Bersamaan dengan Kiara yang memandang, Kafi pun juga ikut memandang. Untuk sesaat keduanya berada dalam satu garis pandangan. Senyum Kafi seketika menghiasi wajahnya. Melihat Kiara dari dekat membuatnya terpesona.“Jangan takut, Bu Kiara.” Kafi segera mengalihkan pandangan ke arah kelinci yang sedang makan wortel.Kiara segera mengalihkan pandangan pada Kafi. Dilihatnya kelinci tampak begitu senang memakan satu wortel yang diberikan. Kiara kembali takut ketika kelinci sudah nyaris sampai pada tangkai wortel yang dipegang Kiara. Kafi yang melihat itu segera menggenggam erat tangan Kiara. Menutup tangan Kiara agar tidak digigit. Kiara termangu ketika mendapatkan perlakuan manis dari Kafi.“Lepaskan.” Kafi meminta Kiara melepaskan tangkai wortel yang dipegangnya.Dengan segera Kiara melepaskan tangannya yang menggenggam tangkai. Kelici yang mendapatkan tangkai itu segera memakannya. Tanpa Kiara sadar, tangan Kafi masih menggenggam erat tangannya.“Mommy.” Gemma kembali menghampiri Kiara.
Kafi yang berada tepat di belakang Kiara langsung dengan sigap menangkap tubuh Kiara. Beruntung tangannya menangkap tubuh Kiara dengan baik.Kiara hanya terpaku ketika Kafi berhasil menangkapnya. Dia pikir akan terjatuh dan masuk ke kubangan tanah. Untungnya Kafi begitu sigap.“Bu Kiara tidak apa-apa?” Kafi menatap Kiara yang terdiam. Semakin dekat semakin terlihat kecantikan Kiara. Tentu saja itu membuat Kafi tak bisa berhenti memuji.Kiara berusaha segera menegakkan tubuhnya. Kemudian mengatur napasnya. Dia teramat terkejut ketika nyaris terjatuh.“Bu Kiara baik-baik saja?” tanya Kafi memastikan.“Saya baik-baik saja.” Kiara mengangguk.“Kalau begitu ayo kita jalan lagi. Karena sudah terlalu tertinggal jauh dengan anak-anak.” Kafi pun segera mengajak Kiara untuk segera bergabung dengan yang lain.El, Freya, Gemma, Kean, dan Lean menunggu Kiara. Mereka mencari Kiara yang tidak kunjung bergabung. Tadi memang saat di perkebunan mereka terpisah. Namun, saat Freya melihat Kiara bersama K
Alangkah terkejutnya Kiara ketika melihat jika wajah Kafi yang dilihatnya. Ternyata selama tidur tadi, dia bersandar di bahu Kafi. Hal itu membuat Kiara langsung menegakkan tubuhnya.“Maaf.” Kiara merasa tidak enak pada Kafi karena bersandar pada bahu Kafi.“Tidak apa-apa.” Kafi mengulas senyum di wajahnya. Dia justru senang ketika berada di dekat Kiara.Kiara benar-benar malu sekali dengan apa yang dilakukannya. Dia merutuki kesalahannya yang bersandar seenaknya saja pada Kafi. Harusnya tadi dia tidak tidur agar tidak melakukan kesalahan itu.Kafi segera berdiri. Dia maju ke depan untuk memberikan instruksi untuk turun dengan teratur.Kiara yang melihat Kafi di depan hanya bisa tertunduk malu. Dia merasa tidak enak sekali ternyata melakukan kesalahan bodoh. Untuk segera terhindar dari Kafi, tentu saja dia harus keluar dari bus. Oleh karena itu, Kiara segera membangunkan sang anak.“Sayang, ayo bangun.” Kiara membangunkan Gemma yang masih tertidur pulas.Gemma merasa pegal dengan posi
“Pak Kafi?” tanya Rowan memastikan.“Iya, kata Kak El tadi Pak Kafi jaga mereka. Kata Gemma dan Kak Kiara sendiri Pak Kafi duduk di sebelah mereka.”“Bagus jika dia mau menjaga muridnya.” Rowan merasa jika itu adalah hal normal saja.“Iya, kita jadi diuntungkan. Jadi Kak Kiara dan Gemma baik-baik saja.” Ghea juga membenarkan ucapan suaminya. “Bagaimana keadaan restoran? Apa parah?” Ghea tiba-tiba ingat dengan hal itu. Dia membahas Kiara dan Gemma, sampai lupa membahas restoran yang sedang diurus oleh Rowan.“Cukup parah. Sepertinya aku masih akan lama di sini. Mungkin tiga sampai empat hari. Apa tidak apa-apa?” Rowan merasa tidak tega meninggalkan sang istri sendiri. Namun, mau bagaimana lagi. Dia memang tidak bisa pulang.“Tenanglah, aku bisa menangani semua. Besok rencananya aku juga mau pergi ke rumah mommy dan daddy. Jadi anak-anak bisa bermain di sana.” Ghea menjelaskan pada sang suami.“Baiklah, kalau begitu, aku senang mendengarnya. Kabari aku jika ada apa-apa.” “Tenang saja.
“Kak Kiara tidak apa-apa?” Ghea langsung mengalihkan pandangan pada Kiara. Dia segera mengambil air putih yang berada di dalam botol yang berada di atas meja. Menuangnya ke dalam gelas, dan memberikan pada sang kakak ipar.Kiara segera meminum minumannya. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba tersedak ketika Ghea mengatakan jika Kafi tampan. Itu terjadi begitu saja.“Tidak apa-apa.” Kiara menarik senyum tipisnya.“Pelan-pelan, Kak.” Ghea tersenyum.Kiara mengangguk.“Kita tadi sampai mana.” Ghea kembali melihat foto yang berada di ponselnya. “Oh … iya, Pak Kafi tampan.” Dia ingat apa yang diucapkan. Ghea kembali melihat foto Kafi.Kiara memerhatikan foto Kafi. Dia akui jika Kafi memang tampan. Kemarin pun dia memuji Kafi dalam hati.“Menurut Kak Kiara dia tampan tidak?” tanya Ghea.“Hah ….” Untuk sesaat Kiara bingung ketika ditanya oleh Ghea. “Iya, tampan.” Satu kata yang menggambarkan Kafi.Ghea langsung tertawa. “Jangan sampai Rowan tahu aku memuji pria lain.”Kiara tersenyum saja.“Kalia
“Terima kasih untuk pujiannya.” Kafi tersenyum. Merasa sedikit malu ketika dipuji.Kiara hanya diam saja. Tidak ikut bicara sama sekali. Lagi pula dia masih malu karena tidur di bahu Kafi kemarin.“Oh … ya, Pak Kafi, terima kasih banyak Pak Kafi sudah menemani Gemma dan Kiara kemarin.” Saat melihat Kafi, Ghea langsung teringat tentang apa yang didengarnya itu. Dengan segera dia berterima kasih.“Sama-sama, Bu. Saya yang seharusnya berterima kasih, karena diperbolehkan duduk di kursi milik Pak Rowan.”“Kursinya kosong. Jadi tidak masalah. Asal Kak Kiara tidak keberatan, tentu saja tidak masalah. Bukan begitu, Kak?” Ghea menatap Kiara.Kiara bingung mau menjawab apa. Dia pun memilih hanya menganggukkan kepalanya.“Kalian sudah selesai belanjanya?” tanya Daddy Bryan.“Sudah.” Ghea mengangguk.“Ayo pulang kalau begitu.” Daddy Bryan segera mengajak semua untuk pulang.Kafi merasa kecewa sekali. Baru saja bertemu, tiba-tiba sudah harus berpisah lagi. Belum puas dirinya melihat Kiara, wanita
Sudah dua hari ini Kiara tidak menjemput Gemma. Beberapa hari ini Gemma pulang bersama Freya, mommy dari Kean dan Lean. Kafi yang mengetahui itu benar-benar sedih. Dia merasa jika ada yang kurang dalam dirinya saat tidak melihat Kiara.Kafi berharap hari ini Kiara menjemput Gemma. Jadi Kafi bisa bertemu dengan Kiara.Seperti kemarin, Kafi menunggu di ruang kelas Gemma. Beberapa saat kemudian, dia melihat Freya yang menjemput Gemma. Kafi harus kecewa lagi karena bukan Kiara yang menjemput. Hal itu membuatnya penasaran. Ke mana gerangan Kiara sebenarnya.“Siang, Bu.” Kafi menyapa Freya.“Siang, Pak Kafi.” Freya mengulas senyumnya ketika guru tampan itu menyapa.“Bu Freya jemput Gemma juga?” Kafi akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Dari kemarin, dia sudah berusaha untuk menahan diri. Namun, tidak kali ini dia tidak bisa.“Iya, saya jemput Gemma sekalian.” Freya mengangguk.“Memang Bu Ghea dengan Pak Rowan ke mana? Saya tidak lihat mereka jemput.” Membahas Rowan dan Ghea adalah pil
Niat mau bicara hal penting dengan sang istri harus ditunda lebih dulu karena Rowan asyik bermain dengan anaknya. Rivans yang bangun pun membuatnya betah bermain-main. Mengajak bicara sang anak meskipun tidak ada jawaban. Gemma pun ikut main juga dengan daddy dan adiknya.“Mainnya sudah dulu. Ayo, Gemma tidur.” Ghea mengingatkan Gemma.“Gemma mau ditemani daddy.” Gemma sudah beberapa hari tidak bertemu Rowan. Jadi merasa jika dia ingin selalu dekat dengan sang daddy.“Baiklah, ayo.” Rowan tentu saja tidak menolak. Gemma sudah seperti anak baginya. Jadi tidak pernah membedakan antara Rowan dan Rivans.Ghea masuk ke kamarnya bersama dengan Rivans, sedangkan Gemma, bersama dengan Rowan ke kamar. Kiara memilih untuk ke kamar atas lebih dulu. Mengambil buku novel miliknya. Sejak beraktivitas kembali, dia mulai suka mengisi waktunya untuk membaca. Menurutnya membaca memberikan semangat baru baginya.Di kamar, Gemma mendengarkan cerita dari sang daddy. Sejak kecil Rowan memang menyempatkan u
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi