Beberapa tahun lalu, negara Nuswan sering mengalami berbagai bencana alam seperti banjir bandang, tsunami, tanah longsor, dan awan panas. Bahkan letusan gunung berapi merupakan hal yang sering menghiasi berita di layar kaca dan internet. Banyak indigo pada akhirnya hanya bisa memberikan prediksi datangnya bencana, namun tidak berani menyatakan waktu pastinya bencana tersebut datang. Itu semua karena Dagaz sering menggagalkan prediksi mereka. Dengan kemampuannya, Dagaz mampu menunda atau mempercepat bencana. Hingga akhirnya para indigo hanya berani memberikan berita melalui grup chat mereka sendiri. Mereka memberikan informasi secara bawah tanah . Seperti yang diketahui sebelumnya, Dagaz adalah mata – mata di group tersebut.
Terdengar suatu legenda, akan datangnya sesosok pemimpin. Sosok yang akan membawa negara tersebut ke masa kejayaan. Dan menjadi barometer bagi negara lain. Namun karena legenda itu pula, banyak pihak yang mengaku – ngaku sebagai sosok legenda itu. Hal itu mereka lakukan demi kepentingan pribadi dan kelompok. Para indigo pun tidak berani mengungkapkan siapa sebenarnya sosok yang mereka tunggu kedatangannya. Karena bagi mereka, biarlah raja itu datang dengan sendirinya.
------------------------------
Dagaz telah berada di dimensi yang berbeda dari sebelumnya. Ia bersama arwah – arwah orang yang baru saja mati, terbang menuju langit. Ia yang saat ini melayang di langit, membentangkan telapak tangannya ke arah Bumi. Dari tangannya keluar energi berbentuk frekuensi. Arwah – arwah yang bersamanya berkumpul masuk ke dalam tubuh Dagaz. Pancaran energinya pun semakin kuat.
Suatu frekuensi yang aneh melintasi lapisan udara di negara itu. Frekuensi yang menyeimbangkan frekuensi kiriman Herrscher dan menyebabkan total frekuensi tersebut mendekati normal. Frekuensi yang mempengaruhi medan elektromagnetik bumi. Frekuensi kebalikan tersebut membuat frekuensi yang saat ini berada di posisi tinggi, menjadi kembali ke posisi rendah. Dagaz menyadari, bila membiarkan frekuensi yang tinggi tersebut, akan menyebabkan sistem saraf manusia di dalamnya dilanda stress. Frekuensi kebalikan itulah yang Dagaz gunakan untuk mengembalikan sistem saraf manusia menjadi kembali santai. Juga untuk mengembalikan Bumi dalam keadaan normal kembali.
------------------------------
Herrscher merasakan ada yang memanipulasi frekuensi tinggi yang seharusnya sedang berjalan. Dia tidak tahu siapa pihak yang mensabotase frekuensi tersebut. Jam tangannya terus menerus memberikan notifikasi tentang kemunculan frekuensi tersebut. Sang Penghancur yang Herrscher harapkan kedatangannya, seharusnya sudah muncul di tahun tersebut. Bencana yang direncanakan datang silih berganti, seakan tertahan. Dengan adanya frekuensi kebalikan tersebut, Herrscher mengerti penyebab Sang Penghancur tidak kunjung datang. Selama ini, ada pihak yang menghambat kedatangan Sang Penghancur.
Herrscher yang saat ini berdiri di puncak tertinggi gedung, kembali mengecek jam tangannya. Terpampang angka 7,8Hz di layar jam tersebut. Herrscher mencoba kembali menganalisa sumber frekuensi kebalikan dengan smartphone miliknya. Titik berkedip muncul dari layar . Namun perlahan titik itu menghilang, begitu pula peralatan milik Herrscher yang semakin panas karena dipaksa untuk menghasilkan frekuensi yang dia inginkan.
Karena melihat peralatannya mengalami overheat, Herrscher segera mematikan peralatannya. Ia tidak mau mengambil resiko bila alat miliknya rusak. Herrscher menarik napas panjang. Menenangkan pikirannya yang merasa ditantang pihak misterius. Ia menjauhi peralatannya, lalu menatap langit yang perlahan tertutup awan. Udara panas mulai berkurang. Angin menghembuskan udara segar. Pandangan mata Herrscher seperti orang yang sedang kesal.
“Baiklah. Untuk saat ini aku akan menjadikan lokasi ini sebagai markasku.”
“Tidak. Jangan di gedung ini. Carilah gedung yang telah lama ada dan terbengkalai dan telah lama ada . Karena kau membutuhkan wilayah yang tidak berubah sejak berpuluh – puluh tahun lamanya,” saran Death pada Herrscher.
“Ada apa?” Herrscher tidak mengerti alasan perkataan Death. Alisnya saling asimetris.
“Ada baiknya kau kembali ke masa yang lebih lampau untuk mengatasi masalah ini.”
Herrscher berpikir sejenak. Namun tak butuh waktu yang cukup lama, Herrscher menerima saran Death. Untuk sementara, Herrscher akan memfokuskan pencarian lokasi yang tepat sebagai markas miliknya.
“Menurut perkiraanku, seharusnya di tahun ini banyak kejadian bencana alam yang masif. Sepertinya yang menjadikannya tidak terjadi adalah karena ulah pihak itu. Entah itu adalah pribadi atau kelompok. Teknologiku tidak bisa mendeteksinya,” ujar Herrscher sambil memegang dagunya. Jari – jarinya mulai masuk ke mulutnya. Ia menggigit kukunya yang sangat tipis.
Herrscher kemudian melipat tangannya di depan dada. Pikirannya saat ini melalang buana mencari kemungkinan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Ia berpindah ke tepi gedung, menyaksikan keadaan kota tersebut dari puncak gedung.
------------------------------
Tubuh astral Dagaz yang saat ini berada di langit, mulai merasakan bahwa frekuensi mulai normal. Ia menstabilkan energi yang ia pancarkan lalu perlahan melepaskannya. Setelah merasa cukup dengan kiriman frekuensi tandingannya. Dagaz kembali menormalkan dirinya.
Satu per satu arwah di tubuh Dagaz keluar. Mereka kini mengelilingi Dagaz.
“Terima kasih atas bantuan kalian. Tanpa kalian, sepertinya aku akan kesulitan untuk menghentikan ulahnya,” ucap Dagaz kepada para arwah.
“Sama – sama,” balas salah satu arwah. “Setidaknya, inilah yang bisa kami lakukan untuk menyelamatkan dunia kami.”
Satu per satu arwah tersebut kemudian menghilang menjadi berkas cahaya yang terasa hangat di penglihatan.
Dagaz menarik napas dalam – dalam hingga di kepalanya terasa aliran listrik yang berasal dari tulang punggungnya menuju ke kepalanya. Kini Dagaz telah kembali ke fisiknya.
Dagaz terbangun dari tidurnya.
“Hahaha, aktingmu sangat bagus, Dagaz,” sambut Dark ketika Dagaz baru saja terbangun.
“Apa maksudmu?” tanya Dagaz heran.
“Kau bahkan tidak memerlukan bantuan arwah itu kalau hanya untuk mengembalikan frekuensi kembali ke asalnya.”
“Hm... itu benar. Tidak salah.”
“Lalu.... kenapa kau meminta bantuan para arwah?”
Dagaz ingin tertawa tapi ia menahannya.
“Kenapa kau tertawa?”
“Hahaha.... “ tawa Dagaz terbahak – bahak. “Suka – suka aku dong...” Dagaz bangkit dari tempat tidurnya. “Kan setidaknya aku memberikan mereka kesempatan agar berguna bagi Bumi terutama negara ini. Lagipula, aku tidak punya kepentingan apapun terhadap negara ini. Mau negara ini hancurpun juga aku tidak peduli.”
“Aku bingung dengan pola pikirmu. Kalau begitu, kenapa kau tidak biarkan saja dia yang mengganggu.”
“Ah, tak apa. Aku hanya tidak suka saja, ada yang mencampuri kondisi di sini. Apalagi ini adalah wilayahku.” Dagaz memiringkan bibirnya, matanya mengarah ke kanan, “Ah aku punya suatu ide.”
“Ide seperti apa?”
“Kita harus segera menemui dia!” ucap Dagaz tiba – tiba.
“Dia? Dia siapa? Kalau bicara yang jelas!” tanya Dark kaget mendengar ajakan Dagaz yang terkesan spontan.
“Dia.... Sang tokoh legendaris yang dulunya adalah penasehat raja di masa lampau. Hehehe. Lebih tepatnya ketika masa negara ini masih berupa kerajaan.”
“Oh, maksudmu dia yang tidak mau menampakkan dirinya?” balas Dark.
“Bukan! Bukan dia. Kalau yang kamu maksud itu adalah dia yang disembunyikan. Bukan dia maksudku. Dia yang tersamarkanlah yang ku maksud.”
“Tersamarkan?” Dark semakin bingung dengan petunjuk Dagaz.
“Astaga.... Paman Gendut!” ucap Dagaz sambil menggerakkan kedua tangannya. Jari kanan telunjuknya menunjuk ke depan, sedangkan tangan satunya menekuk di belakang punggungnya. Ia menirukan perwujudan dari fisik yang menjadi gambaran orang – orang di masa itu.
“Oh, Shamar maksudmu?”
“Ya! Dia yang kumaksud. Astaga... kau harus diberi petunjuk sedetail itu.”
“Siapa suruh memberi petunjuk tidak jelas seperti itu!” Dark mulai kesal.
“Sudah... sudah... Jangan emosi. Yang penting sekarang kan kamu sudah tahu maksudku.”
“Kalau begitu, ayo kita segera pergi menemuinya! Kau tahu lokasinya kan?”
“Aku sebenarnya juga tidak tahu. Hehehe. Tapi biarkan instingku yang akan mengantarkan kita kepadanya. Aku khawatir bila janji yang ia ucapkan justru dipercepat kedatangannya.”
Suasana kamar yang hening mematikan pembicaraan antara Dagaz dan Dark. Dagaz kembali duduk di kasurnya. Ia kembali merebahkan badannya.
“Loh, kok malah tidur?”
“Kita kan tidak tahu harus mulai mencari dari mana,” jawab Dagaz dengan santai.
“Ah, benar juga.”
“Sudahlah, aku mau tidur dulu. Aku mau istirahat. Kan aku sudah mengembalikan Bumi ke kondisi normal,” ucapnya dengan bangga.
“Terserah kamu saja!”
Dark pergi meninggalkan Dagaz. Tubuhnya menjadi kabut asap yang menghilang dengan cepat. Kini hanya Dagaz sendirian di kamarnya.
------------------------------
Terdapat suatu legenda tokoh di negara itu. Hal ini dimulai ketika negara tersebut masih berupa kerajaan. Tersebutlah tokoh yang menjadi penasihat seorang raja secara turun temurun di kerajaan masa lampau. Setiap kalimat yang diucapkan oleh penasihat itu adalah berupa ajaran kebenaran. Setiap kalimat yang dilontarkan olehnya, bagaikan gema yang mengisi semesta. Tokoh itu sangat konsisten dan berani bertanggung jawab atas apa yang telah ia katakan. Karena kekonsistenannya, ia selalu mengulang – ulang apa yang telah ia ucapkan dan tidak ada kalimat yang berubah darinya.
Namun sangat disayangkan, suatu ketika terjadi perbedaan prinsip antara raja dan dirinya. Karena marah terhadap prinsip yang dipilih raja tersebut, penasihat itu memilih berpisah dengan Sang Raja. Tepat sebelum dia pergi, ia mengirimkan kutukan kepada wilayah itu. Sang Penasihat berjanji bahwa dia akan kembali suatu saat nanti. Bila sang penasihat datang kembali, maka ia akan menghapus prinsip yang telah dipilih oleh raja tersebut. Dia akan mengembalikan prinsipnya untuk kembali dipegang oleh wilayah tersebut.
Tanda kedatangannya kembali adalah ketika wilayah tersebut mengalami bencana bertubi – tubi. Polemik yang abadi akan menjadi santapan sehari – hari. Setelah mengucapkan kutukan tersebut, penasihat itu berubah wujud menjadi cahaya dan terbang ke arah timur.
Suasana dini hari kali ini sangat damai, tidak seperti kemarin. Herrscher masih sibuk dengan laptopnya. Ia mencari informasi di internet. Ia sangat gigih untuk menjalankan rencananya. Ia rela begadang demi rencana itu. Death menyaksikan antusiasme Herrscher.“Kenapa kau gigih sekali? Kau bahkan tidak punya kepentingan dalam hal ini.”Herrscher berhenti sejenak dari kesibukkannya. Dia diam sejenak.“Kau benar. Aku tidak memiliki kepentingan apapun tentang ini,” jawab Herrscher.“Kalau begitu, kenapa kau merepotkan dirimu hanya untuk ini?”“Entahlah, seperti ada sesuatu yang membuatku merasa... aku harus memperbaiki kondisi di masa ini. Bagaimanapun caranya, kondisi di jaman ini harus dirubah...”Tiba laptopnya mengeluarkan suara notifikasi yang menghentikan kalimat Herrscher.“Sistemku menemukan petunjuk!” seru Herrscher sambil menunjukkan layar laptopnya kep
Saat ini Herrscher terdesak. Kedua raksasa itu terus saja menghujaninya dengan serangan gada mereka. Herrscher hanya bisa menghindar dari serangan itu. Beruntung Herrscher memiliki kecepatan diatas manusia pada umumnya. Hantaman demi hantaman dilayangkan oleh kedua raksasa. Beberapa hantaman mengenai Herrscher yang membuatnya terlempar beberapa meter.Herrscher mencoba menusuk makhluk itu dengan vector miliknya. Namun vector tersebut hanya memberi goresan terhadap kedua makhluk tersebut. Sepertinya kulit makhluk tersebut terlalu keras untuk vector miliknya. Herrscher terus menerus menghindar dari setiap hantaman yang mereka lancarkan. Berulang kali juga Herrscher terkena hantaman dari kedua gada mereka yang silih berganti menyerangnya. Herrscher melihat Death yang hanya diam saja ketika ia diserang kedua makhluk astral.“Death! Bantu aku! Teknologiku tidak bisa digunakan untuk melawan mereka!” pinta Herrscher dengan nada yan
Masih di hutan yang sama, sosok itu masih berbincang – bincang dengan Shamar.“Apa alasanmu, Shamar?” tanyanya.“Manusia di sana masih belum siap untuk menghadapi kedatangannya. Akan percuma mendatangkan dia yang akan menjadi pemimpin mereka,” jawab Shamar.“Kau benar. Sayang sekali, prinsip yang dibawa sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, tidak akan bisa membawa manusia pada pencapaian sempurna. Mereka terjebak oleh akal pikiran dan dualitas. Mereka masih mencari kebenaran menurut dualitas. Padahal sesuatu yang benar dan salah adalah hasil tarik menarik. Mereka mengumpulkan berbagai kebenaran, yang tanpa mereka sadari berasal dari kenangan buruk. Mata batin mereka pun akhirnya menjadi gelap.” Sosok itu menatap ke langit yang terhalang oleh dedaunan pohon nan tinggi. “Sama seperti pandangan ini. Ingin melihat langit namun terhalang oleh pohon – pohon ini. Cahayanya bahkan tak bisa menembus tanah.&rdq
Suasana hening sekarang menjadi nuansa di hutan tersebut. Dagaz masih di sana bersama Shamar. Dagaz melangkahkan kakinya mendekati Shamar. Suara gemerisik daun mengikutinya. Shamar menunjuk portal hijau yang terbuka di dekatnya, kemudian mengajak Dagaz mengikutinya. “Mari, ikutlah denganku.”Tanpa rasa curiga, Dagaz mengikuti ajakan Shamar. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam portal tersebut dan tibalah mereka di suatu tempat yang juga berupa hutan.“Di sinilah sebenarnya aku berada selama ini,” sambut Shamar saat Dagaz pertama kali mendatangi sisi lain hutan. Dimensi yang berbeda dari hutan sebelumnya.Suatu pertanyaan muncul di benak Dagaz. Demi memuaskan penasarannya, Dagaz segera bertanya kepada Shamar. “Apakah hutan ini sebenarnya adalah bagian dari kerajaan tersebut? Apakah tempat ini memang sengaja disembunyikan ketika kerajaan lain menghancurkan kerajaanmu dulu?”Shamar tidak langsung menjawab pertanyaan Dagaz
TAHUN 1996Herrscher tiba di masa yang sama dengan Dagaz. Dia berdiri di atap gedung yang tinggi. Seperti yang sudah – sudah. Karena dari ketinggianlah, dia bisa melihat kondisi wilayah itu. Ketinggian dalam bukan arti harafiah. Herrscher mencari informasi tentang kondisi negara itu melalui media. Dari media yang dia baca, Herrscher mengetahui bahwa saat ini negara tersebut sedang dikuasai oleh penguasa yang diangkat secara kebetulan. Dia kembali menelusuri sejarah negara tersebut melalui gawainya.“Sia – sia perjuangan penguasa pertama. Dia sudah akrab dengan nuansa penjara hanya untuk membebaskan negara ini dari penjajah. Namun dia telah dilengserkan secara halus.”“Hahaha... negara ini hanya kebetulan saja mendapatkan kemerdekaannya. Penjajah mereka diserang musuh sehingga penjajah itu harus menarik pasukannya dari sini. Negara ini hanya berada di waktu yang tepat untuk menyatakan kemerdekaannya.”
TAHUN 1996Dagaz menelusuri kota yang nuansanya jauh berbeda dengan jamannya. Benar – benar suasana yang membawa kita nostalgia ke jaman dulu. Kota bernuansa tua bagi manusia di masa depan. Dagaz mendatangi kios koran yang menyediakan berbagai koran yang sudah kadaluarsa. Dia mengambil salah satu koran di meja kios itu lalu ia baca.Dari koran itulah, Dagaz tahu bahwa pernah terjadi sebuah peristiwa yang tiba – tiba menjadi topik hangat di masa itu. Dagaz membaca berita yang tersiar bahwa istri penguasa telah meninggal beberapa hari lalu. Dagaz tidak heran dengan berita itu karena ia yakin kalau itu adalah ulah Herrscher. Kejadian itu adalah bagian dari rencananya. Dagaz hendak mencari di mana Herrscher di masa itu.“Kita harus segera menemukannya!” ajak Dagaz.“Percuma! Kita terlambat. Dia sudah selesai menjalankan aksinya di tahun ini. Lebih baik kita pergi ke tahun depan. Dia pasti ingin menyaksikan ha
Herrscher bersiap mengeluarkan kemampuan matanya. Bola matanya menjadi putih seluruhnya. Ditengah bola matanya, muncul sigil berwarna merah darah menyala. Dengan kemampuan mata tersebut, Herrscher mampu mengendalikan makhluk halus itu sesukanya. Salah satu makhluk astral yang paling dengan Herrscher menjadi imbas serangan pertama. Hanya dengan sedikit menyipitkan mata, makhluk astral itu langsung tersungkur dan menghilang bagaikan debu. “Kalian ternyata berani denganku...” suara Herrscher menggema di gedung tersebut. “Darimana kau memiliki mata itu?” tanya salah satu makhluk astral. Aura kemarahan tampak di sekeliling Herrscher. Udara di gedung tersebut menjadi dingin seketika. Dengan cepat Herrscher berlari ke salah satu makhluk itu dan mencengkram kepala mereka. Cengkraman tersebut ternyata bertujuan mengambil energi dari makhluk itu. Aura energi makhluk astral itu menyebar mengelilingi tangan Herrscher dan masuk ke tubuhnya. Makhluk itu p
Herrscher melangkahkan kakinya dan berdiri di samping Death.”Aku ingin kau segera memunculkan dirimu. Aku ingin kau segera menyatakan janji akan kedatanganmu,” pinta Herrscher dengan nada halus.Shamar tidak merespon permintaan Herrscher. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya.“Apa yang kau tunggu? Bukankah tanda – tanda kedatanganmu sudah terlihat? Sudah waktunya kau menyatakan diri. Apa perlu sampai sehancur – hancurnya baru kau akan hadir di tengah publik?”Shamar menggeleng – gelengkan kepalanya lagi, “Belum saatnya aku datang. Jaman ini sedang berproses untuk menuju ke sana. Bila sudah waktunya, tentu tanpa kau minta, aku akan datang.”Seketika suasana hutan berubah. Waktu terhenti. Daun pohon yang hendak jatuh ke tanah pun melayang karenanya. Waktu benar – benar berhenti. Kini mereka berdua berada di dunia lain. Seluruh obyek menjadi bernuansa hijau. Mereka berada di lokasi yang
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq