“Mom, nanti Mommy kenalan dengan Pak Kafi.” Gemma menatap Gemma ketika duduk manis di kursi belakang.“Pak Kafi siapa?” Ghea bingung ketika mendapati permintaan sang anak.“Pak Kafi, guru olahraga yang dikatakan tampan kemarin.” Rowan melihat sang istri dari pantulan kaca di atas dasbor mobil.Ghea mengingat jika kemarin anaknya menceritakan tentang gurunya yang tampan.“Apa dia benar tampan?” Ghea tersenyum menatap sang anak. Penasaran sekali dengan guru baru anaknya.“Tampan sekali.” Gemma memujinya tanpa ragu.Rowan yang mendengarkan percakapan itu hanya bisa mendengus kesal. Bisa-bisanya anak dan istrinya sama saja.“Baiklah, nanti Mommy akan berkenalan.” Ghea jadi bersemangat sekali. Kapan lagi bertemu guru tampan.Rowan yang melihat reaksi sang istri, benar-benar kesal. Bisa-bisanya sang istri bersemangat seperti itu.Akhirnya mobil sampai di sekolah. Biasanya Rowan tidak ikut turun. Namun, kali ini dia ingin turun. Dia harus mengawasi sang istri.“Mau ke mana?” El yang melihat
Ghea keluar dari mobil dengan kesal. Sang suami benar-benar sangat menyebalkan. Setelah mendapatkan pujian sang suami mengusirnya begitu saja.“Selamat pagi, Dok.” Perawat menyapa Ghea.“Selamat pagi.” Ghea tersenyum. Dia yang tadinya kesal berubah total ketika orang-orang menyapanya. Kekesalan itu langsung dihilangnya begitu saja.Setiap kali Ghea melangkah, banyak orang yang menyapanya. Senyum Ghea terus saja mengembang.“Ghe,” panggil seseorang.Ghea menoleh. Ketika melihat, ternyata itu adalah Mama Lyra. Ghea langsung berhenti menunggu istri pemilik rumah sakit itu berjalan ke arahnya.“Pagi, Dr. Lyra.” Jika di rumah bisa saja Ghea memanggil mama, tetapi di rumah sakit, tetap saja dia harus menghormati.“Pagi.” Dr. Lyra menyapa.“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanya dr. Lyra.“Baik, Dok.” Ghea mengulas senyumnya. “Dr. Lyra bagaimana kabarnya?”“Aku baik.” Dr. Lyra tersenyum.Mereka berdua berjalan ke arah. Ruangan mereka bersama. Berdampingan bersama-sama.“Bagaimana Kiara? Apa kead
“Bu Kepsek.” Kafi dengan wajah polosnya menyapa.“Pak Kafi sedang lihat apa? Sepertinya serius sekali.” Bu Kepsek penasaran sekali. Ikut melihat ke arah di mana Kafi melihat.“Itu, Bu. Anak kelas satu yang dijemput orang tuanya. Mereka masih kecil-kecil jadi masih dijemput sampai dalam. Jika nanti sudah naik kelas dua, sudah tidak boleh.” Kafi memberikan alasan palsu.“Oh … iya, kita membiarkan anak-anak kelas satu untuk dijemput sampai dalam. Karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan baru.” Bu Kepsek menjelaskan.Kafi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengerti yang dijelaskan kepala sekolah.“Silakan, dilanjutkan kembali Pak Kafi untuk melanjutkan kembali pekerjaanya.” Bu Kepsek langsung mempersilakan Kean untuk pergi. Ini adalah cara mengusir dengan halus. Jadi Kafi langsung menyadari. “Saya permisi dulu, Bu. Kebetulan kelas saya sudah selesai, jadi saya mau pulang.” Buru-buru Kafi berpamitan. Kemudian berlalu pergi meninggalkan ibu kepala sekolah. Tak mau berlama-lama
Sayangnya Kiara tidak menanggapi apa yang dilakukan Kafi. Dia memilih untuk menanggapi Kafi. Anaknya mungkin kenal, tetapi dia tidak mau.Kafi merasa bingung ketika Kiara tidak kunjung menerima uluran tangannya. Dia sampai melirik Gemma. Karena mommy-nya tidak mau berkenalan dengannya.Gemma yang sedang asyik menikmati es krimnya tidak melihat apa yang terjadi. Namun, ketika dia mengalihkan pandangan. Dia melihat gurunya mengulurkan tangan. Sayangnya, sang mommy tidak kunjung menerima uluran tangan. Dengan segera Gemma menarik tangan sang mommy. Untuk menerima uluran tangan dari Kafi.“Kiara.” Gemma menyebut nama sang mommy.Akhirnya Kafi tahu nama dari mommy Gemma yang satu ini. Nama yang cantik, secantik orangnya. Namun, karena hanya diam saja, kecantikan itu tidak terlihat.Kiara buru-buru menarik tangannya. Dia tidak suka bersentuhan dengan orang asing.“Mommy jangan takut. Ini guru Gemma. Dia orang baik.” Gemma memberi pengertian pada Kiara.Kiara tetap saja belum bisa menerima.
“Iya, dia berkenalan, tetapi Kak Kiara tidak mau. Hanya diam saja.” Ghea kembali melanjutkan ceritanya.Rowan benar-benar tidak merasa jika kakaknya tidak baik-baik saja jika di luar. Terbukti ketika diajak kenalan, kakaknya masih tidak mau.“Apa Kak Kiara akan takut jika dia terus bertemu dengan orang asing yang ingin mendekatinya?” Rowan menatap sang istri.“Aku rasa selama tidak menunjukkan reaksi berlebihan, aku rasa aman.” Ghea memberikan pandangannya.“Aku akan coba bicara padanya nanti.” Rowan harus tahu apa yang dirasakan sang kakak. Tak mau sang kakak sampai ketakutan.“Iya, cobalah nanti bicara. Paling tidak, kita tahu perasaannya.” Ghea membenarkan ucapan sang suami.Mereka berdua segera merebahkan tubuh. Dia mereka tidur dengan memandangi Rivans yang begitu lelap.“Tadi kamu jadi bertemu klien?” Ghea ingat jika sang suami mengatakan jika dia pergi bertemu klien ke restoran karena itu, dia membawa Gemma dan Kiara.“Jadi, akhirnya kita sepakat jika aku akan catering makanan
“Iya, tanggal dua puluh lima.” Rowan kembali mengulang ucapan Ghea.“Tanggal dua puluh lima aku ada seminar.” Ghea begitu terkejut ketika tanggal kepergian Gemma sama dengan dirinya yang akan seminar. Tentu saja itu membuatnya bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Karena merasa jika ini adalah pilihan sulit. “Lalu harus bagaimana?” tanya Ghea panik.“Tenanglah.” Dibanding Ghea, Rowan lebih tenang. Dia tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. “Jika kamu tidak bisa, biar aku dan Kak Kiara yang menemani.” Dia memberikan solusi terbaiknya. Lagi pula yang terpenting Gemma ada yang menemani.Ghea melihat ke arah kakak iparnya. “Kak Kiara tidak apa-apa pergi menemani Gemma?” tanya Ghea memastikan.“Tidak.” Kiara tersenyum. Dia justru senang bisa menemani Gemma. Karena menurutnya bisa menghabiskan waktu dengan Gemma.“Baiklah jika begitu.” Ghea menjadi tenang. Karena ternyata suami dan kakak iparnya mau mengantarkan Gemma. Dia segera beralih pada anaknya. “Nanti, Gemma dengan Mom Ki dan
Ghea segera mengajak Kiara pulang. Namun, sebelum pulang dia akan mengajak Kiara ke tempat Freya. Dia ingin membeli beberapa kue.“Kak Kiara mau duduk sambil makan kue tidak?” Tiba-tiba Ghea terpikir untuk mengajak Kiara.“Apa tidak apa-apa jika tidak langsung pulang?” Kiara merasa takut meninggalkan Gemma terlalu lama.“Tidak apa-apa. Rowan ada di rumah. Jadi pasti aman.” Ghea mencoba menenangkan sang kakak ipar.Kiara menimbang-nimbang. Namun, saat melihat Ghea tampak begitu yakin, akhirnya Kiara setuju. Dia langsung mengangguk.Akhirnya Ghea mengajak Kiara ke lantai atas setelah memesan beberapa kue. Di lantai atas mereka dapat menikmati kue sambil melihat pemandangan jalanan. “Harusnya, kita ajak Kak Freya atau Kak Shera menikmati makan kue di sini, tapi ternyata kita hanya berdua.” Ghea tertawa.“Mungkin lain kali kita buat janji.” Kiara memberikan pendapat.“Iya, lain kali kita buat jadwal saja.” Ghea membenarkan ucapan Kiara.Mereka berdua menikmati kue yang dipesan tadi. Samb
“Tidak, aku hanya ingin tahu saja perasaan mama.” Kafi memilih untuk mengelak.Winda masih merasa jika ada alasan khusus pastinya yang menjadi alasan anaknya bertanya. Namun, dia tidak mau mendesak. Takut anaknya tidak suka.“Malam.”Saat mereka sedang asyik bercerita, tiba-tiba suara bass terdengar. Mereka menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu, meskipun sebenarnya mereka sudah tahu siapa pemilik suara itu.“Kamu sudah datang, Sayang.” Winda langsung menghampiri sang suami.“Iya, aku baru pulang rapat dengan dinas pendidikan dan langsung ke sini.” Wisnu melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.Wisnu Yasa adalah pemilik Yayasan Yasa Internasional School. Dia berkantor di yayasan pusat. Wisnu memiliki dua orang istri. Istri pertamanya adalah Winda, mama dari Kafi. Winda sendiri adalah wali ketua yayasan. Mereka berdua mengelola yayasan sejak mereka menikah. Istri kedua Wisnu adalah pemilik spa dan kecantikan di kota. Mereka sudah menikah sejak Kafi berumur lima tahun. Wisnu
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi