia tertawa. "Maniak es krim dasar." Aileen mengerutkan hidungnya menatap Jovan. "Biarin lah!" Jevan menggigit es krim yang baru saja Jovan buka bungkusnya, membuat saudaranya berdecak karena itu. "Minta dikit elah." Jovan pun hanya mendengus karena tidak bisa mendebat adik kembarnya. "Udah abis semua, Dek? Makan es krim berapa kamu?" tanya Jevan pada adiknya. Aileen menyunggingkan cengirannya, "Udah habis semua yang Abang beliin buat aku." Jevan pun tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya karena itu. "Sakit gigi kapok." Aileen mengerutkan hidungnya, "Nggak bakal ya."
"Ngeyel," ucap Jovan dan Jevan bebarengan. Aileen hanya tertawa mendengarnya. "Ah nggak seru nih Adek udah mandi." Aileen kembali tertawa mendengar ucapan Gryson, "Emang kenapa kalo belum?" Gryson menarik pelan kaki Aileen, "Mau Abang cemplungin sini lah." Jovan mendekat ke arah Aileen, "Kalo mau nyemplungin dia tinggal cemplungin aja kali, biar nanti mandi lagi." Aileen berniat berdiri karena ia tahu Jovan tidak main-main. Namun kakinya ditahan lebih kuat oleh Gryson.
"Ayo nyebur, Dek." Ucap Gryson pada adiknya. Aileen menggeleng ribut, "Nggak mau! Aku udah mandi!" Jovan pun tertawa sambil ikut memegang kaki Aileen yang lain. "Ayo, gue pegangin, nggak bakal tenggelem kok tenang aja." Aileen berusaha memberontak dan meminta tolong pada Jevan, namun sosok itu hanya diam di pinggir kolam sambil bersedekap dan menatapnya. Teriakan Aileen membuat Kenza yang baru saja membuka balkon kamarnya melongok ke bawah, ia pun tertawa dan segera berlari keluar dari kamarnya untuk ikut mengerjai kakaknya itu. Saat tangan Aileen hampir lepas dari pegangannya pada sebuah besi, Kenza menahannya. Aileen pun menatap adiknya itu dengan penuh permohonan untuk diselamatkan. Kenza pun tersenyum dan mengangguk, ia menarik tangan Aileen, lalu saat sosok itu sudah berdiri di hadapannya, ia mendorongnya.
Aileen jatuh ke dalam kolam tanpa aba-aba. Jevan yang terkejut segera mendekati adiknya itu. Jovan dan Gryson pun langsung memegangi Aileen saat sosoknya berusaha untuk berdiri di dalam air. Aileen mengusap wajahnya kasar lalu menangis karena sangat terkejut. Jevan berdecak pelan lalu membantu Aileen keluar dari kolam renang. Ia mendudukkan Aileen di tepi kolam sambil mengusap bahu adiknya itu. "Udah, diem, nggak papa. Abang marahin nanti mereka." Jevan pun melirik tajam ke arah Gryson dan Jovan yang berpura-pura tidak melihat dan kini saling mencipratkan air, lalu tatapannya beralih pada Kenza dengan tatapan tidak suka. Kenza pun mengerucutkan bibirnya lalu menghampiri Aileen dan Jevan. Ia berjongkok dan menepuk pelan bahu Aileen, "Maaf." Ucapnya merasa bersalah. Aileen meredakan tangisnya, lalu memukul Kenza cukup kuat. "Aduh! Anjir, sakit!"
Aileen kini menarik tangan Kenza lalu mendorongnya ke dalam air. Kenza hanya tertawa saat keluar dari dalam air sambil menyibak rambutnya. "Dah ya, impas, sama-sama basah." Aileen mengerutkan hidungnya menatap adiknya itu, "Nyebelin dasar!" Kenza lagi-lagi tertawa karenanya. Jevan yang masih merasa khawatir mengusap rambut Aileen pelan. Adiknya itu pasti sangat terkejut, belum lagi ia tidak bisa berenangㅡ maka dari itu Jevan merasa benar-benar kesal. Namun melihat Kenza dan Aileen yang kini saling mencipratkan air membuat rasa kesalnya perlahan menghilang. Ia juga tidak tega memarahi adiknya itu. Jevan menghela napasnya pelan, 'Ya udahlah, yang penting Ai nggak nangis lagi.'
Lantas kegiatan mereka harus terhenti karena Mommy yang berdiri di tengah pintu belakang sambil berkacak pinggang. "Ini udah sore ngapain masih pada ceguran?! Naik sekarang! Mandi!" Lalu Mommy menoleh pada Aileen. "Itu kenapa Ai basah? Tadi kayaknya udah mandi? Siapa yang cegurin ke kolam?!" Gryson, Jovan, Jevan, dan Kenza perlahan keluar dari dalam kolam lantas berdiri sambil menundukkan kepalanya. Aileen pun menyusul mereka lalu menghampiri sang Mommy. "Aku nyebur sendiri kok Mom, dah ya mau mandi dulu, Mommy jangan marah-marah terus nanti cepet tua." Aileen pun tertawa.
Sebelum ibunya itu kembali mengomel, Aileen mengecup pipinya dan berlari masuk ke dalam rumah. "Aileen itu kakimu basah!" Tawa Aileen terdengar menggema di dalam rumah, namun ia tetap berlari kecil menuju kamarnya. Di saat perhatian Mommy teralih itu Gryson, Jevan, Jovan, serta Kenza berlari ke bagian kiri rumah agar bisa masuk dari pintu depan tanpa mendengar omelan Mommy. Mommy yang menyadari jika keempat anaknya yang sebelumnya berada di tepi kolam hilang berdesis kesal. "Dasar anak-anak itu." Vilan yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu kini menampakkan diri, "Pada nakal kan Mom mereka. Untung Vilan liat." Mommy tertawa pelan sambil mengacak rambut Vilan, "Bantu Mommy masak makan malem, ya?" Vilan pun mengangguk setuju.
Di dalam kamar Aileen hanya mengganti bajunya yang basah dengan piyama, lantas kembali keluar dari kamar karena memiliki tugas negaraㅡ membantu ibunya menyiapkan makan malam. Langkahnya ringan, kakinya melompat-lompat kecil sambil menuruni tangga, membuat Jevan yang baru saja keluar dari dalam kamar segera berjalan di belakangnya dan mengawasinya dengan seksamaㅡ takut kalau-kalau adiknya itu terpeleset dan tergelincir dari anak tangga. "Jangan lompat-lompat di tangga itu, hei! Jatoh kamu nanti!" Aileen menghentikan aksinya saat mendengar suara bariton khas milik ayahnya. Aileen pun tertawa lalu menuruni tangga dengan benar dan segera menghampiri sang papa. "Tumben Papa udah pulang," ucapnya sambil mengambil alih tas yang dibawa papanya. Papa mengangguk, tangannya terangkat mengacak rambut Aileen. "Abangmu aja tadi pulang cepet, kan? Berarti kerjaan udah selesai, makanya Papa juga pulang cepet."
Aileen mengiringi langkah papanya yang berjalan menuju ke dapur, namun ia mengerucutkan bibir kesal saat melihat papanya justru sedang memeluk Mommy dari belakang. Vilan yang sedang menumis sayur pun memilih mematikan kompor dan beranjak dari dapurㅡ karena Papa dan Mommy-nya itu memang sering bermesraan tidak tahu tempat. Jevan yang sejak tadi berdiam diri di bawah tangga menggelengkan kepalanya pelan, ia meletakkan tas milik papanya yang Aileen bawa, lalu menarik adiknya itu menuju ruang keluarga. "Papa kalo mau bikin adek tolong di kamar, ya." Jevan mengucapkan hal itu cukup keras sambil mencoba menutupi mata dan telinga Aileen.
Makan malam pun berakhir dengan masakan seadanya yang sudah Mommy dan Vilan buat. Keenam anak yang mendiami rumah milik Natha Devaler itu menyantap makanan dengan heningㅡ tanpa kedua orang tua mereka. Namun Aileen yang tidak tahan dengan suasana yang masih saja membuat canggung itu akhirnya bersuara. "Ish! Aku mau makan banyak! Kurang makanannya! Papa kenapa pulang cepet sih! Abang juga! Pasti kayak gini kejadiannya kalo Papa pulang cepet!" Aileen mengerucutkan bibirnya. "Aku nggak mau punya adek lagi." Jevan yang lagi-lagi duduk di samping Aileen mengusap rambutnya. "Udah, biarin aja Papa sama Mommy lagi seneng-seneng. Kita seneng-seneng juga gimana? Mau makan di luar? Abang Gry yang traktir." Lantas Jevan tertawa. Gryson sempat mendengus, namun akhirnya mengangguk mengiyakan. "Ayo deh. Kasian adek-adek Abang yang masih di bawah umur." Aileen pun tertawa, namun mereka semua akhirnya bersiap untuk keluar rumah.
Keenamnya menaiki mobil milik Grysonㅡ dengan Vilan yang duduk di samping kursi kemudi, Aileen berada tepat di belakang Gryson bersama Jovan yang merebahkan diri di atas pahanya sambil memainkan ponsel, lalu di kursi paling belakang ditempati oleh Kenza yang sedang sibuk bercerita tentang harinya setelah kembali bersekolah pada Jevan. "Mau makan apa nih?" tanya Gryson sambil melirik spion yang ada di dalam mobil. Aileen menoleh ke arah Vilan, lalu ke arah Jevan. "Nanya aku?" Gryson pun tertawa. "Ya iya, Dek. Yang lain mah ngikut aja, kamu tuh yang sering ribet." Aileen mengerutkan hidungnya saat menatap Gryson dari kaca spion. "Ya udah McD aja, aku mau pesen banyak nanti." Gryson tertawa pelan dan mengangguk, ia pun melajukan mobilnya menuju tempat yang akan mereka tuju.
Tiba di restoran cepat saji yang sangat terkenal itu, mereka langsung turun dari mobil. Aileen mendudukkan diri di pojok restoran, disusul yang lainㅡ tanpa Gryson yang memesan makanan. Sambil menunggu pesanan siap, Jovan yang usil mengajak mereka untuk melakukan truth or dare. Namun Aileen yang tiba-tiba merasa pusing memilih untuk tidak mengikuti permainan penuh jebakan itu. Ketika adik dan kakaknya sedang sibuk bermain, Aileen justru sibuk mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat sekitar, 'Siapa tau ada yang ganteng,' batinnya.
Namun edaran matanya harus terhenti ketika rasa pusing yang Aileen rasakan justru semakin menjadi. Aileen merasakan keringat dingin yang mengalir di dahi dan lehernya, perutnya pun tiba-tiba terasa mual. Aileen berdesis pelan, kepalanya terasa berat. Namun ia sempat melihat sosok yang familiar memasuki restoran itu. Dengan pakaian kasual, sosok itu lagi-lagi berhasil menarik perhatian Aileen. Aileen tersenyum, ia bangkit dari posisi duduknya, berniat menghampiri sosok laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu sebelum gelap menyergapnya. Aileen pingsanㅡ dan kegaduhan pun terjadi.
"Kak Ai!"
"Dek! Adek!"
"Telepon ambulance!"
"Telepon Papa sama Mommy!"
Aileen pergi ke sekolahnya diantar oleh sang ibu hari ini. Kejadian pingsan semalam terjadi karena Aileen yang kelelahan dan melupakan makan siang. Sosoknya terlalu sibuk bercerita bersama Olin dan hanya memakan makanan ringanㅡ tidak memasukkan sesendok nasi. Maagnya kambuh dan ia kelelahan karena sempat mengelilingi sekolah yang tidak bisa dibilang kecil. Aileen pun akhirnya mendapat omelan dari Mommy setelah siuman di rumah sakit.Aileen masih bisa sekolah hari ini, namun sang ibu
Aileen masuk ke dalam mobil Gryson yang menjemputnya sore ini. Tangannya lantas menepuk-nepuk lengan kakaknya ituㅡ menyuruhnya tetap mengendarai mobil dengan perlahan saat melihat sosok lelaki yang sejak kemarin menarik perhatiannya. Gryson menatap Aileen sedikit bingung. "Apa sih, Dek?" Aileen tanpa menoleh ke arah Gryson menunjuk lelaki itu dari kaca mobil. "Ganteng nggak, Bang?" Aileen kini menoleh ke arah Gryson dan sedikit menyingkir agar ia bisa melihat orang yang Aileen maksud. Gryson pun tertawa pelan setelah melihat sosok itu. "Tipemu gitu, ya?" Aileen terkekeh dan mengangguk. "Om-om," lanjut Gryson lagi sambil menginjak pedal gas. Aileen pun memukul lengan Gryson dan mencubitnya sekali. Grys
Mommy merangkul bahu Aileen dan langsung mendekapnya, Gryson pun menghampiri adiknya itu dengan berlutut di hadapannya. Aileen menangis cukup lama hingga akhirnya ia menyadari sesuatu, Jovan dan Jevan tidak boleh mengetahui perihal rencananya untuk pindah ke apartemen itu. Aileen pun menghentikan tangisnya, ia melepaskan dekapannya pada sang bunda lalu menatap kakaknya. Gryson yang paham lantas berdiri dan mengulurkan tangannya pada Aileen.Gryson menggend
"Hah?! Kok?!" Mommy kembali tersenyum, "Tadi pagi-pagi banget dia udah bangun, bantu Mommy masak sebentar terus bikin kopi buat papamu. Dia nanya lagi, masih minta izin buat pindah. Tapi papamu ya tetep ngelarang, bilangin Aileen lacur karena alesannya mau pindah ke apartemen mau ngejar cowok." Gryson mengepalkan tangannya, sedangkan Kenza dan Vilan yang terkejut saling berpandanganㅡ kedua orang itu tidak tahu jika tingkahnya membuat Jevan akhirnya penasaran dan sejak tadi ikut menguping. "Mommy suruh ke kamar habis itu, nangis lah dia pasti dari tadi, makanya sampe anget gitu badannya." Gryson berdecak pelan, "Terus Papa ke mana?" Mommy lagi-lagi tersenyum sambil mulai mencuci piring, "Ya, keluar kot
Aileen akhirnya pindah ke apartemen setelah perjanjian yang telah disetujui oleh ia dan papanya. Aileen akhirnya dibolehkan untuk tinggal sendiri. Dan seolah keberuntungan sedang berpihak padanya, Aileen mendapat ruangan tepat di samping milik Arlen. Aileen sempat mengetahui di nomor berapa Arlen menyewa, maka dari itu ia sangat senang karenanya. Penyewa ruangan yang akan ditempati Aileen baru saja pindah kemarinㅡ yang sebenarnya semua ini telah diatur oleh Gryson. Gryson diam-diam membayar penyewa apartemen itu agar pindah ke tempat lain dan membiarkan Aileen bersebelahan ruangan dengan Arlen. Papa menyuruhnya untuk sedikit membantu Aileen, maka inilah yang Gryson lakukan. Ia harap adiknya bisa mengejar dan m
Aileen keluar dari apartemennya, ia hendak pergi ke supermarket untuk membeli sayuran, ia ingin memasak makan malam. Tak disangka pintu di sebelahnya juga terbuka, Arlen juga baru saja keluar dari apartemennya. Aileen pun mengulas senyum menatap sosok itu. Arlen mendekat pada Aileen, "Mau ke mana?" tanyanya langsung. Aileen menunjukkan telapak tangannya yang berisi tas belanja yang ia lipat kecil dan menggoyangkan itu, "Ke supermarket, Kak." Arlen tertawa pelan, "Ayo bareng kalo gitu, saya mau keluar juga." Kini keduanya berjalan menuju lift, "Kakak mau ke supermarket juga?" Arlen menggeleng mendengar pertanyaan Aileen, "Nggak, saya mau ke minimarket aja." Aileen ber-oh pelan sambil menganggukkan kepa
Senin pagi, Aileen sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia menyetel alarm setengah jam dari yang biasanya ia bangun. Saat ini ia tinggal sendiri, jadi ia harus melakukan segalanya sendiri. Aileen mengikat rambutnya dan membasuh wajah untuk benar-benar membuka matanya. Setelah mengelap wajahnya dengan handuk, Aileen mengulas senyumnya lebar menatap pantulan dirinya di kaca. "Semangat, semangat! Ayo semangat hari ini! Nanti ketemu Kak Arlen!"Aileen
Kak Arlen❤Yang tadi itu siapa?Aileen mengerjapkan matanya cepat. Ia tidak langsung membalas pesan dari Aileen dan memilih melakukan tujuan awalnya yaitu mengheningkan mode ponselnya. Setelah itu Aileen kembali menyimpan ponselnya ke dalam sa