Setelah pengakuan tidak jujurnya kepada Aileen kemarin, Olin bertekad untuk menjauhi Arlen dan Aileen. Arlen dan Aileen menjadi semakin dekat setelah itu. Arlen sudah beberapa kali mengantar Aileen ke sekolah karena melihat gadis itu yang berjalan menuju sekolahnya atau ia yang menawari tumpangan sebelumnya. Sedangkan Olin yang sering melihat kebersamaan dua orang itu mulai menjauh, baik pada Arlen maupun Aileen. Ia tidak tahu dua pasangan itu sudah benar-benar berpacaran atau belum. Tapi dari apa yang dia lihat setelah Aileen pindah ke gedung apartemen yang sama dengannya, hubungan Arlen dan Aileen memang terlihat tidak biasa.
Mereka tidak menunjukkan hubungan layaknya adik dan kakak seperti ia dan Arlen. Dan Olin tidak bodoh untuk mengetahui hubungan apa yang akan terjalin di antara dua sejoli itu. Sayangnya, langkahnya untuk
Alarm yang berbunyi membangunkan Aileen dari tidur nyenyaknya. Aileen mengernyitkan dahinya seraya mematikan alarm dari ponselnya itu. Pukul enam pagi, hari Senin, hari pertamanya kembali bersekolah di kelas akhir Sekolah Menengah Atas. Aileen baru saja hendak menyibak selimutnya ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Senyumnya lantas terulas saat melihat ibunya, "Morning, Mom." Ibunya tersenyum dan mengangguk, "Morning, Sayang. Ayo cepet bangun, bantu Mommy bangunin yang lain." Aileen pun mengangguk, ia segera melipat selimutnya sebelum beranjak dari tempat tidurnya untuk membangunkan saudaranya yang lain.
Saat Jovan menghentikan mobilnya, Aileen segera berlari masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih pada kakaknya itu. Ia mencari sesuatu. "Abang, es krimnya mana?" tanya Aileen saat mendapati kakaknya itu baru saja menuruni tangga. Jevan menunjuk ke arah dapur, "Di kulㅡ" Belum sempat Jevan menyelesaikan ucapannya, Aileen lebih dulu berlari ke arah dapur dan menemukan Kenza serta Vilan yang sedang asik menikmati es krim. "Punyaku mana?" Kenza yang iseng mengangkat bahunya, "Udah gue makan, abis." Aileen berdecak sebal, memilih membuka kulkas untuk memastikan ucapan adiknya itu. Ia tersenyum senang saat melihat masih banyak es krim di dalam freezerㅡ dengan berbagai macam rasaㅡ karena Jevan tahu adikny
Aileen pergi ke sekolahnya diantar oleh sang ibu hari ini. Kejadian pingsan semalam terjadi karena Aileen yang kelelahan dan melupakan makan siang. Sosoknya terlalu sibuk bercerita bersama Olin dan hanya memakan makanan ringanㅡ tidak memasukkan sesendok nasi. Maagnya kambuh dan ia kelelahan karena sempat mengelilingi sekolah yang tidak bisa dibilang kecil. Aileen pun akhirnya mendapat omelan dari Mommy setelah siuman di rumah sakit.Aileen masih bisa sekolah hari ini, namun sang ibu
Aileen masuk ke dalam mobil Gryson yang menjemputnya sore ini. Tangannya lantas menepuk-nepuk lengan kakaknya ituㅡ menyuruhnya tetap mengendarai mobil dengan perlahan saat melihat sosok lelaki yang sejak kemarin menarik perhatiannya. Gryson menatap Aileen sedikit bingung. "Apa sih, Dek?" Aileen tanpa menoleh ke arah Gryson menunjuk lelaki itu dari kaca mobil. "Ganteng nggak, Bang?" Aileen kini menoleh ke arah Gryson dan sedikit menyingkir agar ia bisa melihat orang yang Aileen maksud. Gryson pun tertawa pelan setelah melihat sosok itu. "Tipemu gitu, ya?" Aileen terkekeh dan mengangguk. "Om-om," lanjut Gryson lagi sambil menginjak pedal gas. Aileen pun memukul lengan Gryson dan mencubitnya sekali. Grys
Mommy merangkul bahu Aileen dan langsung mendekapnya, Gryson pun menghampiri adiknya itu dengan berlutut di hadapannya. Aileen menangis cukup lama hingga akhirnya ia menyadari sesuatu, Jovan dan Jevan tidak boleh mengetahui perihal rencananya untuk pindah ke apartemen itu. Aileen pun menghentikan tangisnya, ia melepaskan dekapannya pada sang bunda lalu menatap kakaknya. Gryson yang paham lantas berdiri dan mengulurkan tangannya pada Aileen.Gryson menggend
"Hah?! Kok?!" Mommy kembali tersenyum, "Tadi pagi-pagi banget dia udah bangun, bantu Mommy masak sebentar terus bikin kopi buat papamu. Dia nanya lagi, masih minta izin buat pindah. Tapi papamu ya tetep ngelarang, bilangin Aileen lacur karena alesannya mau pindah ke apartemen mau ngejar cowok." Gryson mengepalkan tangannya, sedangkan Kenza dan Vilan yang terkejut saling berpandanganㅡ kedua orang itu tidak tahu jika tingkahnya membuat Jevan akhirnya penasaran dan sejak tadi ikut menguping. "Mommy suruh ke kamar habis itu, nangis lah dia pasti dari tadi, makanya sampe anget gitu badannya." Gryson berdecak pelan, "Terus Papa ke mana?" Mommy lagi-lagi tersenyum sambil mulai mencuci piring, "Ya, keluar kot
Aileen akhirnya pindah ke apartemen setelah perjanjian yang telah disetujui oleh ia dan papanya. Aileen akhirnya dibolehkan untuk tinggal sendiri. Dan seolah keberuntungan sedang berpihak padanya, Aileen mendapat ruangan tepat di samping milik Arlen. Aileen sempat mengetahui di nomor berapa Arlen menyewa, maka dari itu ia sangat senang karenanya. Penyewa ruangan yang akan ditempati Aileen baru saja pindah kemarinㅡ yang sebenarnya semua ini telah diatur oleh Gryson. Gryson diam-diam membayar penyewa apartemen itu agar pindah ke tempat lain dan membiarkan Aileen bersebelahan ruangan dengan Arlen. Papa menyuruhnya untuk sedikit membantu Aileen, maka inilah yang Gryson lakukan. Ia harap adiknya bisa mengejar dan m
Aileen keluar dari apartemennya, ia hendak pergi ke supermarket untuk membeli sayuran, ia ingin memasak makan malam. Tak disangka pintu di sebelahnya juga terbuka, Arlen juga baru saja keluar dari apartemennya. Aileen pun mengulas senyum menatap sosok itu. Arlen mendekat pada Aileen, "Mau ke mana?" tanyanya langsung. Aileen menunjukkan telapak tangannya yang berisi tas belanja yang ia lipat kecil dan menggoyangkan itu, "Ke supermarket, Kak." Arlen tertawa pelan, "Ayo bareng kalo gitu, saya mau keluar juga." Kini keduanya berjalan menuju lift, "Kakak mau ke supermarket juga?" Arlen menggeleng mendengar pertanyaan Aileen, "Nggak, saya mau ke minimarket aja." Aileen ber-oh pelan sambil menganggukkan kepa