Sopir itu sudah bekerja cukup lama dengan Sergio, jadi dia langsung paham maksud isyarat mata Sergio.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil, entah apa yang dia katakan kepada orang-orang yang mengambil foto Hazel dan Sergio. Kekecewaan tiba-tiba muncul di wajah mereka, lalu melihat ke dalam mobil dengan enggan.Jarang ada mobil semewah ini di lingkup kampus mereka.Bahkan hanya ada satu dua saja di Kota Palapa.Apalagi sosok pria dan wanita di dalam mobil itu begitu luar biasa, bak selebritis. Jadi, keberadaan mereka sangat menarik perhatian.Hanya ada dua orang di dalam mobil, Hazel dan Sergio. Jadi, suasananya sangat canggung.Hazel menunduk, menggenggam ujung roknya dengan jari-jarinya dengan gelisah. Dia tidak berani mendongak dan melihat ekspresi Sergio saat ini.Saat ini, Sergio tiba-tiba menggodanya, "Nggak disangka seorang Hazel jadi orang yang sangat pemalu saat besar. Seingatku saat itu ...."Sergio tiba-tiba menghentikan kata-katanya, sorot muram muncul di matanya.Hazel t
Sopir kembali masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Dia mendengar pembicaraan mereka dan sempat melirik mereka beberapa kali melalui kaca depan.Awalnya dia hanya menyadarinya sekilas. Namun, saat ini dia melihat Sergio yang selalu pemarah itu tersenyum bahagia.Sopir itu tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, jadi melirik mereka lagi beberapa kali.Sergio yang duduk di kursi belakang pun memperhatikan tatapannya dan melirik sekilas.Sorot matanya terlihat tenang, tetapi mampu membuat sopir itu bergidik hebat.Dia langsung membuang muka dan berkonsentrasi mengemudi, tidak berani melihat ke belakang lagi.Hazel merasa seperti melupakan sesuatu yang sangat penting. Setelah mobil sudah melaju cukup jauh, dia baru tersadar. "Gawar! Om, apa kita ninggalin Winda di kampus sendirian?"Sergio meliriknya dengan heran, tiba-tiba menunjukkan senyum tidak jelas. "Ya. Hazel, barusan kamu menarik tanganku ke mobil. Nona Winda pasti sedih, 'kan?"Hazel langsung mengeluarkan ponselnya dan mem
Dengan kata lain, selama masih ada uang di kartu utama Sergio, tidak mungkin dia tidak bisa menggunakan kartu kedua Sergio.Kecuali kartunya dibekukan.Namun, dia tidak tahu kenapa Sergio melakukan ini.Meski tidak dekat dengan Sergio, selama dia tidak melakukan kesalahan besar, Sergio tidak akan pernah bersikap sekejam itu.Malam itu, dia merasa malu di depan teman-temannya. Dia pun menaruh rasa benci yang besar kepada Sergio di dalam hatinya.Dia menelepon Sergio, tetapi Sergio menolak panggilannya. Dia menelepon Adam untuk menanyakan apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak mendapat jawaban apa pun.Jadi, dia menjadi gila selama dua hari terakhir ini.Dia tidak bisa menahan amarahnya dan langsung bertanya, "Om, aku nggak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat. Kenapa Om membekukan kartuku?"Sergio menunduk, rambut yang jatuh di dahinya menutupi tatapan dingin di matanya.Ditanya seperti itu oleh Justin, Sergio menjawab tenang, "Kenapa? Semua uang di kartu itu milikku. Aku bisa kas
Kemarahan di dada Justin langsung meledak saat melihat panggilan diputus sepihak.Dia menggertakkan gigi dan ingin membanting ponsel di tangannya.Kevin Revaldo, teman yang sering pergi bersenang-senang dengannya sangat sigap. Dia langsung merebut ponsel itu dari tangan Justin."Justin, ini ponselku. Kalau kamu banting, ayahku bakal menghajarku!"Ayah Kevin adalah orang kaya baru. Dulunya, dia adalah seorang kontraktor di sebuah lokasi konstruksi. Namun secara kebetulan, dia menjadi kaya dalam semalam.Kevin kurang pintar kalau terkait pelajaran. Dia hanya main dan bersenang-senang, tidak melakukan kegiatan yang serius. Dia membuat ayahnya marah setiap saat.Ini sudah menjadi ponsel ketiga yang dia ganti bulan ini.Untuk melunasi utang Justin, dia menggunakan semua uang sakunya.Kalau ponselnya rusak, dia harus minta uang sama ayahnya. Dengan emosi ayahnya, dia mungkin akan dihajar habis-habisan.Justin yang sudah marah makin marah saat melihat tangannya kosong. "Sial, aku bisa ganti!
"Apa?" Justin tidak mendengar dengan jelas, jadi bertanya penasaran, "Bu, apa yang terjadi? Siapa yang Ibu maksud barusan?"Irma membuka mulutnya, tetapi tiba-tiba langsung bergidik saat mengingat peringatan Liana hari itu.Sejak tahu kalau Sergio benar-benar menikah dengan Hazel, dia menjadi sangat marah. Dia merasa kepala dan tubuhnya sangat berat, membuatnya tidak bisa bangun dari tempat tidur.Keadaannya bahkan belum membaik hingga sekarang.Ketika memikirkan hal ini, dia kembali merasa kesal, rasa sakit di kepalanya pun kembali terasa."Aku nggak bisa kasih tahu. Intinya, kamu akan tahu kalau pulang."Di akhir kalimatnya, suaranya mulai melemah.Justin ingin menanyakan sesuatu lagi, tetapi ibunya tiba-tiba memutus panggilan begitu saja.Dia memandang ponsel di tangan dengan bingung, tidak tahu apa yang sedang terjadi.Kevin pun mendengar percakapan Justin dan ibunya. Dia makin merasa ada yang tidak beres.Dia bertanya dengan cemas, "Apa yang terjadi?"Justin menggelengkan kepalany
Hazel tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi Sergio sudah mengerti.Hazel pernah dengar Kirana mengatakan bahwa, dia memang memiliki bakat bisnis, tetapi impiannya adalah berdiri di atas panggung dan bermain biola.Saat bertemu dengan Krisna, dia adalah pengiring sebuah orkestra ternama dalam negeri.Belakangan, Kirana melepaskan mimpinya akan cinta dan memulai bisnis dengan Krisna.Meski Krisna ambisius, dia tidak punya bakat dalam berbisnis.Kirana tidak punya pilihan selain bekerja keras mempelajari segala macam ilmu keuangan untuk menjadi istri yang baik bagi Krisna.Dia mencoba yang terbaik dan memberikan segalanya untuk Krisna. Namun, dia lupa bahwa beberapa pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita mereka lebih baik dari diri mereka sendiri.Memikirkan kejadian masa lalu ini, Sergio menghela napas dalam hati. Dia berjalan mendekati Hazel, mengusap rambutnya dengan lembut."Hazel, ibumu pasti akan melihatnya.""Ya, aku juga yakin Ibu akan lihat."Sudut mulut Hazel terangk
Selama Darra bertingkah seperti korban di depan orang lain, semua orang pasti akan bersimpati kepadanya. Lalu, Hazel akan disalahkan oleh mereka.Kenapa kali ini gagal?Kapan Hazel mulai berubah? Atau apakah selama ini dia hanya berpura-pura?Kalau begitu, bukankah Hazel adalah orang yang penuh intrik?Hazel menatap sorot ketakutan Darra, lalu mencibir sambil memberinya peringatan, "Jangan pernah muncul lagi di depanku hanya karena kamu ingin dianggap. Kalau aku sampai kesal, kamu nggak akan bisa menjadi bagian dari Keluarga Hardwin."Setelah mengatakan itu, Hazel berbalik dan pergi tanpa menoleh ke belakang.Darra dihadapkan dengan punggung Hazel yang tegas dan anggun.Menatap punggung itu, pikiran Darra langsung kosong.Setelah Hazel pergi, Darra menyadari kalau barusan dia menahan napas dengan gugup.Ketika kembali tersadar, dia hampir kekurangan pasokan oksigen.Casey juga ketakutan, wajahnya menjadi pucat pasi. Dia menepuk dadanya karena rasa takut yang masih tersisa."Darra, Haze
Casey menganggap kalau Darra mengkhawatirkan hal yang tidak perlu.Ini bukan pertama kalinya dia melakukan sesuatu untuk membantu Darra. Dia sudah berteman dengan Darra sejak SMA.Saat itu, Darra bahkan lebih penakut dan pengecut dibandingkan sekarang. Jadi, dia sering diintimidasi oleh teman-teman sekelasnya.Setiap kali, dialah yang membalaskan dendam Darra secara diam-diam dan tidak pernah ketahuan.Dia yakin kali ini akan sama.Sebelum pergi, Casey tiba-tiba teringat sesuatu. Melihat sekeliling dengan hati-hati, dia berbisik pelan di telinga Darra, "Kamu harus menunjukkan yang terbaik kali ini. Aku dengar ada orang penting yang datang untuk melihat acara kali ini."Ketika Darra mendengar ini, ekspresi terkejut muncul di matanya. "Orang penting siapa? Kenapa aku nggak dengar beritanya?"Casey berkata, "Sungguh. Aku juga nggak sengaja dengar saat di kantor rektor. Aku nggak tahu siapa orang itu. Tapi rektor sampai menyiapkan banyak hal. Pasti statusnya nggak biasa."Mata Darra berked
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya