Hazel segera mengganti pakaiannya, memandang dirinya di cermin dan tersenyum puas.Detik berikutnya, senyuman di bibirnya perlahan memudar. Matanya tertuju pada sambungan kain di sampingnya.Ada lubang kecil di gaun yang awalnya terlihat sangat cantik ini.Hazel mengangkat tangannya dan menyentuh celah yang hampir tidak terlihat itu. Melihat kancing yang terbuka, sorot matanya langsung berubah muram.Mungkin karena tubuhnya yang kurus, jadi kancingnya tidak mau melebar.Jika tidak memperhatikan dengan jeli, dia akan tampil dalam keadaan seperti ini.Dia akan bermain biola, jadi harus mengangkat lengannya.Jika lubang ini terbuka di atas panggung, semua dosen dan mahasiswa yang datang pasti akan melihatnya. Acara ini juga direkam secara khusus oleh juru kamera ....Hazel tidak berani berpikir lebih jauh lagi dan langsung mengganti pakaiannya.Melihat waktu, ternyata gilirannya akan tiba. Namun, dia tidak mungkin naik ke panggung dalam keadaan seperti ini.Dia harus menemukan cara untuk
Lama tidak mendengar suara di dalam ruang ganti, Casey pun mengerutkan kening heran.Dia berkata kepada Hazel dengan suara sedikit meninggi, "Hazel, baik-baik di dalam sana dan jangan pernah cari masalah sama Darra lagi. Kalau nggak, aku nggak akan pernah melepaskanmu.""Kamu baik sekali sama Darra. Keuntungan apa yang dia kasih buat kamu?" tanya Hazel sambil tersenyum."Jangan bicara omong kosong. Aku teman baik Darra, mana mungkin dia menyogokku pakai hal seperti itu?"Hazel mengangkat alisnya, tidak berani percaya bahwa di dunia ini ada orang sebodoh Casey.Dia tersenyum secara tiba-tiba, lalu lanjut bertanya kepada Casey, "Tapi kamu sudah banyak bantu dia, apa dia bahkan nggak kasih apa pun buat kamu? Kelihatannya kamu nggak ada apa-apanya di mata Darra.""Diam! Darra bilang kalau aku teman terbaiknya!" Emosi Casey terpancing, yang membuatnya berteriak ke dalam ruang ganti.Hazel mengiakan dengan dingin, terkesan tidak percaya dengan jawaban ini.Kemarahan Casey sudah menumpuk di d
Hazel berusaha keras menahan air matanya, tidak ingin sisi lemahnya diketahui oleh Sergio. Namun, suaranya tercekat oleh isak tangis.Jantung Sergio tiba-tiba menegang saat mendengar suaranya. "Hazel, kamu di mana, apa yang terjadi?"Mendengar nada khawatir dan gugup Sergio, Hazel tidak tahan lagi dan hampir menitikkan air mata.Namun, dia tidak ingin Sergio mengkhawatirkannya. Dia berusaha sekuat tenaga mengendalikan emosinya dan menjawab, "Aku nggak apa-apa, cuma ada maslah kecil."Kening Sergio makin berkerut, lalu mengulangi pertanyaannya, "Di mana kamu sekarang? Hazel, jawab jujur."Hazel terkejut dengan nada tegas Sergio yang tiba-tiba, jadi dia menjawab jujur, "Aku ada di kampus, tapi nggak sengaja terkunci di ruang ganti."Sergio langsung tahu setelah mendengar jawaban ini. Mana mungkin ini hanya kecelakaan. Pasti ada yang sengaja melakukannya.Kilatan dingin melintas di matanya. Lalu, dia menjawab tegas, "Tunggu, aku akan ke sana sekarang juga. Jangan matikan teleponnya."Enta
Semua orang dibuat penasaran dengan keberadaan Sergio. Bahkan Darra yang baru menyelesaikan penampilannya di atas panggung pun tidak terkecuali.Sebelumnya, Casey bilang kalau ada orang penting yang akan datang ke kampus hari ini. Dia sampai bertanya-tanya siapa orang itu.Saat naik ke panggung untuk tampil, dia melihat yang duduk di sebelah Hendra ternyata Sergio!Dia adalah tuan muda Keluarga Hardwin, pemegang kendali Keluarga Hardwin sekaligus presdir Perusahaan Hardwin. Dia juga sosok paling berkuasa di seluruh Kota Palapa.Selai itu, dia Om Justin!Yang terpenting, dia mempunyai kepribadian yang dingin dan tidak memihak Hazel seperti anggota Keluarga Hardwin lainnya.Di matanya, selama orang itu tidak memperlakukan Hazel dengan berbeda, mereka berada di pihak yang sama dengannya.Sergio memegang kendali penuh atas Keluarga Hardwin. Kalau dia bisa mendapatkan penilaian baik dari Sergio, langkahnya akan makin dekat untuk bisa jadi bagian dari Keluarga Hardwin.Jadi saat melihat Serg
Melihat cahaya secara tiba-tiba, mata Hazel langsung menyipit.Setelah terbiasa dengan intensitas sumber cahaya, dia akhirnya melihat dengan jelas siapa yang berdiri di depan pintu."Om ...."Hidung Hazel terasa masam, menatap sosok yang datang dengan sorot sedih. Semua kepedihan yang dia pendam sejak tadi langsung menyeruak keluar.Saat Sergio melihat keadaan Hazel dengan jelas, hatinya langsung terasa sakit.Yang terjadi selanjutnya adalah kemarahan yang luar biasa.Tanpa pikir panjang, dia bergegas mendekat dan memeluk Hazel erat-erat. Tangannya yang lebar dan hangat terus-menerus mengusap punggung Hazel dengan lembut."Hazel, aku sudah di sini."Hazel takut akan gelap, sesuatu yang hanya diketahui sedikit orang.Saat mendengar suara tercekat Hazel di telepon barusan, Sergio mendapat firasat buruk.Tanpa diduga, tebakannya ternyata benar.Dia tidak bisa membayangkan berapa lama Hazel akan dikurung di kamar pas yang gelap dan kecil ini jika dia tidak menelepon."Maaf, aku terlambat."
Hendra tak kuasa menahan tawanya saat mendengar perkataan Sergio."Kenapa aku nggak tahu kalau kamu punya sisi lucu seperti ini? Kamu memang paling ulung."Sergio mendengar maksud dibalik perkataan Hendra dan tersenyum ringan, yang dianggap sebagai persetujuan.Dia kembali menatap Hazel dan bertanya dengan prihatin, "Hazel, apa yang terjadi? Kenapa kamu terkurung di sini? Apa kamu tahu siapa pelakunya?"Hazel melirik ke arah Hendra dan menjawab dengan jujur, "Ya. Casey yang melakukannya. Kalau alasannya, mungkin Pak Hendra harus mencari tahu dulu."Sebenarnya, Hazel tahu bahwa Casey mengurungnya karena ingin membela Darra.Masalah ini bisa menjadi masalah besar maupun kecil, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kalau hanya dianggap sebagai pertengkaran antar mahasiswa, mungkin Hendra menganggap Hazel membesar-besarkan masalah.Namun, dia tidak ingin masalah ini dibiarkan begitu saja.Sergio menatap Hendra dengan bingung. "Siapa Casey?"Belum sempat Hendra pulih dari keterkejutannya,
Hendra memandang Sergio, menyadari kalau Sergio tengah menatapnya dengan sangat tajam.Dia tiba-tiba bergidik hingga berkeringat dingin, mencoba memikirkan solusi untuk permasalahan ini.Saat Hendra tidak tahu harus berbuat apa, Hazel tiba-tiba berbicara."Pak Hendra, jangan gugup begitu. Ada benang dan jarum di laci ruang ganti. Saya hanya perlu menjahitnya."Hazel mengatakan itu sambil berjalan menuju meja.Membuka laci, dia menemukan kotak jahit di dalamnya dengan benang tipis berbagai warna.Hazel mengambil benang putih, memasukkannya ke dalam lubang jarum dan menjahit bagian yang terkoyak.Ternyata bagian yang sobek ini digunting oleh seseorang.Mungkin Casey terlalu terburu-buru saat melakukan ini, atau mungkin dia tidak berani membuat robekan ini terlihat terlalu mencolok. Robekannya tidak terlalu parah, jadi bisa dijahit dengan cepat.Hendra memandangi gerakan rapi Hazel dengan sedikit apresiasi di matanya.Sergio menatapnya lekat-lekat, bahkan sorot matanya dipenuhi kelembutan
Auditorium yang awalnya berisik dan semrawut berangsur-angsur menjadi sunyi karena suara biola.Semua mata tertuju pada sosok Hazel yang berada di atas panggung, menatapnya tanpa berkedip.Saat Hazel muncul, senyum di bibir Darra tiba-tiba membeku.Matanya membelalak tak percaya, lalu dia menatap Casey. "Bukankah kamu bilang kamu sudah mengurungnya?"Wajah Casey tiba-tiba menjadi sangat pucat.Dia menatap panggung dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Dia menggelengkan kepalanya dengan putus asa, lalu menjelaskan, "Jelas-jelas aku mengurungnya di ruang ganti. Aku sudah mengunci ruang ganti biar lebih aman ...."Casey awalnya mengira kalau apa yang dia lakukan sudah sangat sempurna dan tidak mungkin terjadi kesalahan.Tidak disangka, Hazel benar-benar bisa keluar.Casey langsung duduk tegak sambil menatap pakaian yang dikenakan Hazel.Karena gugup, tangannya mengepal dengan gelisah, bahkan buku-buku jarinya memutih karena cengkeraman yang terlalu erat.Sudah memperhatikan cukup