Beberapa saat kemudian para wanita membawa gaun pilihan mereka. Ghea mencoba gaun satu persatu. Gaun pertama yang dicoba Ghea adalah pilihan Mommy Selly. Gaun dengan potongan melebar ke bawah dengan bagian atas terbuka sampai ke bahu, menampilkan kesederhanaan, tetapi terlihat elegan. Rowan yang melihat itu langsung memalingkan matanya. Malas sekali melihat bahu putih milik Ghea. Tanggapan Rowan itu sudah menunjukan ketidaksukaan dari Rowan dan seketika membuat mood Ghea buyar. “Jangan itu, itu terlalu terbuka!” El pun memberikan tanggapannya. Rowan langsung tersenyum. Akhirnya ada yang sependapat dengan dirinya. “Justru itu cantik, karena kulit Ghea putih.” Mommy Selly memberikan pembelaan. Ghea juga merasa senang karena mendapatkan dukungan. “Cantik tidak harus memperlihatkan kulit putih yang berada di dalam, Bu,” ucap Rowan sopan. “Iya, memang benar.” Mommy Selly tidak mau sampai ada memaksakan kehendak. “Coba saja selanjutnya, siapa tahu kamu suka.” Seketika Mommy Selly mem
Hari ini sengaja Ghea dan Rowan menjemput Gemma. Rencananya mereka akan ke rumah Mommy Shea dan Daddy Bryan. Karena besok mereka akan mencari cincin pernikahan di toko langganan Mommy Shea. . Namun, di depan sekolah Gemma keluar dengan menangis. Ghea dan Rowan panik melihat hal itu. Bingung kenapa bisa Gemma menangis. “Kamu kenapa, Sayang?” Ghea berjongkok agar dapat menjangkau tubuh Gemma. Ibu jarinya mengusap lembut air mata yang menetes di pipi Gemma. “Kata teman aku, Mommy dan Daddy aku sudah bercerai.” Gemma menangis sesenggukan. “Menikah saja belum, bagaimana bisa bercerai?” Rowan yang mendengar itu menggeleng heran. “Kenapa bisa begitu?” Ghea dengan lembut membelai rambut Ghea. “Aku bilang jika mommy dan daddy tinggalnya terpisah, lalu teman aku bilang jika mommy dan daddy sudah bercerai seperti orang tuanya. Orang tuanya juga tinggal terpisah. Dia hanya bertemu dengan daddy-nya seminggu sekali. Lalu dia bilang daddy-nya punya pacar, mommy-nya juga. Lalu pacar daddy-nya g
“Mereka tidak akan melakukan apa-apa di samping anak-anak.” “Kata siapa tidak bisa, tentu saja bisa. Nafsu bisa hadir kapan saja.” “Kamu saja harus menahan nafsu dulu saat bersama dengan anak. Lalu apa kamu pikir dia juga tidak.” “Tapi—” “Sudah sekarang kalian pergi ke kamar.” Mommy Shea memotong ucapan suaminya. Kemudian beralih pada Ghea, Gemma, dan Rowan. Ghea dan Rowan merasa canggung, apalagi melihat Daddy Bryan yang tampak tidak suka. Akan tetapi, melihat Gemma yang tetap kekeh dengan keinginannya, membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya mereka berdua berjalan ke kamar. “Aku akan keluar saat Gemma tidur,” bisik Rowan. Dia tahu pasti tidak akan nyaman untuk Ghea dan juga orang tua Ghea pasti was-was. Ghea mengangguk. Kemudian mengajak Rowan dan Gemma untuk menuju ke kamarnya. Saat masuk kamar mereka disuguhkan dengan banyaknya boneka. Gemma begitu senang melihat hal itu. Satu boneka yang menjadi perhatian Rowan adalah boneka beruang besar berwarna cream pemberian
Ghea dan Rowan keluar dari Rumah sakit. Mereka berdua masuk ke mobil. Untuk sesaat Rowan tidak segera melajukan mobilnya. Justru terdiam di dalam mobil untuk waktu sesaat. “Kenapa?” tanya Ghea yang mendapati Rowan tidak bergerak sama sekali. “Kenapa kamu mengatakan akan membawanya pulang?” Rowan masih belum mengerti kenapa Ghea memikirkan hal itu.“Dengar, dia tidak punya semangat hidup. Apa kita akan biarkan begitu saja? Jika dia tinggal dengan kia. Aku yakin pasti akan ada perkembangan. Kamu tidak bisa terus menaruhnya di sini. Itu justru membuatnya kesepian.” Ghea masih punya harapan jika kakak Rowan bisa sembuh nanti.“Lalu bagaimana jika Gemma melihatnya?” Rowan tidak habis pikir bagaimana bisa Ghea melakukannya. “Gemma sudah tumbuh besar. Dia akan kita beritahu perlahan-lahan. Aku yakin dia mengerti. Justru jika Gemma bisa memberikan kasih sayangnya, Kak Kiara pasti akan jauh lebih baik. Yang dimiliki sekarang hanya Gemma, siapa tahu dengan dekat dengan Gemma dia bersemangat.
Tiga hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa besok Ghea harus pulang sesuai dengan permintaan orang tuanya. Rencananya besok Ghea akan dijemput oleh kakaknya. Sebelum pulang dan tidak bertemu selama tiga hari, Ghea dan Rowan memanfaatkan untuk bersama-sama menikmati makan malam. Mereka menikmati makan malam bersama di restoran. Gemma begitu asyik bermain di taman bermain yang ada di dalam restoran sambil menunggu hidangan datang. Ghea yang melihat itu tersenyum. Berbeda dengan Ghea, Rowan tidak tersenyum sama sekali. Dia justru menekuk bibirnya sepanjang datang ke restoran. “Kamu kenapa? Tampak tidak senang.” Ghea yang menyadari akan hal itu pun langsung bertanya. “Bagaimana aku bisa senang jika kalian akan pergi besok.” Rowan mendengus kesal. Sungguh membuatnya tidak tahu harus berkata apa-apa lagi ketika ditinggal tiga hari oleh Ghea dan Gemma. Rencananya anaknya itu akan ikut karena Ghea tidak tega meninggalkannya. Sayangnya, hal itu membuat Rowan merasa kesepian. Ghea te
Ghea, Bian, dan Gemma sampai di rumah. Di rumah sudah ada Mommy Shea dan Daddy Bryan. “Lihat aku sudah bawa calon pengantin pulang.” Dengan bangganya Bian mengatakan itu. Tadi sang daddy dan mommy-nya tidak percaya jika Bian akan sampai karena Bian belum pernah ke sana.“Bagus, Daddy pikir kamu nyasar.” Daddy Bryan pun tersenyum. Kemudian beralih pada Gemma. “Halo, Sayang,” sapanya. “Halo, Grandpa.” Gemma membalas sapaan Daddy Bryan dengan tersenyum. “Aku nyasar jika ada wanita cantik. Sayangnya, di sepanjang jalan tidak ada wanita cantik.” Bian menghampiri sang mommy dan mendaratkan kecupan di pipi sang mommy. “Jangan macam-macam dengan wanita.” Mommy Shea menepuk pipi Bian lembut. “Tenang, Mom, aku tidak akan macam-macam.” Bian tersenyum manis. Senyumnya itu membuat siapa saja terpesona.“Tidak macam-macam, nanti anak orang hamil.” Ghea tertawa.“Bi, kamu tidak melakukan hal itu ‘kan?” Mommy Shea langsung menatap tajam pada anaknya. “Aku tidak akan menghamili wanita, Mom. Jang
Di rumah Ghea mencoba menghubungi Rowan. Menanyakan apakah Gemma dan Bian sudah pulang. Sedari tadi adiknya itu sulit sekali dihubungi, membuatnya gemas sekali. “Gemma sudah pulang baru saja dengan Bian.” Rowan yang ditanya keberadaan anaknya pun menjelaskan. “Dari tadi Bian tidak mengangkat teleponku, jadi aku khawatir.” Ghea meluapkan kesalnya. “Tadi, dia mengobrol denganku.” “Pantas, dia tidak mengangkat sambungan telepon.” Ghea pun akhirnya tahu jika ternyata adiknya tidak mengangkat teleponnya. “Kamu sedang apa?” tanyanya. “Sedang tidur di tempat tidur yang besar.” Rowan yang memesan presidential suite. Merasa tempat tidur begitu besar. “Sayang tempat tidur ini terasa kosong karena hanya aku yang menempati.” “Besok kamu tidak akan sendiri lagi, aku akan menemanik,” ucap Ghea malu-malu. Rowan tidak menyangka jika Ghea akan menjawab seperti itu. “Baiklah, aku akan menunggumu menemani.” Ghea merona. Dirinya begitu berani mengatakan hal itu. “Aku tutup dulu teleponnya. Sampa
Ghea melihat dirinya dari pantulan cermin. Dia tampak begitu cantik. Matanya begitu indah dihiasi bulu mata yang begitu lentik. Bola matanya yang berwarna biru tampak begitu indah dari sorot matanya. Bibir dengan sapuan lipstik pink pun menambah kecantikan dari Ghea. Benar-benar sempurna untuk hari yang spesial. “Lihatlah kamu begitu cantik.” Cia yang berada di kamar sedari tadi memerhatikan temannya itu. “Jarang melihat Ghea memakai make up tebal, terasa beda sekali,” ucap Shera. “Pasti Rowan akan terpesona melihatmu.” Freya yang melihat adik iparnya dari pantulan cermin pun merasa jika adik iparnya itu begitu cantik. Ghea tersenyum. Dia memang tidak pernah berdandan berlebihan. Maka dari itu tampak sekali berbeda dari biasanya.“Silakan ganti dengan gaun.” Penata rias yang menyelesaikan merias Ghea pun mempersilakan Ghea untuk berganti gaun.Ghea mengangguk dan kemudian mengganti bajunya dengan gaun pernikahan yang dibelinya seminggu yang lalu. Freya, Cia, dan Shea membant