Ghea masih bekerja seperti biasa. Sebelum berangkat dia selalu menyempatkan untuk melihat kakak iparnya. Walaupun kakaknya tampak sudah jauh lebih baik, dia masih melihat sang kakak yang memilih diam saja. Namun, Ghea selalu menyempatkan menyapanya. Di Rumah sakit Ghea mulai bekerja. Trimester awal sudah dilewati, jadi dia jauh lebih tenang saat bekerja karena rasa mual yang dirasakan sudah berkurang. Rutinitas Ghea tetaplah sama. Pagi bekerja dan sore dia sudah di rumah. Gemma selalu di rumah bersama dengan babysitter. Namun, tetap Ghea selalu pulang tepat waktu. Menemani sang anak yang berada di rumah. Menjadi ibu sekaligus wanita karier memang tidak mudah, tetapi dia menjalani dengan senang. Sore ini keluarga berkumpul. Mereka bercanda gurau bersama. Ghea memang menyayangi Gemma seperti anaknya sendiri. Gemma menempelkan telinganya di perut sang mommy. Dia ingin mendengarkan adik kecilnya di dalam perut sang mommy. “Ada suara Mommy.” Gemma yang mendengarkan perut Ghea pun mera
Pagi-pagi Ghea sudah bangun. Dia begitu bersemangat sekali ketika akan pergi untuk menunggang kuda. Rasanya, dia sudah tidak sabar. Pagi-pagi sekali dia membangunkan sang suami. “Sayang, ayo kita mau naik kuda ‘kan.” Ghea menggoyangkan tubuh sang suami. “Sayang, ini masih pagi.” Rowan menarik selimutnya kembali. “Kamu sudah janjikan jika mengajakku naik kuda.” Ghea menarik selimut Rowan. Dia tidak mau menunggu. Rowan yang mengingat jika dia ada janji dengan sang istri. Terpaksa dia pun membuka matanya. Senyum Ghea menyambutnya ketika matanya terbuka. Rasanya Rowan ingin tertawa. Istrinya benar-benar bersemangat sekali, hingga membuatnya tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia mengetahui semuanya. “Aku akan bangun.” Rowan berangsur bangun. Ghea tersenyum manis ketika sang suami akhirnya bangun. Dia pun segera berlalu untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk mereka pergi. Setelah semua siap, mereka segera berangkat. Ghea dan Gemma duduk di belakang. Mereka menikmati perjalanan
Rowan memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Karena ramai, Rowan memilih menggendong anaknya. Tempat yang mereka tuju adalah tempat kuda berada. Ghea langsung membelai kuda yang ada di depannya. Begini saja Ghea sudah sangat senang sekali. Tak melepaskan kesempatan itu, akhirnya dia memilih untuk ke segera meminta Rowan memotretnya. Mengabadikan momen bersama kuda. Rowan hanya bisa pasrah. Istrinya yang memiliki keinginan aneh itu memang membuatnya sedikit kesulitan, tetapi bersyukur karena dirinya bisa mewujudkannya. Di taman kota, mereka tidak hanya menikmati itu saja. Mereka juga menikmati makanan yang ada di taman kota. Jajanan yang ada di stand-stand makanan tersebut membuatnya merasa senang sekali.Hari sudah malam, Ghea, Rowan, Gemma pulang ke rumah. Mereka langsung beristirahat. Rowan meminta sang istri untuk istirahat lebih dulu, karena dia akan menemani Gemma dulu. Ghea menunggu sang suami di kamarnya. Hari ini dia cukup puas. Walaupun tidak naik kuda, tetapi melihat kuda
“Nenek Sonia jemput cucunya yang sekolah di sekolah Gemma juga, Mom.” Gemma kembali menjelaskan. “Gemma tahu cucunya siapa?” Ghea memastikan lebih dulu. “Tidak tahu.” Gemma menggeleng. Ghea merasa aneh. Gemma tidak tahu, tetapi bisa menjawab seperti itu. “Sayang, lain kali kamu harus lebih hati-hati. Jangan bicara pada orang asing yang tidak dikenal.” “Baik, Mommy.” Gemma mengangguk. **Pagi ini Ghea dan Rowan bersiap untuk bekerja. Gemma sudah selesai bersiap dan sedang menunggu Ghea dan Rowan keluar. Kemarin, Rowan pulang malam. Karena setelah mengantarkan kakaknya pulang, dia kembali ke restoran. “Bagaimana keadaan Kak Kiara?” Semalam Ghea tidak sempat bertanya karena dia sudah lebih dulu tidur. “Dokter bilang dia sudah jauh lebih baik. Sudah sedikit terlihat ekspresi dari wajahnya saat ditanya. Ada jawaban anggukan dan gelengan sebagai respon.” Mendengar itu Ghea merasa ikut senang. Dia berharap kakak iparnya bisa baik-baik saja. “Hari ini kamu akan menjemput
Ghea segera mengayunkan langkahnya menuju ke tempat parkir di mana suaminya menunggunya. Jam masuk sekolah seperti ini parkiran memang tidak boleh lama-lama karena banyak yang datang mengantarkan anak-anak juga. Ghea masuk ke mobil. Tangannya langsung bergerak memasang sabuk pengaman. Rowan yang melihat sang istri sudah siap, segera melajukan kembali mobilnya. Sepanjang perjalanan Ghea diam saja. Dia masih memikirkan siapa gerangan nenek tersebut. “Kamu kenapa, Sayang?” Rowan menoleh pada sang istri. Tampak wajah sang istri yang begitu cemas sekali. “Jadi beberapa hari yang lalu ada seorang nenek yang menghampiri Gemma saat aku terlambat menjemput.” Ghea menceritakan pada sang suami kejadian tersebut. “Lalu apa masalahnya?” Rowan tersenyum merasa aneh. “Nenek itu bukan nenek salah satu siswa di sini. Jadi tentu saja aku merasa aneh. Lalu apa dia datang untuk menculik anak-anak, atau jangan-jangan dia berniat menculik Gemma.” Ghea begitu panik sekali. Dia benar-benar takut anaknya
Rowan akhirnya tahu ke mana sang istri membawanya. Ternyata menemui sang kakak. Dia masih bingung memang kenapa dengan kakaknya? Dia tampak biasa saja. “Rowan.” Mendengar namanya disebut, Rowan langsung membulatkan matanya. Tidak menyangka sang kakak memanggilnya. “Kak Kiara.” Rowan mendekat. Air matanya menetas. Setelah sekian lama kakaknya mau bicara juga. Kiara mengusap pipi Rowan. Menghapus air matanya. “Rowan.” Satu kata yang diucapkan Kiara. “Kakak.” Rowan langsung memeluk Kiara. Merasa senang karena kakaknya mau bicara. Walaupun hanya namanya yang disebut saja. Ghea yang melihat pemandangan itu merasa benar-benar senang sekali. Tidak menyangka akhirnya kakak iparnya mau membuka mulutnya. Beberapa bulan dia selalu mengajak bicara, tetapi baru kali ini ada respon. Kiara yang menangis tiba-tiba pingsan. Rowan yang melihat hal itu pun segera membawa sang kakak ke kamarnya. Ghea pun segera menghubungi dokter. “Mommy Kiara kenapa, Mom?” Gemma yang melihat Kiara pingsa
Rowan mengingat jelas wajah siapa itu. Itu adalah ibu dari calon suami dari kakaknya. Hal itu tentu saja membuatnya benar-benar terkejut. Sejak mengurus sang kakak, wanita itu memang tidak pernah muncul lagi. “Sayang.” Ghea yang melihat suaminya langsung memanggilnya. Rowan masuk. Menghampiri istrinya. “Sayang, bawa Gemma masuk.” Dia memberikan perintah. Tidak mau sampai anaknya mendengar pembicaraannya. Ghea pun segera membawa anaknya masuk. Sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan. “Ada apa Anda ke sini?” Rowan langsung tanpa basa-basi bertanya. Dia ingin memastikan untuk apa orang yang sudah lama tidak ada di hidup kakaknya itu pergi. “Aku ingin mengambil hak asuh atas anak Steven.” Sonia sudah mencari informasi tentang Kiara. Kenyataan bilang Kiara hamil cucunya membuatnya akhirnya mencari keberadaan mereka. Hingga akhirnya mendapatkan di mana mereka tinggal. Sonia pernah menghampiri Gemma sewaktu di sekolah lama. Itu adalah kali pertama dia mendapatkan informasi di mana c
Hari ini Ghea, Rowan, dan Gemma ke rumah Daddy Bryan dan Mommy Shea. Untuk waktu ini, mereka butuh orang tua yang bisa memberikan nasihat untuk mereka. Karena kebetulan Kean dan Lean ada di rumah, Gemma bermain dengan mereka. Jadi Ghea dan Rowan lebih leluasa untuk bercerita.“Apa tidak ada cara lain selain jalur hukum?” Mommy Shea merasa jika jalur hukum akan panjang. “Sebaiknya kita selesaikan secara kekeluargaan saja. Ini jauh lebih baik.” Daddy Bryan merasa jika memang lebih baik seperti itu. Karena takut berdampak buruk pada Gemma. “Aku akan coba bicarakan dengan pengacara nanti. Siapa tahu bisa membantu membuka jalan kekeluargaan.” Rowan sendiri belum tahu akan seperti apa nanti. Karena sejauh ini dia belum berkonsultasi lagi dengan pengacara. Dia yakin jika pasti ada jalan keluar untuk hal ini. “Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Kamu sedang hamil. Jadi harus menjaga bayi kandunganmu. Jika kamu banyak pikiran, akan berdampak buruk untuk anakmu.” Mommy Shea membelai lembut s