Setelah petugas itu kembali ke lantai bawah, Herrscher melanjutkan pekerjaannya. Sinyal berfrekuensi rendah bernilai konstan yang selama ini bergerak di ruang antara permukaan bumi dan ionosfer mulai terganggu. Resonansi yang membungkus bumi dan bentuk kehidupan di bawahnya kini tidak lagi sama. Waktu terasa semakin singkat.
“Dengan begini, waktu normal yang berjalan 24 jam akan menjadi 16 jam.”
Herrscher semakin mengubah frekuensi tersebut agar semakin tinggi.
“Kau mengubah jalur waktu, Herrscher.”
“Memang itu tujuanku. Selain itu, ada hal lain yang harus ku kerjakan.”
Petir menggelegar di seluruh dunia akibat kelakuan Herrscher. Inilah pertanda eksitasi resonansi itu mulai berubah menjadi lebih tinggi dari biasanya. Petir itulah yang menjadi sumber utama prosesnya. Cuaca semakin menjadi aneh. Tidak ada hujan yang membasahi Bumi, namun petir sangat aggresif melontarkan gemuruhnya. Manusia di wilayah itu terbangun dari tidur mereka karena berisiknya suara petir. Semua manusia akhirnya terjaga malam itu. Badai petir benar – benar merusak heningnya malam. Herrscher senang melihat kejadian itu.
Petir semakin menjadi – jadi dan menyerang puncak – puncak gedung. Pohon – pohon di taman juga menjadi sambarannya. Malam itu menjadi malam yang mencekam. Kobaran api akibat sambaran petir menjadi lampu malam itu. Beberapa lampu gedung tiba – tiba padam. Semua orang keluar dari gedung dan rumah mereka. Mereka melihat ke langit yang penuh kilatan cahaya. Mereka menutup telinga mereka karena tidak tahan dengan suara yang sangat menggelegar.
“Kau tidak takut petir itu menyambarmu?” tanya Death.
“Tenang saja, aku sudah memasang lapisan pelindung di atap gedung ini. Petir itu tidak akan bisa menyentuhku,” jawab Herrscher penuh percaya diri.
------------------------------
Di waktu yang sama, pria yang sejak tadi memperhatikan gedung dimana Herrscher berada, akhirnya segera menggunakan kemampuannya. Dia memejamkan matanya. Ia berkonsentrasi membayangkan sesuatu. Ia membuat suatu visual dalam benaknya yang selanjutnya akan ia implementasikan ke dalam bentuk nyata. Pria itu membuka matanya.
“Ayo kita lakukan!”
Sosok entitas muncul di sampingnya.
“Ayo!” ucap entitas di sebelahnya.
Pria itu mengambil buku catatan kecil dari kantongnya. Ditulisnya suatu kalimat ke dalam catatan berwarna hitam tersebut.
- Petir segera berhenti tepat malam ini dan tidak membahayakan manusia di sekitarku. -
Entitas tersebut berubah wujud menjadi sesuatu cahaya yang abstrak namun tak dapat dilihat mata. Cahaya itu tampak perlahan memudar namun meluas. Semakin lama, cahaya itu perlahan benar – benar menghilang.
Seketika gelegar petir sedikit berkurang intensitasnya. Hal itu membuat manusia di wilayah itu sedikit tenang. Sambaran petir pun tidak seagresif sebelumnya. Orang – orang mulai kembali ke gedung dan rumah mereka, kecuali mereka yang rumahnya tersambar petir. Pria itu adalah Dagaz yang berada di masa yang sama dengan Herrscher saat ini.
Cahaya yang tadinya menghilang, kembali berkumpul menjadi cahaya yang lebih terang. Cahaya itu membentuk suatu sosok yang abstrak. Dialah Dark yang merupakan entitas yang selalu bersama Dagaz.
“Setidaknya ini dapat mengurangi efek yang lebih besar,” ujar entitas tersebut.
“Kau benar. Untunglah aku yang di masa lalu mendapat penglihatan tentang kejadian ini.”
“Kau harus berhati – hati. Bisa jadi dia menyadari kalau yang barusan adalah ulah kita.”
“Kita harus segera pindah dari sini, Dark,” ajak Dagaz kepada entitasnya.
Mereka pun bergerak meninggalkan tempat mereka berdiri sebelumnya. Petir masih tetap mengelegar meski tidak separah sebelumnya. Langit masih berhiaskan kilatan garis cahaya putih di tengah gelapnya langit malam.
------------------------------
Sebuah siaran berita nasional tiba – tiba memotong siaran yang berlangsung saat itu. Media tersebut menyiarkan keadaan dan kondisi mencekam di wilayah yang terjadi badai petir. Tampak di layar keadaan sangat mencekam. Tampak wajah orang – orang yang menyaksikan berita itu seperti melihat suatu kiamat kecil. Seorang reporter wanita menyampaikan berita langsung dari lokasi kejadian. Kilat – kilat petir membuyarkan penglihatan pemirsa karena terlalu silau untuk dilihat. Reporter wanita itu seperti di sorot lampu flash dari segala arah hingga tidak terlihat wajah ayu darinya. Setelah menyiarkan berita tersebut, ia berlindung di dalam gedung untuk menghindari sambaran petir yang sangat acak.
------------------------------
Herrscher yang masih berada di puncak gedung, merasa ada yang janggal dengan kondisi alam yang dibuatnya. Ia merasa ada pihak yang mengintervensi apa yang sedang ia kerjakan.
“Apa – apaan ini? Kenapa tiba – tiba frekuensinya kembali melemah?”
“Ada yang berusaha mengembalikan alam ke kondisi semula,” jawab Death.
“Siapa?” tanya Herrscher.
Death tidak menjawab pertanyaan Herrscher. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Death, Herrscher kembali mengutak atik peralatannya. Petir kembali menggelegar, namun tidak bisa seagresif sebelumnya. Herrscher bingung karenanya. Ia heran karena peralatannya tidak berfungsi seperti yang ia harapkan.
“Percuma kau berusaha untuk mengubah resonansi. Selama makhluk Bumi tidak mendukung apa yang kau inginkan, hal itu tidak akan berpengaruh signifikan.”
“Maksudmu, Law of Attraction?”
“Kau benar.”
Herrscher menutup matanya. Kemudian ia mulai memvisualkan sesuatu dalam benaknya. Suatu badai petir yang sangat besar bahkan sampai menciptakan kobaran api di mana – mana. Sambaran petir yang bahkan mampu menghancurkan gedung beton sekalipun. Pohon – pohon terbakar namun tidak ada hujan sehingga api tidak dapat padam. Herrscher fokus berkonsentrasi dalam pikirannya.
Terdengar suara sirene pemadam kebakaran berlalu lalang. Badai petir itu menyambar salah satu dari mobil pemadam kebakaran yang sedang melintas. Hal ini menyebabkan pertolongan menjadi terkendala. Kondisi yang sebelumnya mulai tenang menjadi kacau kembali.
Herrscher kembali membuka matanya. Ia kembali mengutak atik peralatannya. Apa yang diharapkannya terjadi sesuai keinginannya. Ia senang dengan hal itu.
“Kalau Law of Attraction bisa digunakan untuk hal positif, maka bisa juga dipakai untuk tujuan negatif, bukan?” ujar Herrscher dengan sedikit tertawa senang.
------------------------------
Dagaz yang posisinya kini lebih jauh dari sebelumnya, memandang ke langit. Petir kembali bergemuruh. Kilatan menjadi kembali lebih intens. Ia menyadari sesuatu.
“Dia menggunakan kemampuan yang sama denganku,” ucap Dagaz.
“Lalu apa rencanamu?” tanya Dark.
“Tidak ada, aku tidak bisa mengendalikan lebih dari ini. Aku belum sehebat itu.”
“Lebih baik kita segera menyingkir dari sini! Daerah ini sudah tidak aman!”
Petir semakin liar menyambar gedung – gedung bertingkat. Namun ada satu gedung di wilayah itu yang tidak terkena sambaran petir. Orang – orang mulai curiga dengan fenomena yang aneh itu. Mereka yang menyadari segera mengajak yang lain untuk mendatangi gedung yang tampaknya aman dari sambaran petir. Terdengar suara orang – orang yang ramai di jalan menuju ke gedung itu. Itulah gedung di mana Herrscher kini berada.
Herrscher menyadari bahwa orang – orang beranjak menuju gedung di mana dia berada. Tanpa pikir panjang, Herrscher segera meningkatkan resonansi sehingga petir makin menggila. Petir pun menghantam gedung di mana Herrscher berpijak. Orang – orang yang mau mendatangi gedung tersebut mengurungkan niatnya.
“Gedung itu juga tidak aman!” teriak salah satu orang di sana.
Beberapa gedung mulai retak karena berulang kali terkena sambaran petir. Beberapa orang mati mendadak karena tersambar petir yang makin liar. Aroma gosong dari manusia tercium menyebar di wilayah itu. Semua manusia di sekitar itu panik. Banyak dari mereka yang tiba – tiba menjadi religius dengan memohon kepada Sang Pencipta .
Dari tepi gedung, Herrscher melihat tingkah laku manusia di bawahnya.
“Ah, sudah terlambat, saudara – saudara...” ucap Herrscher dengan senyumnya yang sadis.
Herrscher mendekati peralatannya. Ia semakin liar meningkatkan resonansi.
“Apa yang kau lakukan?!” seru Death yang tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Herrscher. Death menahan tangan Herrscher. “Kau bisa mati di sini!” Death memberikan peringatan kepada Herrscher.
“Tenang saja, segera kita akan teleport ke tempat lain.”
Herrscher meningkatkan resonansinya dan sebuah petir dengan kilatan cahaya yang sangat besar langsung menghujam ke daratan wilayah itu.
ZAPPP!!! Tepat sebelum petir itu menyambar seluruh kota, Herrscher telah berpindah lokasi. Tempat yang jauh dari wilayah itu.
------------------------------
Siaran berita masih berlangsung. Reporter yang menyiarkan berita tadi beranjak keluar dari gedung. Ia ingin agar para pemirsa di rumah dapat menyaksikan langsung kejadian badai petir yang kembali kacau.
“Awas!!” teriak kameramen memperingatkan reporter itu.
Para pemirsa bisa menyaksikan kilatan cahaya yang besar itu dari layar TV mereka. Betapa kagetnya para pemirsa yang menyaksikan reporter wanita yang memberikan berita itu tewas terpanggang sambaran petir. Tubuhnya hangus seketika menjadi hitam legam. Tampak kameramen juga ikut terkena sambaran petir karena siaran kamera tersebut jatuh setelah kejadian itu. Pihak stasiun TV segera mengganti siaran berita karena kejadian tersebut dengan iklan. Kejadian ini akan menjadi ingatan kelam bagi manusia di wilayah itu. Sebuah peninggalan buruk yang diberikan oleh manusia dari masa depan yang bernama Herrscher.
------------------------------
“Kau berpindah di waktu yang tepat.”
“Tentu saja, aku tidak sebodoh itu terpengaruh oleh emosi. Semua sudah kuperhitungkan.”
“Jadi ini juga salah satu caramu untuk memancing?”
“Tepat sekali. Dengan begini, bila dia tidak mau memunculkan dirinya, maka akan kubuat bencana yang lebih parah dari ini,” ucap Herrscher penuh keseriusan.
Herrscher kini telah berada di puncak gedung di kota yang lain. Ia memandang langit malam yang tenang dan minim bintang karena cahaya lampu kota. Berbeda dengan langit wilayah sebelumnya yang ia buat kacau. Herrscher tertawa dalam hati.
Pagi hari telah datang. Kekacauan yang terjadi di malam hari telah selesai. Kerusakan akibat petir terjadi di mana – mana. Bau bangkai manusia menyerbak ke seluruh sudut kota. Manusia hitam legam bagai arang menjadi pemandangan di sana. Televisi dari berbagai channel serempak menyiarkan keadaan kota yang kacau itu. Suasana kota mati sangat terasa di depansana.Terdengar suara sirene yang menandakan bala bantuan telah datang. Mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran Kru media televisi ikut serta di belakangnya. Satu per satu warga yang selamat dari kekacauan itu muncul. Mereka bersembunyi di balik reruntuhan gedung ketika kejadian itu. Tampak dari wajah mereka, sebuah trauma yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya. Mereka menangis ketika keluar dari persembunyiannya. Tangis haru biru mewarnai layar kaca. Tidak terkecuali kameramen yang meliput dari lokasi.Seorang reporter mewawancarai salah satu korban dari kejadian itu. Isak ta
BAB 9 EFEKDagaz mendatangi kota yang kemarin hancur karena badai petir yang berpesta semalaman. Hanya hamparan gosong yang ia lihat di wilayah itu. Pihak – pihak pemberi bantuan silih berganti mendatangi lokasi tersebut. Dagaz menelusuri setiap area di kota tersebut dengan sepeda motornya. Jalan – jalan yang seharusnya halus menjadi rusak karena reruntuhan gedung dan tanaman yang menghalangi jalan. Banyak mayat berserakan di jalan yang tampak gosong.Armada pemadam kebakaran dari wilyah dekat kota itu, berbondong – bondong masuk wilayah kejadian. Mereka menyingkirkan puing – puing gedung yang hancur, pohon – pohon yang tumbang, dan fasilitas umum yang berserakan di jalan. Dagaz hanya menyaksikan armada tersebut bahu membahu, namun ia tidak ikut membantu. Ia merasa ada hal yang lebih penting untuk ia kerjakan saat ini.Beberapa saat setelah berkeliling, Dagaz melihat berbagai macam artis – artis sosial m
Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah. Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok lege
Suasana dini hari kali ini sangat damai, tidak seperti kemarin. Herrscher masih sibuk dengan laptopnya. Ia mencari informasi di internet. Ia sangat gigih untuk menjalankan rencananya. Ia rela begadang demi rencana itu. Death menyaksikan antusiasme Herrscher.“Kenapa kau gigih sekali? Kau bahkan tidak punya kepentingan dalam hal ini.”Herrscher berhenti sejenak dari kesibukkannya. Dia diam sejenak.“Kau benar. Aku tidak memiliki kepentingan apapun tentang ini,” jawab Herrscher.“Kalau begitu, kenapa kau merepotkan dirimu hanya untuk ini?”“Entahlah, seperti ada sesuatu yang membuatku merasa... aku harus memperbaiki kondisi di masa ini. Bagaimanapun caranya, kondisi di jaman ini harus dirubah...”Tiba laptopnya mengeluarkan suara notifikasi yang menghentikan kalimat Herrscher.“Sistemku menemukan petunjuk!” seru Herrscher sambil menunjukkan layar laptopnya kep
Saat ini Herrscher terdesak. Kedua raksasa itu terus saja menghujaninya dengan serangan gada mereka. Herrscher hanya bisa menghindar dari serangan itu. Beruntung Herrscher memiliki kecepatan diatas manusia pada umumnya. Hantaman demi hantaman dilayangkan oleh kedua raksasa. Beberapa hantaman mengenai Herrscher yang membuatnya terlempar beberapa meter.Herrscher mencoba menusuk makhluk itu dengan vector miliknya. Namun vector tersebut hanya memberi goresan terhadap kedua makhluk tersebut. Sepertinya kulit makhluk tersebut terlalu keras untuk vector miliknya. Herrscher terus menerus menghindar dari setiap hantaman yang mereka lancarkan. Berulang kali juga Herrscher terkena hantaman dari kedua gada mereka yang silih berganti menyerangnya. Herrscher melihat Death yang hanya diam saja ketika ia diserang kedua makhluk astral.“Death! Bantu aku! Teknologiku tidak bisa digunakan untuk melawan mereka!” pinta Herrscher dengan nada yan
Masih di hutan yang sama, sosok itu masih berbincang – bincang dengan Shamar.“Apa alasanmu, Shamar?” tanyanya.“Manusia di sana masih belum siap untuk menghadapi kedatangannya. Akan percuma mendatangkan dia yang akan menjadi pemimpin mereka,” jawab Shamar.“Kau benar. Sayang sekali, prinsip yang dibawa sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, tidak akan bisa membawa manusia pada pencapaian sempurna. Mereka terjebak oleh akal pikiran dan dualitas. Mereka masih mencari kebenaran menurut dualitas. Padahal sesuatu yang benar dan salah adalah hasil tarik menarik. Mereka mengumpulkan berbagai kebenaran, yang tanpa mereka sadari berasal dari kenangan buruk. Mata batin mereka pun akhirnya menjadi gelap.” Sosok itu menatap ke langit yang terhalang oleh dedaunan pohon nan tinggi. “Sama seperti pandangan ini. Ingin melihat langit namun terhalang oleh pohon – pohon ini. Cahayanya bahkan tak bisa menembus tanah.&rdq
Suasana hening sekarang menjadi nuansa di hutan tersebut. Dagaz masih di sana bersama Shamar. Dagaz melangkahkan kakinya mendekati Shamar. Suara gemerisik daun mengikutinya. Shamar menunjuk portal hijau yang terbuka di dekatnya, kemudian mengajak Dagaz mengikutinya. “Mari, ikutlah denganku.”Tanpa rasa curiga, Dagaz mengikuti ajakan Shamar. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam portal tersebut dan tibalah mereka di suatu tempat yang juga berupa hutan.“Di sinilah sebenarnya aku berada selama ini,” sambut Shamar saat Dagaz pertama kali mendatangi sisi lain hutan. Dimensi yang berbeda dari hutan sebelumnya.Suatu pertanyaan muncul di benak Dagaz. Demi memuaskan penasarannya, Dagaz segera bertanya kepada Shamar. “Apakah hutan ini sebenarnya adalah bagian dari kerajaan tersebut? Apakah tempat ini memang sengaja disembunyikan ketika kerajaan lain menghancurkan kerajaanmu dulu?”Shamar tidak langsung menjawab pertanyaan Dagaz
TAHUN 1996Herrscher tiba di masa yang sama dengan Dagaz. Dia berdiri di atap gedung yang tinggi. Seperti yang sudah – sudah. Karena dari ketinggianlah, dia bisa melihat kondisi wilayah itu. Ketinggian dalam bukan arti harafiah. Herrscher mencari informasi tentang kondisi negara itu melalui media. Dari media yang dia baca, Herrscher mengetahui bahwa saat ini negara tersebut sedang dikuasai oleh penguasa yang diangkat secara kebetulan. Dia kembali menelusuri sejarah negara tersebut melalui gawainya.“Sia – sia perjuangan penguasa pertama. Dia sudah akrab dengan nuansa penjara hanya untuk membebaskan negara ini dari penjajah. Namun dia telah dilengserkan secara halus.”“Hahaha... negara ini hanya kebetulan saja mendapatkan kemerdekaannya. Penjajah mereka diserang musuh sehingga penjajah itu harus menarik pasukannya dari sini. Negara ini hanya berada di waktu yang tepat untuk menyatakan kemerdekaannya.”
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq