Masih di hutan yang sama, sosok itu masih berbincang – bincang dengan Shamar.
“Apa alasanmu, Shamar?” tanyanya.
“Manusia di sana masih belum siap untuk menghadapi kedatangannya. Akan percuma mendatangkan dia yang akan menjadi pemimpin mereka,” jawab Shamar.
“Kau benar. Sayang sekali, prinsip yang dibawa sejak ribuan tahun yang lalu sampai saat ini, tidak akan bisa membawa manusia pada pencapaian sempurna. Mereka terjebak oleh akal pikiran dan dualitas. Mereka masih mencari kebenaran menurut dualitas. Padahal sesuatu yang benar dan salah adalah hasil tarik menarik. Mereka mengumpulkan berbagai kebenaran, yang tanpa mereka sadari berasal dari kenangan buruk. Mata batin mereka pun akhirnya menjadi gelap.” Sosok itu menatap ke langit yang terhalang oleh dedaunan pohon nan tinggi. “Sama seperti pandangan ini. Ingin melihat langit namun terhalang oleh pohon – pohon ini. Cahayanya bahkan tak bisa menembus tanah.&rdq
Suasana hening sekarang menjadi nuansa di hutan tersebut. Dagaz masih di sana bersama Shamar. Dagaz melangkahkan kakinya mendekati Shamar. Suara gemerisik daun mengikutinya. Shamar menunjuk portal hijau yang terbuka di dekatnya, kemudian mengajak Dagaz mengikutinya. “Mari, ikutlah denganku.”Tanpa rasa curiga, Dagaz mengikuti ajakan Shamar. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam portal tersebut dan tibalah mereka di suatu tempat yang juga berupa hutan.“Di sinilah sebenarnya aku berada selama ini,” sambut Shamar saat Dagaz pertama kali mendatangi sisi lain hutan. Dimensi yang berbeda dari hutan sebelumnya.Suatu pertanyaan muncul di benak Dagaz. Demi memuaskan penasarannya, Dagaz segera bertanya kepada Shamar. “Apakah hutan ini sebenarnya adalah bagian dari kerajaan tersebut? Apakah tempat ini memang sengaja disembunyikan ketika kerajaan lain menghancurkan kerajaanmu dulu?”Shamar tidak langsung menjawab pertanyaan Dagaz
TAHUN 1996Herrscher tiba di masa yang sama dengan Dagaz. Dia berdiri di atap gedung yang tinggi. Seperti yang sudah – sudah. Karena dari ketinggianlah, dia bisa melihat kondisi wilayah itu. Ketinggian dalam bukan arti harafiah. Herrscher mencari informasi tentang kondisi negara itu melalui media. Dari media yang dia baca, Herrscher mengetahui bahwa saat ini negara tersebut sedang dikuasai oleh penguasa yang diangkat secara kebetulan. Dia kembali menelusuri sejarah negara tersebut melalui gawainya.“Sia – sia perjuangan penguasa pertama. Dia sudah akrab dengan nuansa penjara hanya untuk membebaskan negara ini dari penjajah. Namun dia telah dilengserkan secara halus.”“Hahaha... negara ini hanya kebetulan saja mendapatkan kemerdekaannya. Penjajah mereka diserang musuh sehingga penjajah itu harus menarik pasukannya dari sini. Negara ini hanya berada di waktu yang tepat untuk menyatakan kemerdekaannya.”
TAHUN 1996Dagaz menelusuri kota yang nuansanya jauh berbeda dengan jamannya. Benar – benar suasana yang membawa kita nostalgia ke jaman dulu. Kota bernuansa tua bagi manusia di masa depan. Dagaz mendatangi kios koran yang menyediakan berbagai koran yang sudah kadaluarsa. Dia mengambil salah satu koran di meja kios itu lalu ia baca.Dari koran itulah, Dagaz tahu bahwa pernah terjadi sebuah peristiwa yang tiba – tiba menjadi topik hangat di masa itu. Dagaz membaca berita yang tersiar bahwa istri penguasa telah meninggal beberapa hari lalu. Dagaz tidak heran dengan berita itu karena ia yakin kalau itu adalah ulah Herrscher. Kejadian itu adalah bagian dari rencananya. Dagaz hendak mencari di mana Herrscher di masa itu.“Kita harus segera menemukannya!” ajak Dagaz.“Percuma! Kita terlambat. Dia sudah selesai menjalankan aksinya di tahun ini. Lebih baik kita pergi ke tahun depan. Dia pasti ingin menyaksikan ha
Herrscher bersiap mengeluarkan kemampuan matanya. Bola matanya menjadi putih seluruhnya. Ditengah bola matanya, muncul sigil berwarna merah darah menyala. Dengan kemampuan mata tersebut, Herrscher mampu mengendalikan makhluk halus itu sesukanya. Salah satu makhluk astral yang paling dengan Herrscher menjadi imbas serangan pertama. Hanya dengan sedikit menyipitkan mata, makhluk astral itu langsung tersungkur dan menghilang bagaikan debu. “Kalian ternyata berani denganku...” suara Herrscher menggema di gedung tersebut. “Darimana kau memiliki mata itu?” tanya salah satu makhluk astral. Aura kemarahan tampak di sekeliling Herrscher. Udara di gedung tersebut menjadi dingin seketika. Dengan cepat Herrscher berlari ke salah satu makhluk itu dan mencengkram kepala mereka. Cengkraman tersebut ternyata bertujuan mengambil energi dari makhluk itu. Aura energi makhluk astral itu menyebar mengelilingi tangan Herrscher dan masuk ke tubuhnya. Makhluk itu p
Herrscher melangkahkan kakinya dan berdiri di samping Death.”Aku ingin kau segera memunculkan dirimu. Aku ingin kau segera menyatakan janji akan kedatanganmu,” pinta Herrscher dengan nada halus.Shamar tidak merespon permintaan Herrscher. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya.“Apa yang kau tunggu? Bukankah tanda – tanda kedatanganmu sudah terlihat? Sudah waktunya kau menyatakan diri. Apa perlu sampai sehancur – hancurnya baru kau akan hadir di tengah publik?”Shamar menggeleng – gelengkan kepalanya lagi, “Belum saatnya aku datang. Jaman ini sedang berproses untuk menuju ke sana. Bila sudah waktunya, tentu tanpa kau minta, aku akan datang.”Seketika suasana hutan berubah. Waktu terhenti. Daun pohon yang hendak jatuh ke tanah pun melayang karenanya. Waktu benar – benar berhenti. Kini mereka berdua berada di dunia lain. Seluruh obyek menjadi bernuansa hijau. Mereka berada di lokasi yang
Tetap di lokasi dan tahun yang sama dengan sebelumnya. Di atap gedung tertinggi di salah satu kota. Herrscher telah kembali ke markasnya. Dalam pikirannya, Herrscher mencerna kembali pemikirannya selama ini tentang Leader yang sering diagung – agungkan oleh masyarakat disini. Dan kebalikannya, banyak masyarakat yang kontra dengan penguasa di jaman ini. Herrscher terjebak ke dalam suatu kebenaran yang tidak dia ketahui. Kalau saja Shamar tidak membawanya ke masa itu, mungkin pemikirannya terhadap Leader akan tetap sama seperti sebelumnya.Herrscher ingin bertemu dengan Leader secara empat mata untuk menanyakan secara langsung tentang apa yang dia pikirkan saat ini. Karena untuk sementara, informasi yang dia dapatkan hanya berasal dari Shamar dan media. Herrscher mulai duduk dan membuka perangkatnya untuk menelusuri data di masa lalu.Death melihat Herrscher masih sibuk memikirkan kejadian tadi. Death mengaktifkan penghentian waktu lalu pergi ke dunia yang lain. Di
“Bisakah kita langsung masuk ke sesi latihan?” pinta Dagaz sambil mendongkol.“Tapi sebelum masuk ke sesi latihan. Aku ingin bertanya. Kenapa kamu ingin sekali memiliki mata yang bisa melihat makhluk astral?”“Aku ingin melihat sosok yang bersama dengan Herrscher,” jawab Dagaz singkat.“Tampaknya kau tertarik sekali dengan Herrscher. Apa ada sesuatu pada Herrscher yang mempengaruhimu?”Dagaz menceritakan pendapatnya tentang Herrscher kepada Veda. Bagi Dagaz, Herrscher adalah seseorang yang ambisius. Ia bahkan tidak segan – segan membunuh orang hanya untuk menjalankan rencananya. Istri dari penguasa adalah contoh korban dari ambisi Herrscher. Kejadian badai petir yang terjadi di masa depan sudah membuktikan bahwa Herrscher menggunakan kemampuannya dengan semena – mena. Dagaz tidak suka dengan cara Herrscher.Veda hanya tertawa mendengar curhatan Dagaz. Veda tahu, bila tujuan Herrscher adala
Terdapat sebuah bangunan megah yang merupakan kediaman di suatu negara yang sangat maju. Kediaman tersebut berisikan perabot mewah dan barang antik nan kuno, yang dikumpulkan dari seluruh dunia. Langit – langitnya tinggi dan berhiaskan ukiran relief yang sangat indah. Relief yang menggambarkan kondisi dunia di masa depan, dimana mereka adalah pemimpin. Kolom – kolom besar yang saling berdekatan menggambarkan kokohnya kediaman itu seakan gempa takkan mampu meruntuhkan bangunan itu. Sungguh kemewahan istana tergambarkan secara gamblang di dalamnya.Itu adalah kediaman keluarga yang sebenarnya paling kaya di dunia. Namun sangat sedikit informasi yang bisa diambil dari keluarga tersebut. Keluarga itu sangat tertutup sehingga banyak yang mengira keberadaan keluarga tersebut hanyalah mitos. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa berhubungan dengan keluarga itu. Mereka sangat menghindari media, sehingga mereka mengalihkan perhatian media kepada keluarga ‘bayangan&r
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq