Herrscher melihat orang – orang di perpustakaan menggunakan sebuah laptop. Beberapa dari mereka hanya membuka social media dan beberapa lainnya memang benar – benar sedang mengerjakan tugas.
“Ah, ternyata mereka tidak hanya mencari informasi dari buku. Baiklah, aku tidak perlu membaca buku disini.”
“Tapi kau tidak membawa laptop.”
“Ah, kau benar.”
Herrscher melihat sekeliling, mengamati orang – orang di sekitarnya. Setelah ia merasa aman, Herrscher memasukkan tangan kanannya ke saku celananya . Herrscher mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah bola berwarna hitam yang tampak padat dengan lingkaran kaca kecil di tengahnya. Herrscher memegang bola itu di bawah meja agar tidak terlihat orang. Herrshcer menekan salah satu tombol di bola tersebut. Kemudian yang menjadi makin padat dan membentuk sebuah laptop. Herrscher kemudian memegang laptop itu dengan tangan kirinya, lalu menaruhnya di atas meja.
“Bagus, dengan begitu kau bisa berbaur dengan manusia di jaman ini,”ucap Death.
“Tentu saja. Aku tidak sebodoh itu.”
Herrscher lalu membuka laptop tersebut dan menghubungkan dengan jaringan pada jam di tangannya. Tampak tampilan operating system yang berbeda dibandingkan aplikasi di jaman itu. Death segera menyuruh Herrscher mengubah tampilan sistem laptopnya. Hanya dengan sedikit sentuhan, tampilan layar Herrscher sudah menjadi seperti di jaman itu..
Herrscher membuka browser dan membaca artikel dari masa lalu, 26 tahun sebelum masa itu. Berbagai macam konflik politik disusupi isu agama. Para politisi menggunakan agama untuk memuluskan jalan mereka. Herrscher menggeleng – gelengkan kepala.
“Beruntunglah di jamanku, agama dan pemerintahan dipisahkan. Tidak ada lagi pengkotak – kotakan golongan seperti itu. Hanya berdasarkan kemampuan manusia itu sendiri.”
“Kau jangan membandingkan jaman ini dengan jamanmu. Di jamanmu, semua pemuka agama palsu langsung diberantas habis. Perilaku mereka harus sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Sehingga pengikutnya benar – benar sesuai dengan ajaran mereka. Beruntung pula semua kitab – kitab agama langit telah diketahu asal – usulnya. Sehingga bagian – bagian yang palsu telah berhasil diidentifikasi. Tidak ada lagi kitab yang terdapat unsur kepentingan kelompok di dalamnya. Semua berjalan sesuai dengan perjalanan spiritual masing – masing.”
Herrscher itu mengangguk setuju dengan jawaban Death. Pikiran Herrscher terbesit tentang buku Herrscher yang menceritakan dirinya. Dia ingin mengubah isi dari buku tersebut atau mengubah takdirnya. Dia ingin menggunakan cara lain untuk proses pemusnahan massal yang dilakukannya di buku itu. Herrscher tiba – tiba menyadari sesuatu.
“Di buku ini tidak membahas agama atau memihak ke salah satu agama manapun. Berarti sesuai dengan jamanku dimana agama bukanlah suatu hal yang penting. Manusia lebih mengutamakan sisi kemanusiaannya dalam kehidupan. Tapi kalau terjadi seperti itu, apa yang menjadi penyebab terjadinya hal itu? Aku jadi penasaran dengan hal ini. Siapa yang menjadi penyebab terjadinya hal ini? Siapa yang bisa menghilangkan kepentingan agama di masa depan? Aku tidak punya data tentang itu.”
“Apa rencanamu sekarang, Herrscher?”
Herrscher pun langsung mengarahkan pandangannya pada Death. Dia kembali teringat akan suatu legenda akan datangnya raja yang akan memimpin negara tersebut. Raja tersebut memimpin dengan penuh keadilan dan tegas. Seorang pria yang memiliki dua sifat dalam dirinya, maskulin dan feminim.
“Aku berencana mempercepat kedatangan raja yang menjadi legenda sesuai dengan ramalan yang heboh di jaman dulu. Dengan kedatangan raja tersebut, tentu negara ini akan mencapai masa kejayaan. Tapi pertanyaan muncul dalam pikiranku. Bila keadaan di jamanku sudah seperti itu, seharusnya raja itu sudah pernah muncul sebelum di jamanku. Bukankah begitu?”
Death tidak menjawab pertanyaan Herrscher. Ia hanya diam sembari memalingkan wajahnya.
Herrscher pernah mendengar legenda di masa lalu dimana seorang raja akan hadir untuk menjadi penyelamat bagi mereka yang dia pimpin. Kedatangan raja ini telah diramalkan oleh raja yang hidup di jaman kuno. Raja yang diramalkan tersebut memiliki tingkat konsisten yang tinggi dalam hal kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan. Dia memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sehingga mampu berpikir secara logis. Tingkah lakunya sangat sopan dan sesuai antara perbuatan dan perkataannya .
Kehadiran raja ini diramalkan setelah datangnya masa kehancuran. Hal ini ditandai dengan munculnya kemelut sosial, bencana alam dan jatuhnya raja yang memimpin wilayah tersebut. Polemik dan bencana terjadi secara beruntun seperti tidak ada habisnya. Bagaikan hari penghakiman bagi manusia.
“Kau tidak perlu mencari raja tersebut, karena raja itu akan muncul dengan sendirinya. Yang lebih penting adalah kau harus mencari dia yang saat ini sedang bersembunyi. Dia yang akan memimpin negara ini, namun dia tidak akan menjadi pemimpin negara. Kedatangannya pun bukan untuk mensejahterahkan ataupun memberikan fasilitas, namun dia hanya bertugas membawa keadilan.”
“Kau benar. Dia sosok yang penting saat ini. Menurut rumor, apapun yang dikatakan olehnya, selalu terbukti. Tapi di jamanku pun, tidak ada yang tahu siapa sebenarnya sosoknya. Seakan – akan, keberadaannya memang disembunyikan,” ucap Herrscher penuh keheranan.
Herrscher kemudian terhenyak sejenak. Dia tiba – tiba takut dengan sosok tersebut. Legenda mengatakan bahwa sosok tersebut sangat sakti. Dengan kemampuannya meramalnya yang setara dengan dewa, ada kemungkinan bahwa sosok tersebut sudah memprediksi, atau malah mengetahui akan kedatangan Herrscher. Tentu Herrscher harus merencanakan secara matang.
“Menurutmu, apakah sosok itu tahu bahwa aku akan datang ke jaman ini?” tanya Herrscher.
“Tentu saja, dan berhati – hatilah dengannya,” jawab Death.
Herrscher berpikir, dia harus melakukan langkah – langkah yang berseberangan dengan keadilan untuk mencapainya. Tentu sosok itu akan marah padanya, namun baginya, itu harus dilakukan.
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tenang saja, aku akan memperingatkanmu untuk hal ini.”
“Terima kasih, Death.”
“Kau jangan terlalu takut. Dia bukanlah sosok yang mengerikan. Dia bahkan suka bercanda.”
“Tampaknya kau sangat mengenalinya,” Herrscher memandang Death penuh curiga.
Death tidak memberikan respon atas kalimat Herrscher, membuat Herrscher makin yakin ada yang Death sembunyikan darinya.
Herrscher kembali membaca artikel dari masa lalu. Tiba – tiba Herrscher tertawa kecil karena artikel tersebut. Death hanya memandang datar Herrscher.
“Baru saja kita membahas raja tersebut. Tiba – tiba aku membaca artikel di masa lalu, sosok raja tersebut justru dijadikan bahan kampanye untuk memenangkan pemilu. Sepertinya sosok tersebut sudah kehilangan kesakralannya sejak jaman dulu. Aku bisa menganggap hal itu wajar. Sosok raja tersebut memang merupakan topeng yang indah. Banyak yang mengaku sebagai titisan atau sosok raja tersebut. Tampaknya di masa lalu benar – benar memprihatinkan. Sosok raja tersebut dijadikan utopia untuk mendapatkan banyak suara.”
“Sebelum jaman artikel yang kau baca, atau bisa kubilang jaman ketika negara ini masih berbentuk kerajaan. Konsep sosok raja tersebut memang digunakan untuk menghimpun massa. Dan seperti yang kau duga, cara itu sangat ampuh untuk mendatangkan pasukan yang secara sukarela membantu sosok yang mengaku raja untuk melawan penjajah negara ini di masa lalu.”
“Sebegitu besar efek sosok raja tersebut ternyata. Benar – benar krisis harapan,” Herrscher memegang dagunya sambil membayangkan betapa memprihatinkan manusia di masa lalu yang mudah dibodohi dengan konsep itu.
“Kau jangan selalu menilai manusia di masa lalu bodoh. Itu karena mereka belum melewati evolusi pola pikir. Adalah suatu hal yang wajar bila mereka berpikiran seperti itu,” ucap Death dengan nada kesal karena Herrscher selalu merendahkan manusia di masa lalu.
“Maaf. Aku masih terpaku dengan masa depan dan masih membawa pikiranku di masa itu,” pinta Herrscher namun tanpa memandang wajah Death.
Death memaafkan Herrscher dan memaklumi karena Herrscher masih memiliki unsur manusia yang bisa salah.
Herrscher tiba – tiba mempunyai ide dalam benaknya.
“Aku harus mendatangi masa sebelum tahun ini untuk melihat kejadian di masa sebelumnya. Pasti ada penyebab awal dari ini semua.”
“Kemana kita akan melaju?” tanya Death yang tiba – tiba tidak bisa membaca pikiran Herrscher.
“Kita coba 15 tahun sebelum tahun ini. Kurasa ada yang menjadi penyebab penundaan kedatangan raja tersebut. Ayo kita menuju tahun itu!”
Mereka bergegas membereskan laptop dan segera beranjak dari kursi. Mereka keluar dari pintu perpustakaan lalu mencari tempat yang sangat sepi. Herrscher menemukan tempat yang tepat. Mereka berhenti di dekat pohon rindang yang banyak bayangan di sekitarnya. Herrscher mengangkat lengannya. Dengan bantuan Death, mereka pun segera mengaktifkan mesin waktu dari jamnya dan berangkat ke masa lalu.
------------------------------
Di lain tempat, tetap di kursi yang sama, pria setengah abad masih membaca artikel dari gawai miliknya. Entitas itu masih berdiri di belakangnya. Sambil tetap membaca artikel di tangan kirinya, pria itu mulai melepaskan satu per satu riasan yang menempel di wajahnya dengan tangan kanannya. Tampak wajah pria tersebut sekarang tampak jauh lebih muda daripada umur yang sebenarnya. Pria itu menyamarkan rupanya dari Herrscher. Karena dialah yang menulis kisah tentang Herrscher, tentu pria itu penasaran dengan rupa sosok yang di tulisnya. Sebenarnya pria itu tidak mengetahui rupa Herrscher yang ia tulis, sehingga ia tidak mendetailkan seperti apa rupa Herrscher dalam karyanya.
“Apakah aman kau melepaskan penyamaranmu saat ini?”
“Tenang saja, dia sudah jauh dari sini. Dia tidak akan menyadari bahwa dia sudah bertemu orang yang menjadi penulisnya. Penyamaranku sempurna,” jawabnya bangga.
“Jangan gegabah. Dia tidak sebodoh yang kau pikirkan,” ujar Dark memperingatkan.
Mendengar kalimat tersebut, pria tersebut kembali menggunakan penyamarannya kembali. “Riasan ini membuatku berkeringat.” Pria itu mengusap keningnya yang mulai berkeringat.
“Perbaiki kumismu. Posisinya miring,” perintah Dark sambil menunjuk kumis pria itu.
Segera pria itu memperbaiki posisi kumisnya. Setelahnya, ia melanjutkan membaca artikel di gawainya. “Kalau dia adalah Herrscher, berarti saat ini Death sedang bersamanya. Apakah kau merasakan kehadiran Death?” tanya pria itu penasaran dengan kemampuan entitas miliknya.
“Aku bisa merasakannya, namun aku tidak bisa melihatnya. Aku dan Death berbeda. Dia adalah makhluk spiritual, sedangkan aku adalah makhluk kuantum. Sama seperti Light, Gray, dan yang lain.”
Pria itu mendengarkan ucapan Dark, namun matanya tetap menuju gawainya.
“Apa yang sebenarnya sedang kau baca? Kau hanya menggilir halaman artikel – artikel.”
“Aku sedang memperhatikan berita. Mengawasi berita yang tiba – tiba berubah. Kedatangan Herrscher ke masa lalu pasti akan mengubah masa depan. Aku ingin memastikan itu. Semua manusia pasti ingatannya akan berubah mengikuti perubahan tersebut. Namun hal seperti Mandela Effect tidak akan berlaku padaku. Karena aku berada di posisi alternatif yang berbeda. Kau tentu tahu hal itu. ”
Pria itu khawatir dengan apa yang akan dilakukan oleh Herrscher untuk masa lalu. Dia mengenal Herrscher adalah sosok yang terlalu tegas juga kejam, bahkan tidak sungkan memusnahkan manusia hanya untuk menjadikan keseimbangan tetap berjalan. Tidak ada istilah benar dan salah dalam segala tindakan Herrscher. Karena bagi Herrscher, semua perbuatan yang terlihat jahat bagi manusia awam, akan terlihat baik bila dilihat dari sisi masa depan. Dunia yang relatif akan menjadi alasan Herrscher melakukan hal itu.
“Apakah kau ingat apa yang kau lakukan 15 tahun yang lalu?”
Pria itu mencoba mengingat kejadian di masa lalu. Ia teringat perannya terhadap negara tersebut. Ia terpaksa melakukan hal tersebut demi menyelamatkan keseimbangan alam di kala itu. Pria itu menunduk lemas. Dia membayangkan bila Herrscher datang ke masa itu. Entah apa yang akan dilakukan Herrscher bila melihat dirinya saat itu. Tentu dia dan Herrscher akan bertarung. Namun pria itu optimis bahwa Herrscher tidak akan bertemu dengan pria tersebut di 15 tahun yang lalu. Semangat meyakinkan diri terpancar dari wajah pria tersebut.
“Tampaknya kau optimis sekali dengan pikiranmu, Dagaz.”
“Tentu saja, hehehe. Jadi manusia harus optimis.”
“Akhirnya keluar juga kelakuanmu yang asli, Dagaz.”
Dagaz mengacak – acak rambutnya. Ia yakin dengan pemikirannya, tapi di dalam hatinya, ia masih berharap Herrscher tidak bertemu dengannya kala itu. Kini Dagaz hanya menggaruk – garuk kepalanya tanda ia sedang berpikir rencana selanjutnya.
------------------------------
15 Tahun sebelumnya
ZAPPP
“Kita telah sampai di waktu yang kau inginkan, Herrscher.”
“Terima kasih, Death.”
Herrscher mulai menapaki kakinya di masa itu, tepat berada di puncak gedung yang sebelumnya ia datangi. Itu berarti gedung tersebut sudah ada di 15 tahun sebelum 100 tahun kemerdekaan. Herrscher melihat sedikit perbedaan pandangannya dengan 15 tahun setelahnya. Kafe – kafe yang sebelumnya berbeda tampilan fasadenya. Tampaknya tren kafe saat itu sudah berubah. Herrscher hanya menatap datar, namun di dalam pikirannya sedang berlangsung suatu rencana.
Malam hari menjelang. Keramaian kota masih tidak berubah karena kebiasaan yang makin nokturnal. Herrscher kini berada di atas gedung yang jarang didatangi pihak security. Dari atas gedung itulah Herrscher menyaksikan pemandangan kota.“Kita lakukan sekarang!” ajak Herrscher kepada Death.“Kau lupa membawa peralatanmu,” Death mengingatkan.”Astaga! Kenapa aku bisa seceroboh itu?” tanya Herrscher pada diri sendiri.Herrscher kembali mengaktifkan mesin waktunya. Efek dimensi ketika pintu waktu terbuka, membuat perangkat elektronik di gedung itu menjadi terganggu sementara. Lampu – lampu dalam gedung berkedip cepat, dimana seharusnya lampu di dalam gedung tersebut padam karena para karyawan sudah pulang sejak tadi. Herrscher menghilang dari masa tersebut.------------------------------Masa di mana Herrscher seharusnya .Herrscher mendatang
Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta
BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m
Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah. Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok lege
Suasana dini hari kali ini sangat damai, tidak seperti kemarin. Herrscher masih sibuk dengan laptopnya. Ia mencari informasi di internet. Ia sangat gigih untuk menjalankan rencananya. Ia rela begadang demi rencana itu. Death menyaksikan antusiasme Herrscher.“Kenapa kau gigih sekali? Kau bahkan tidak punya kepentingan dalam hal ini.”Herrscher berhenti sejenak dari kesibukkannya. Dia diam sejenak.“Kau benar. Aku tidak memiliki kepentingan apapun tentang ini,” jawab Herrscher.“Kalau begitu, kenapa kau merepotkan dirimu hanya untuk ini?”“Entahlah, seperti ada sesuatu yang membuatku merasa... aku harus memperbaiki kondisi di masa ini. Bagaimanapun caranya, kondisi di jaman ini harus dirubah...”Tiba laptopnya mengeluarkan suara notifikasi yang menghentikan kalimat Herrscher.“Sistemku menemukan petunjuk!” seru Herrscher sambil menunjukkan layar laptopnya kep
Saat ini Herrscher terdesak. Kedua raksasa itu terus saja menghujaninya dengan serangan gada mereka. Herrscher hanya bisa menghindar dari serangan itu. Beruntung Herrscher memiliki kecepatan diatas manusia pada umumnya. Hantaman demi hantaman dilayangkan oleh kedua raksasa. Beberapa hantaman mengenai Herrscher yang membuatnya terlempar beberapa meter.Herrscher mencoba menusuk makhluk itu dengan vector miliknya. Namun vector tersebut hanya memberi goresan terhadap kedua makhluk tersebut. Sepertinya kulit makhluk tersebut terlalu keras untuk vector miliknya. Herrscher terus menerus menghindar dari setiap hantaman yang mereka lancarkan. Berulang kali juga Herrscher terkena hantaman dari kedua gada mereka yang silih berganti menyerangnya. Herrscher melihat Death yang hanya diam saja ketika ia diserang kedua makhluk astral.“Death! Bantu aku! Teknologiku tidak bisa digunakan untuk melawan mereka!” pinta Herrscher dengan nada yan
Masih di hutan yang sama, sosok itu masih berbincang – bincang dengan Shamar.“Apa alasanmu, Shamar?” tanyanya.“Manusia di sana masih belum siap untuk menghadapi kedatangannya. Akan percuma mendatangkan dia yang akan menjadi pemimpin mereka,” jawab Shamar.“Kau benar. Sayang sekali, prinsip yang dibawa sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, tidak akan bisa membawa manusia pada pencapaian sempurna. Mereka terjebak oleh akal pikiran dan dualitas. Mereka masih mencari kebenaran menurut dualitas. Padahal sesuatu yang benar dan salah adalah hasil tarik menarik. Mereka mengumpulkan berbagai kebenaran, yang tanpa mereka sadari berasal dari kenangan buruk. Mata batin mereka pun akhirnya menjadi gelap.” Sosok itu menatap ke langit yang terhalang oleh dedaunan pohon nan tinggi. “Sama seperti pandangan ini. Ingin melihat langit namun terhalang oleh pohon – pohon ini. Cahayanya bahkan tak bisa menembus tanah.&rdq
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq