Ghea membersihkan rumah ketika sampai di rumah. Selang beberapa saat kemudian Raya datang diantar oleh Ray. Hari ini memang Raya pulang ke rumahnya. “Hai, sudah pulang,” ucap Ghea yang melihat Raya pulang. Dia yang membawa secangkir teh di tangan, langsung duduk di sofa. Raya yang mendapat ada sesuatu di tangan Ghea, bergegas menghampiri. Meraih tangan Ghea yang sedang baru saja meletakkan cangkir di meja. “Ini apa?” tanya Raya mendapati cincin yang melingkar di jari manis Ghea. Ghea tersenyum. “Rowan melamarku di hadapan keluargaku.” Dia menceritakan kebahagiaan yang sedang dirasakannya. “Wah … benarkah?” Raya terkejut. “Dia so sweet sekali.” Tidak bisa Raya bayangkan momen itu. “Harusnya kamu ikut, jadi kamu bisa melihatnya.” Ghea sebenarnya ingin mengajak Raya, tetapi dia tidak bisa. “Iya, kamu tahu bukan jika mamaku ingin bertemu dengan Ray.” Ghea baru teringat jika Raya juga sedang mengenalkan kekasihnya itu pada orang tuanya. “Bagaimana? Mereka suka tidak dengan Ray?” Di
Beberapa saat kemudian para wanita membawa gaun pilihan mereka. Ghea mencoba gaun satu persatu. Gaun pertama yang dicoba Ghea adalah pilihan Mommy Selly. Gaun dengan potongan melebar ke bawah dengan bagian atas terbuka sampai ke bahu, menampilkan kesederhanaan, tetapi terlihat elegan. Rowan yang melihat itu langsung memalingkan matanya. Malas sekali melihat bahu putih milik Ghea. Tanggapan Rowan itu sudah menunjukan ketidaksukaan dari Rowan dan seketika membuat mood Ghea buyar. “Jangan itu, itu terlalu terbuka!” El pun memberikan tanggapannya. Rowan langsung tersenyum. Akhirnya ada yang sependapat dengan dirinya. “Justru itu cantik, karena kulit Ghea putih.” Mommy Selly memberikan pembelaan. Ghea juga merasa senang karena mendapatkan dukungan. “Cantik tidak harus memperlihatkan kulit putih yang berada di dalam, Bu,” ucap Rowan sopan. “Iya, memang benar.” Mommy Selly tidak mau sampai ada memaksakan kehendak. “Coba saja selanjutnya, siapa tahu kamu suka.” Seketika Mommy Selly mem
Hari ini sengaja Ghea dan Rowan menjemput Gemma. Rencananya mereka akan ke rumah Mommy Shea dan Daddy Bryan. Karena besok mereka akan mencari cincin pernikahan di toko langganan Mommy Shea. . Namun, di depan sekolah Gemma keluar dengan menangis. Ghea dan Rowan panik melihat hal itu. Bingung kenapa bisa Gemma menangis. “Kamu kenapa, Sayang?” Ghea berjongkok agar dapat menjangkau tubuh Gemma. Ibu jarinya mengusap lembut air mata yang menetes di pipi Gemma. “Kata teman aku, Mommy dan Daddy aku sudah bercerai.” Gemma menangis sesenggukan. “Menikah saja belum, bagaimana bisa bercerai?” Rowan yang mendengar itu menggeleng heran. “Kenapa bisa begitu?” Ghea dengan lembut membelai rambut Ghea. “Aku bilang jika mommy dan daddy tinggalnya terpisah, lalu teman aku bilang jika mommy dan daddy sudah bercerai seperti orang tuanya. Orang tuanya juga tinggal terpisah. Dia hanya bertemu dengan daddy-nya seminggu sekali. Lalu dia bilang daddy-nya punya pacar, mommy-nya juga. Lalu pacar daddy-nya g
“Mereka tidak akan melakukan apa-apa di samping anak-anak.” “Kata siapa tidak bisa, tentu saja bisa. Nafsu bisa hadir kapan saja.” “Kamu saja harus menahan nafsu dulu saat bersama dengan anak. Lalu apa kamu pikir dia juga tidak.” “Tapi—” “Sudah sekarang kalian pergi ke kamar.” Mommy Shea memotong ucapan suaminya. Kemudian beralih pada Ghea, Gemma, dan Rowan. Ghea dan Rowan merasa canggung, apalagi melihat Daddy Bryan yang tampak tidak suka. Akan tetapi, melihat Gemma yang tetap kekeh dengan keinginannya, membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya mereka berdua berjalan ke kamar. “Aku akan keluar saat Gemma tidur,” bisik Rowan. Dia tahu pasti tidak akan nyaman untuk Ghea dan juga orang tua Ghea pasti was-was. Ghea mengangguk. Kemudian mengajak Rowan dan Gemma untuk menuju ke kamarnya. Saat masuk kamar mereka disuguhkan dengan banyaknya boneka. Gemma begitu senang melihat hal itu. Satu boneka yang menjadi perhatian Rowan adalah boneka beruang besar berwarna cream pemberian
Ghea dan Rowan keluar dari Rumah sakit. Mereka berdua masuk ke mobil. Untuk sesaat Rowan tidak segera melajukan mobilnya. Justru terdiam di dalam mobil untuk waktu sesaat. “Kenapa?” tanya Ghea yang mendapati Rowan tidak bergerak sama sekali. “Kenapa kamu mengatakan akan membawanya pulang?” Rowan masih belum mengerti kenapa Ghea memikirkan hal itu.“Dengar, dia tidak punya semangat hidup. Apa kita akan biarkan begitu saja? Jika dia tinggal dengan kia. Aku yakin pasti akan ada perkembangan. Kamu tidak bisa terus menaruhnya di sini. Itu justru membuatnya kesepian.” Ghea masih punya harapan jika kakak Rowan bisa sembuh nanti.“Lalu bagaimana jika Gemma melihatnya?” Rowan tidak habis pikir bagaimana bisa Ghea melakukannya. “Gemma sudah tumbuh besar. Dia akan kita beritahu perlahan-lahan. Aku yakin dia mengerti. Justru jika Gemma bisa memberikan kasih sayangnya, Kak Kiara pasti akan jauh lebih baik. Yang dimiliki sekarang hanya Gemma, siapa tahu dengan dekat dengan Gemma dia bersemangat.
Tiga hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa besok Ghea harus pulang sesuai dengan permintaan orang tuanya. Rencananya besok Ghea akan dijemput oleh kakaknya. Sebelum pulang dan tidak bertemu selama tiga hari, Ghea dan Rowan memanfaatkan untuk bersama-sama menikmati makan malam. Mereka menikmati makan malam bersama di restoran. Gemma begitu asyik bermain di taman bermain yang ada di dalam restoran sambil menunggu hidangan datang. Ghea yang melihat itu tersenyum. Berbeda dengan Ghea, Rowan tidak tersenyum sama sekali. Dia justru menekuk bibirnya sepanjang datang ke restoran. “Kamu kenapa? Tampak tidak senang.” Ghea yang menyadari akan hal itu pun langsung bertanya. “Bagaimana aku bisa senang jika kalian akan pergi besok.” Rowan mendengus kesal. Sungguh membuatnya tidak tahu harus berkata apa-apa lagi ketika ditinggal tiga hari oleh Ghea dan Gemma. Rencananya anaknya itu akan ikut karena Ghea tidak tega meninggalkannya. Sayangnya, hal itu membuat Rowan merasa kesepian. Ghea te
Ghea, Bian, dan Gemma sampai di rumah. Di rumah sudah ada Mommy Shea dan Daddy Bryan. “Lihat aku sudah bawa calon pengantin pulang.” Dengan bangganya Bian mengatakan itu. Tadi sang daddy dan mommy-nya tidak percaya jika Bian akan sampai karena Bian belum pernah ke sana.“Bagus, Daddy pikir kamu nyasar.” Daddy Bryan pun tersenyum. Kemudian beralih pada Gemma. “Halo, Sayang,” sapanya. “Halo, Grandpa.” Gemma membalas sapaan Daddy Bryan dengan tersenyum. “Aku nyasar jika ada wanita cantik. Sayangnya, di sepanjang jalan tidak ada wanita cantik.” Bian menghampiri sang mommy dan mendaratkan kecupan di pipi sang mommy. “Jangan macam-macam dengan wanita.” Mommy Shea menepuk pipi Bian lembut. “Tenang, Mom, aku tidak akan macam-macam.” Bian tersenyum manis. Senyumnya itu membuat siapa saja terpesona.“Tidak macam-macam, nanti anak orang hamil.” Ghea tertawa.“Bi, kamu tidak melakukan hal itu ‘kan?” Mommy Shea langsung menatap tajam pada anaknya. “Aku tidak akan menghamili wanita, Mom. Jang
Di rumah Ghea mencoba menghubungi Rowan. Menanyakan apakah Gemma dan Bian sudah pulang. Sedari tadi adiknya itu sulit sekali dihubungi, membuatnya gemas sekali. “Gemma sudah pulang baru saja dengan Bian.” Rowan yang ditanya keberadaan anaknya pun menjelaskan. “Dari tadi Bian tidak mengangkat teleponku, jadi aku khawatir.” Ghea meluapkan kesalnya. “Tadi, dia mengobrol denganku.” “Pantas, dia tidak mengangkat sambungan telepon.” Ghea pun akhirnya tahu jika ternyata adiknya tidak mengangkat teleponnya. “Kamu sedang apa?” tanyanya. “Sedang tidur di tempat tidur yang besar.” Rowan yang memesan presidential suite. Merasa tempat tidur begitu besar. “Sayang tempat tidur ini terasa kosong karena hanya aku yang menempati.” “Besok kamu tidak akan sendiri lagi, aku akan menemanik,” ucap Ghea malu-malu. Rowan tidak menyangka jika Ghea akan menjawab seperti itu. “Baiklah, aku akan menunggumu menemani.” Ghea merona. Dirinya begitu berani mengatakan hal itu. “Aku tutup dulu teleponnya. Sampa
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi