Share

Bab 11

Penulis: Awan Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-28 14:17:27

“Bagaimana film tadi menurut kamu, Ra? Kamu suka?” tanya Armand saat mereka keluar studio bioskop. Usai menonton dua jam lima belas menit lamanya.

“Aku suka. Filmnya bagus. Aku bahkan tidak merasa jika filmnya sudah selesai,” jawab Miranda adanya, tidak berbohong. Selain dia memang suka film bergenre Fantasi dan aksi, film tadi memang menarik. Dari alur cerita, efek gambar, hingga akting dari para pemainnya. Apik sekali. Dia acungi jempol tadi.

Armand mengangguk-angguk, “Syukurlah kalau kamu suka. Tadi aku sempat khawatir gendernya tidak sesuai selera kamu.”

Miranda tidak berkomentar, melirik jam tangan tiruan di pergelangan tangannya, “Sudah jam delapan lewat. Ayo, kita pulang.”

Armand mengangguk, “Tapi sebelum pulang kita makan malam dulu, Ra.”

“Tidak usah, Armand. Kita langsung pulang.”

Armand menggeleng, “Tidak ada penolakan. Aku sudah mengajak kamu menonton, aku tidak akan memulangkan anak orang dalam keadaan kelaparan.”

“Baiklah, terserah kamu saja.” Miranda mengalah. La
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hello, My Destiny   Bab 12

    “Hoam!” Miranda menguap lebar setelah mereka dalam perjalanan pulang. Lelah bekerja dan jalan-jalan bersama Armand tadi, ditambah perut kenyang membuatnya mengantuk. Namun dia berusaha tetap terjaga. Takut Armand berbuat macam-macan dengannya. Walau sebenarnya apa yang harus dilihat dari. Dia tidak menarik. Tetapi tidak ada salahnya berjaga-jaga. Armand khilaf.“Tidur saja jika mau tidur. Kalau sudah sampai nanti aku akan membangunkan,” ucap Armand melirik Miranda yang sudah beberapa kali menguap.“Tidak. Aku tidak mengantuk, hanya menguap saja,” elak Miranda.“Begitu, ya?” Armand mengangguk-angguk. Tidak lagi berkomentar. Padahal dia tahu betul Miranda sedang berbohong. Terlihat jelas sekali mata perempuan itu terlihat kuyu sekali. Entah apa alasan perempuan itu menahan kantuknya.Lima menit kemudian, Miranda tidak kuasa lagi menahan kantuknya. Perempuan itu jatuh tertidur.Armand yang melihat itu hanya tersenyum tipis, fokus mengemudi.Dua puluh menit kemudian mereka sampai. Armand

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Hello, My Destiny   Bab 13

    Miranda mendesa lega setelah melihat mobil Armand melaju meninggalkan halaman kosannya melalu kaca jendela. Rasanya beban di dadanya terangkat setelah mengatakan yang apa yang mengganggu pikirannya akhir-akhir. Dia harap pria itu mendengarkan ucapannya tadi. Tidak menemuinya lagi. Jadi dia tidak perlu merasa waspada lagi. Alasan pria itu menyukainya tidak cukup membuatnya percaya. Tidak begitu kuat. Hanya karena dia mengembalikan uang kembali yang lebih dan membantu seorang kakek menyeberang jalan raya, Armand tertarik padanya? Sungguh? Miranda menggeleng. Itu tidak mungkin. Hal yang dia lakukan itu terlalu kecil untuk membuat pria tampan dan kaya seperti Armand tertarik kepadanya. Sementara dia sering melalukan kebaikan lebih dari itu. Seperti memberi fakir miskin di jalan, memberi donasi kepada orang yang membutuhkan setiap bulannya. Tetapi, tetap tidak membuat mantan kekasihnya dulu jatuh hati kepadanya. Pria itu hanya menganggapnya uang berjalan saja. Bagi Miranda, alasan Arman

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Hello, My Destiny   Bab 1

    Armand Kafeel Pramudya pernah memberikan seluruh hatinya kepada perempuan. Namun sayangnya hatinya dipatahkan oleh sebuah pengkhianatan. Hingga pria itu tidak pernah percaya lagi akan cinta dan perempuan, termaksud ibu kandungnya sendiri. Baginya cinta hanyalah kelemahan. Lalu takdir mempertemuannya dengan gadis bernama Miranda kembali mengantarkan perasaan yang dia benci itu, cinta. Tidak peduli seberapa keras dia menyangkal, dia menginginkan perempuan sederahana itu. *** Namanya hanya Miranda, tanpa nama belakang. Sesederhana namanya, orangnya juga sederhana. Perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu selalu memikirkan bagaimana jodohnya suatu hari. Pria seperti apa yang akan menikahinya. Apakah dia pria yang bertanggung jawab dan pekerja keras? Itulah yang dia pikirkan tentang jodohnya. Dia tidak pernah berpikir jodohnya harus tampan dan kaya. Karena dia cukup sadar diri siapa dirinya. Dia hanyalah gadis biasa saja berparas pas-pasan, atau bisa dikatakan jelek. Baginya kisah klise

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Hello, My Destiny   Bab 2

    “Ugh lelahnya. Tubuhku rasanya remuk redam. Aku ingin cepat-cepat sampai kosan. Istirahat.” Nia menyeletuk sambil merenggangkan otot-ototnya yang kaku di depan restoran. Hendak pulang kerja. Miranda yang berdiri di samping gadis itu mengangguk. Sependapat. “Kapan, ya, aku punya kekasih seorang CEO? Lalu menikah dengannya. Hidupku pasti menyenangkan sekali. Aku tidak perlu capek-capek kerja lagi. Kerjaanku hanya mengurus suami, anak, dan shopping,” ucap Nia penuh harapan. Mendengar celetukan temannya itu, Miranda menyeringai, “Kamu terlalu banyak baca novel dan nonton drama, Nya. Mimpi kamu terlalu tinggi. Sekekas CEO mana mau dengan gadis miskin seperti kita. Selera mereka pastilah harus selevel dengan mereka.” Nia mengedikan bahu, “Siapa yang tahu, kan? Bisa saja mereka khilaf. Memang kamu tidak mau apa jika memiliki kekasih seorang CEO?” “Terlintas saja tidak di benakku. Aku cukup sadar diri siapa aku. Cantik tidak, kaya jauh. Berharap bisa menikah dengan pria tampan dan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Hello, My Destiny   Bab 3

    Bruk. Miranda menghempaskan tubuhnya dengan kasar di tempat tidur setiba di kosannya. Tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu seperti yang biasa lakukan. Dia sudah tidak tahan lagi, tubuhnya terlalu penat untuk melakukan hal tersebut. Restoran tempatnya bekerja begitu ramai. Dia ingin merilekskan sejenak tubuhnya. Selagi menyantaikan diri, Miranda menerawang langit kosannya. Mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Ingatan Intan terjadi saat dia melayani empat pria tampan tadi di restoran. Masih terngiang jelas dalam ingatan Miranda bagaimana salah satu pria itu menghinanya tadi. Meremehkan dirinya. Miranda rasanya kesal sekali jika mengingat kejadian itu. Memang apa salahnya jika orang jelek sepertinya bekerja di tempat yang elit? Apa orang yang bekerja di tempat yang bagus hanya boleh orang yang cantik dan tampan saja? Orang jelek sepertinya tidak layak. Tidak peduli seberapa bagus kinerjanya. Lantas di manakah tempat yang layak untuk orang jelek sepertinya? Dan apa pekerjaann

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Hello, My Destiny   Bab 4

    Miranda kembali santai setelah mengatar makanan Armand. Restoran kembali sepi. Perempuan itu berdiri di pantry bersama Nia, yang asik bercerita. Tapi sayangnya, dia tidak mendengarkan sahabatnya itu. Dia diam-diam mengamati Armand yang sedang menyantap makanannya. Entah kenapa dia mempunyai firasat buruk terhadap pria itu. Pasalnya aneh sekali. Padahal seumur hidupnya belum ada pria asing yang mengajaknya berkenalan. Apa lagi pria itu sangat tampan. Tentu Miranda merasa heran. Apa alasan pria itu mengajaknya berkenalan? Biasanya pria asing mengajak perempuan berkenalan itu karena punya ketertarikan. Tapi menengok siapa dirinya, rasanya tidak mungkin jika pria itu tertarik dengannya. Lantas apa alasan pria bernama Revan itu mengajaknya berkenal? Apa benar hanya ingin berteman? “Iya, kan, Mir?” Nia menepuk pundak Miranda. Membuyarkan Intan dari keterpakuannya. Miranda terkesiap, “Apa, Nya. Kamu ngomong apa?” Nia menepuk dahinya, “Kamu dari tadi bengong, Mir. Tidak mendengarkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Hello, My Destiny   Bab 5

    Armand mendesah ketika melihat jam di pergelangannya sudah menunjukkan jam dua belas siang. Waktunya istirahat. Makan siang. Armand lekas menonaktifkan komputernya, beranjak dari kursi kebesarannya. Kalau boleh jujur sebenarnya malas makan siang di luar. Pekerjaannya menumpuk. Dia lebih suka makan siang kantornya sambil memeriksa berkas. Namun demi melancarkan misinya menaklukkan gadis bernama Miranda itu, dia tidak punya pilihan. Apa boleh buat. Dengan berat hati dia menjeda sejenak pekerjaannya. Bahkan Davin – Sekretaris Armand itu juga merasa heran. Tidak biasanya bos mereka meninggalkan meja kerjanya selain pulang. Namun sebagai sekretaris yang baik, tidak ambil pusing. Enggan ikut campur. Dan kebetulan sekali ketika Armand tiba di restoran itu, Miranda berada di pantry. Dengan senyum tampan di wajahnya, dia menyapa pria itu, “Hai.” *** Miranda yang baru kembali ke pantry usai membersihkan meja yang baru ditinggal pengunjung tidak bisa menyembunyikan keterkejutan ket

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Hello, My Destiny   Bab 6

    Miranda menarik napas panjang, menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dengan kasar setiba di kosan. “Kenapa kamu?” Nia – yang baru keluar dari kamar mandi bertanya. Hari ini perempuan itu libur untuk memindahi barang-barangnya ke kosan Miranda. Beberapa hari yang lalu, mereka berdua sudah sepakat tinggal bersama untuk meringkan biaya tempat tinggal. Karena Nia juga anak rantauan. Datang ke kota untuk mengadu nasib sama seperti Miranda. Dan nasib mereka juga tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama anak sulung dari tiga bersaudara dan tidak memiliki figur ayah lagi. Sebab itulah mereka jadi dekat dari dulu sampai sekarang hingga berani memutuskan tinggal bersama. “Capek, ya? Memang restoran hari ini ramai?” tanyanya lagi kala Miranda tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Sambil mengeringkan handuk dengan rambut, dia ikut duduk di samping Miranda yang terbaring. Miranda menggeleng, “Tidak juga.” “So? Apa yang membuat kamu lusuh sekali?” Miranda melirik sang sahabat, beringsut duduk, “K

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21

Bab terbaru

  • Hello, My Destiny   Bab 13

    Miranda mendesa lega setelah melihat mobil Armand melaju meninggalkan halaman kosannya melalu kaca jendela. Rasanya beban di dadanya terangkat setelah mengatakan yang apa yang mengganggu pikirannya akhir-akhir. Dia harap pria itu mendengarkan ucapannya tadi. Tidak menemuinya lagi. Jadi dia tidak perlu merasa waspada lagi. Alasan pria itu menyukainya tidak cukup membuatnya percaya. Tidak begitu kuat. Hanya karena dia mengembalikan uang kembali yang lebih dan membantu seorang kakek menyeberang jalan raya, Armand tertarik padanya? Sungguh? Miranda menggeleng. Itu tidak mungkin. Hal yang dia lakukan itu terlalu kecil untuk membuat pria tampan dan kaya seperti Armand tertarik kepadanya. Sementara dia sering melalukan kebaikan lebih dari itu. Seperti memberi fakir miskin di jalan, memberi donasi kepada orang yang membutuhkan setiap bulannya. Tetapi, tetap tidak membuat mantan kekasihnya dulu jatuh hati kepadanya. Pria itu hanya menganggapnya uang berjalan saja. Bagi Miranda, alasan Arman

  • Hello, My Destiny   Bab 12

    “Hoam!” Miranda menguap lebar setelah mereka dalam perjalanan pulang. Lelah bekerja dan jalan-jalan bersama Armand tadi, ditambah perut kenyang membuatnya mengantuk. Namun dia berusaha tetap terjaga. Takut Armand berbuat macam-macan dengannya. Walau sebenarnya apa yang harus dilihat dari. Dia tidak menarik. Tetapi tidak ada salahnya berjaga-jaga. Armand khilaf.“Tidur saja jika mau tidur. Kalau sudah sampai nanti aku akan membangunkan,” ucap Armand melirik Miranda yang sudah beberapa kali menguap.“Tidak. Aku tidak mengantuk, hanya menguap saja,” elak Miranda.“Begitu, ya?” Armand mengangguk-angguk. Tidak lagi berkomentar. Padahal dia tahu betul Miranda sedang berbohong. Terlihat jelas sekali mata perempuan itu terlihat kuyu sekali. Entah apa alasan perempuan itu menahan kantuknya.Lima menit kemudian, Miranda tidak kuasa lagi menahan kantuknya. Perempuan itu jatuh tertidur.Armand yang melihat itu hanya tersenyum tipis, fokus mengemudi.Dua puluh menit kemudian mereka sampai. Armand

  • Hello, My Destiny   Bab 11

    “Bagaimana film tadi menurut kamu, Ra? Kamu suka?” tanya Armand saat mereka keluar studio bioskop. Usai menonton dua jam lima belas menit lamanya. “Aku suka. Filmnya bagus. Aku bahkan tidak merasa jika filmnya sudah selesai,” jawab Miranda adanya, tidak berbohong. Selain dia memang suka film bergenre Fantasi dan aksi, film tadi memang menarik. Dari alur cerita, efek gambar, hingga akting dari para pemainnya. Apik sekali. Dia acungi jempol tadi. Armand mengangguk-angguk, “Syukurlah kalau kamu suka. Tadi aku sempat khawatir gendernya tidak sesuai selera kamu.” Miranda tidak berkomentar, melirik jam tangan tiruan di pergelangan tangannya, “Sudah jam delapan lewat. Ayo, kita pulang.” Armand mengangguk, “Tapi sebelum pulang kita makan malam dulu, Ra.” “Tidak usah, Armand. Kita langsung pulang.” Armand menggeleng, “Tidak ada penolakan. Aku sudah mengajak kamu menonton, aku tidak akan memulangkan anak orang dalam keadaan kelaparan.” “Baiklah, terserah kamu saja.” Miranda mengalah. La

  • Hello, My Destiny   Bab 10

    Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit mereka tiba di tempat tujuan. Langsung memesan tiket. “Filmnya akan di putar sejam lagi. Bagaimana kalau kita keliling dulu?” ujar Armand setelah mereka usai memesan tiket. Miranda mengangguk, sependapat. Mereka berjalan bersisian menelusuri pusat perbelanjaan yang menyediakan gedung bioskop tempat mereka menonton itu. Tapi bukan Pusat Perbelanjaan milik keluarga Armand. Dia tidak mungkin mengajak Miranda menonton di sana. Takutnya ada pengelola Pusat Perbelanjaan milik keluarganya itu mengenalnya. Bisa-bisa dia menjadi bahan gosip di perusahaan kedapatan berjalan berdua dengan perempuan. Armand yang didesak untuk segera menikah oleh keluarganya pasti langsung disidang jika gosipnya jalan berdua bersama perempuan sampai ke telinga keluarganya. Ditanya kapan memperkenalkan perempuan itu kepada mereka. Dan, dia tidak ingin itu terjadi. Miranda hanya bahan taruhan, tidak pernah berniat serius. Apalagi menikah tidak pernah ada dalam kamus pr

  • Hello, My Destiny   Bab 9

    Miranda menghampiri Armand dengan malas yang lagi, lagi, dan lagi datang ke restoran. Sesuai ucapan pria itu waktu pamit dengannya semalam. Untung hari ini, dia kembali memutuskan menukar jadwal kerjanya pagi dengan Nia. Rasanya lebih aman menghindari pria itu di siang hari dari pada malam hari.Tadi, sebenarnya Rafi sudah menghampiri Armand lebih dulu. Tapi, pria itu mengotot ingin Miranda yang menghampirinya. Tidak yang lain. Tidak peduli jika Miranda sedang sibuk dengan pengujung lain. Dia tetap ingin Miranda.Tidak ingin ada keributan, Rafi mengalah. Menggantikan Miranda yang sedang melayani pengunjung lain. Menyerahkan Armand kepada perempuan itu.Miranda tidak punya pilihan. Dalam hati dia mengumpati pria itu. Sialan. Armand menyebalkan. Dia yakin sekali setelah ini para karyawan restoran pasti penasaran sekali dengan hubungan mereka. Bertanya-tanya.Maka setiba di hadapan pria itu dengan datar, Miranda bertanya, “Kamu mau pesan apa, Armand?”“Menurut kamu apa yang paling enak d

  • Hello, My Destiny   Bab 8

    “Apa? Kamu mau mengantarku pulang?” Mata Miranda melebar mendengar penuturan pria itu. Armand mengangguk, “Iya. Kalau begitu, ayo, aku antar kamu pulang.” Alena menggeleng, “Tidak perlu, Armand. Kita tidak sedekat itu hingga kamu mau mengantarku pulang.” “Justru itu. Bukankah bagus jika aku mengantarmu pulang? Dengan begitu kita bisa dekat. Saling mengenal,” sanggah Armand, “Jadi, tunggu apa lagi. Ayo, aku antar kamu pulang.” “Tidak usah Armand. Aku bisa pulang sendiri. Tempat tinggalku tidak jauh dari. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot mengantarku pulang,” tolak Miranda. Armand menggeleng, “Tidak masalah. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Lagi pula bahaya jika seorang perempuan pulang sendiri di malan hari seperti ini. Bahaya.” “Aku sudah biasa. Selama ini tidak terjadi apa pun padaku. Jadi tidak perlu repot mengantarku pulang.” “Tetap saja. Aku tidak tega melihat seorang pulang sendiri malam-malam seperti ini. Jadi, ayo aku antar pulang. Jangan merasa sungkan. S

  • Hello, My Destiny   Bab 7

    Brak. Miranda sedang memasukkan tasnya ke dalam loker ketika Darah menutup pintu lokernya dengar kasar. Membuatnya terlonjak karena kaget. Untung tangannya sudah berada di luar. Jika masih di dalam bisa di pastikan tangannya cacat. Karena aksi tidak sopan Darah, Miranda menatap perempuan itu dengan nanar, penuh amarah, “Kamu apa-apaan, Dar? Apa masalahmu?” “Apa hubunganmu dengan pria itu?” tanya Darah dengan nada sinis miliknya setiap kali berhadapan dengan Miranda. Dahi Miranda berkerut menatap Darah, “Pria siapa maksudmu?” “Pria yang menyapamu hari itu? Siapa dia? Apa hubungan kalian? Kenapa dia mencarimu tadi?” “Maksudmu Armand? Dia datang lagi?” tukas Miranda dengan alis bertaut. Melupakan sejenak kesinisan Darah. Dia tidak menduga jika Armand datang lagi. Untungnya hari ini, dia berniat menukar jadwalnya dengan Nia. Jadi mereka tidak perlu bertemu. “Oh, jadi namanya Armand.” “Oh, jadi namanya Armand?” Darah tersenyum sinis, “Apa hubungan kalian? Bagaimana kamu bisa

  • Hello, My Destiny   Bab 6

    Miranda menarik napas panjang, menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dengan kasar setiba di kosan. “Kenapa kamu?” Nia – yang baru keluar dari kamar mandi bertanya. Hari ini perempuan itu libur untuk memindahi barang-barangnya ke kosan Miranda. Beberapa hari yang lalu, mereka berdua sudah sepakat tinggal bersama untuk meringkan biaya tempat tinggal. Karena Nia juga anak rantauan. Datang ke kota untuk mengadu nasib sama seperti Miranda. Dan nasib mereka juga tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama anak sulung dari tiga bersaudara dan tidak memiliki figur ayah lagi. Sebab itulah mereka jadi dekat dari dulu sampai sekarang hingga berani memutuskan tinggal bersama. “Capek, ya? Memang restoran hari ini ramai?” tanyanya lagi kala Miranda tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Sambil mengeringkan handuk dengan rambut, dia ikut duduk di samping Miranda yang terbaring. Miranda menggeleng, “Tidak juga.” “So? Apa yang membuat kamu lusuh sekali?” Miranda melirik sang sahabat, beringsut duduk, “K

  • Hello, My Destiny   Bab 5

    Armand mendesah ketika melihat jam di pergelangannya sudah menunjukkan jam dua belas siang. Waktunya istirahat. Makan siang. Armand lekas menonaktifkan komputernya, beranjak dari kursi kebesarannya. Kalau boleh jujur sebenarnya malas makan siang di luar. Pekerjaannya menumpuk. Dia lebih suka makan siang kantornya sambil memeriksa berkas. Namun demi melancarkan misinya menaklukkan gadis bernama Miranda itu, dia tidak punya pilihan. Apa boleh buat. Dengan berat hati dia menjeda sejenak pekerjaannya. Bahkan Davin – Sekretaris Armand itu juga merasa heran. Tidak biasanya bos mereka meninggalkan meja kerjanya selain pulang. Namun sebagai sekretaris yang baik, tidak ambil pusing. Enggan ikut campur. Dan kebetulan sekali ketika Armand tiba di restoran itu, Miranda berada di pantry. Dengan senyum tampan di wajahnya, dia menyapa pria itu, “Hai.” *** Miranda yang baru kembali ke pantry usai membersihkan meja yang baru ditinggal pengunjung tidak bisa menyembunyikan keterkejutan ket

DMCA.com Protection Status