Mobil yang dikendarai Hazel dan Sergio sampai di Grand Permata jam sepuluh malam.Sergio tidak bisa menahan tawanya saat melihat gadis kecil yang sedang tertidur lelap, yang kepalanya bisa terjatuh kapan saja kalau bergerak sedikit saja."Hazel, sudah."Hazel membuka matanya dan menggaruk-garuk kepalanya karena tidak enak. "Ah, aku hampir ketiduran."Sergio langsung tersenyum. "Hmm. Kamu tidur sangat nyenyak barusan."Wajah kecil Hazel memerah, lalu membantah secara tidak sadar, "Nggak tidur, cuma hampir ketiduran saja!"Dia terlalu mengantuk sampai tidak bisa menahannya."Ya, aku salah bicara. Kamu hampir tertidur." Sergio tersenyum cerah, lalu membuka pintu mobil dan turun.Mendengar ada suara di depan vila, Adam langsung keluar menyambut kedatangan mereka.Lampu di vila masih menyala. Para pelayan sudah beristirahat di sisi vila yang lain, hanya menyisakan Adam yang berjaga di sini.Hazel turun dari mobil dan menyapa Adam.Adam melihat Sergio, ingin mengatakan sesuatu, tetapi mengur
Apa yang tidak Hazel sadari adalah, akting yang dia lakukan sangat buruk, yang membuat Sergio langsung bisa menyadarinya.Melihat sosok mungil terbaring di atas tempat tidur dengan bulu mata yang berkedip-kedip tetapi menolak untuk membuka matanya, Sergio tertawa dalam hati.Namun, dia tidak menguak akting Hazel. Dia melainkan mengambil piyama dari lemari pakaian dan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.Hazel akhirnya bisa bernapas lega ketika mendengar pintu kamar mandi tertutup dan suara air yang mengalir deras setelahnya.Dengan berkurangnya bom waktu dari Sergio, saraf-sarafnya yang tegang akhirnya mengendur dan dia pun tertidur.Dia sudah tertidur ketika Sergio keluar dari kamar mandi.Dia membungkus dirinya rapat-rapat dengan selimut, hanya memperlihatkan wajahnya yang kecil, cantik dan menyenangkan.Pipi Hazel sedikit memerah. Bibirnya yang merona mencecap beberapa kali dan alisnya menegang. Bulu matanya bergerak beberapa kali, seolah-olah sedang mengalami mimpi yang indah
Melihat wajah tidur pria yang tampan di sebelahnya, sekelebat ketakjuban muncul di bawah mata Hazel.Harus dikatakan bahwa wajah Sergio benar-benar sangat menawan.Sergio memiliki wajah yang dingin, dalam, tegas dan begitu sempurna sehingga nyaris tanpa cela.Sementara tubuhnya, meskipun mengenakan baju tidur, Hazel masih bisa merasakan dada Sergio yang keras dan memiliki otot perut.Hazel tidak menahan diri dan diam-diam mengulurkan tangan dan menyentuhnya.Benar saja, ternyata sangat keras.Hazel langsung merasa seperti mendapatkan harta karun yang sangat berharga. Dia tidak bisa menahan rasa bahagia saat membayangkan bisa melihat wajah itu setiap hari.Dia terus larut dalam pikirannya sendiri, jadi tidak tahu seberapa lancangnya pemikirannya ini.Baru ketika bulu mata Sergio berkedip beberapa kali, Hazel tersentak kembali ke dunia nyata.Menyadari bahwa dirinya menatap Sergio dengan kagum, pipi Hazel langsung memerah.Dia diam-diam menarik kembali tangan yang berada di pinggang Serg
Tampaknya olahraga yang Sergio lakukan selama beberapa tahun ini telah membuahkan hasil. Dia tidak menaruh target untuk mendapatkan fisik yang kekar, hanya murni melakukan olahraga demi kesehatan. Namun begitu dipuji seperti ini oleh Hazel, entah kenapa dia merasakan kepuasan tersendiri di dalam hati.Melihat pipi Hazel yang memerah, mata Sergio berkedip beberapa kali, lalu mendekatkan tubuhnya perlahan.Saat ini, hanya ada satu pikiran yang tersisa di benaknya, yaitu mencium Hazel.Dia tidak tahu bagaimana hubungan pasangan lain, dia juga sadar kalau dirinya terlalu mesum karena menginginkan seorang gadis yang hampir sepuluh tahun lebih muda darinya. Namun, dia masih tidak bisa mengendalikan hatinya.Sebesar apa pun hambatan dan kesulitan yang Sergio hadapi dalam dunia bisnis, dia mampu menghadapinya dengan senyuman.Hanya saat menghadapi Hazel, jantung di dalam dadanya akan kehilangan kendali, seolah-olah seperti kuda liar yang berlari kencang di tengah hamparan rerumputan.Dalam dir
Butuh waktu lama hingga rasa panas di wajah Hazel menghilang. Baru setelah itulah dia beranjak dari tempat tidur.Saat ini, nada dering ponselnya berbunyi."Hazel, tolong aku!"Suara cemas Winda terdengar dari dalam ponsel, diiringi suara rintihan yang terdengar menyakitkan.Hazel sedikit mengernyit dan berkata, "Winda, jangan panik. Apa yang terjadi?"Winda menghela napas dalam dan menjawab, "Hari ini ada geladi bersih untuk perayaan ulang tahun kampus. Tapi kakiku terluka dan aku nggak bisa tampil buat menari di acara itu!"Kerutan di dahi Hazel makin dalam. "Di mana kamu sekarang? Aku akan segera ke sana!"Winda langsung menjawab, "Aku ada di ruang kesehatan. Jangan khawatir. Lukanya nggak terlalu serius, kok. Tapi kata dokter aku nggak boleh olahraga berat."Hazel berpikir sejenak, lalu mengatakan, "Baiklah. Tetap di ruang kesehatan dan jangan pergi ke mana pun. Aku akan ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Hazel bergegas turun.Ketika melihatnya turun, Adam langsung menyamb
"Bukannya cuma terkilir? Kenapa sampai berdarah?"Saat membahas hal ini, Winda menjadi sangat marah. "Awalnya memang nggak berdarah, hanya kulitnya saja yang tergores. Tapi kebetulan pagi tadi ada yang memecahkan gelas dan pecahan gelasnya nggak dibersihin sampai bersih ...."Dia benar-benar sial. Hari ini, dia datang ke kampus lebih awal untuk latihan. Dia berharap bisa menyelesaikan latihan lebih awal agar bisa pergi bekerja paruh waktu lebih awal.Tidak disangka kakinya malah terkilir.Hazel yang mendengar itu pun langsung mengernyit, lalu bertanya, "Apa kamu yakin itu cuma kecelakaan? Bagaimana kebetulan seperti itu bisa terjadi?""Awalnya aku pikir ada yang sengaja mencoba menyakitiku. Tapi saat pergi ke ruang CCTV, aku nggak melihat ada sesuatu yang janggal. Jadi, aku menganggap ini memang hari sialku!"Melihat kakinya yang terluka, Winda menghela napas berat.Hazel melihat lukanya dengan hati-hati dan berkata dengan cemas, "Ulang tahun kampus tinggal beberapa hari lagi. Nggak mu
"Jangan main-main. Kalau melewatkan kesempatan bagus ini, akan terlalu kentara kalau memintanya di lain waktu. Aku saja masih belum tahu mau pakai alasan apa."Hazel berpikir sejenak dan memberinya ide, "Gampang saja! Kakimu yang terluka adalah alasan terbaik."Winda menopang dagunya dan mengangguk setuju, "Benar. Apa menurutmu sudah terlambat kalau aku kembali sekarang?"Dokter muda di ruang kesehatan itu sangat tampan. Alis bagus, mata berbinar, hidung mancung dan perawakannya juga tinggi.Yang terpenting, dia sangat lembut!Itu sangat sesuai dengan semua fantasi Winda tentang sosok pasangan ideal."Lukamu cukup serius, jadi lain kali saja. Aku antar kamu pulang dulu."Winda memeluk lengan Hazel dan berkata dengan genit, "Hazel, aku sudah sejak lama mempersiapkan penampilan ini. Aku nggak rela karena harus berakhir seperti ini!"Hazel tahu alasan Winda menjadi kandidat penampil adalah karena ada penari profesional yang datang untuk menonton pertunjukan.Kalau dia menampilkan yang ter
"Jangan memujiku begitu. Aku masih sadar diri!" Winda dibuat senang oleh pujian Hazel. Dia mengangkat dagunya, lalu melanjutkan, "Ya. Kecantikanku memang berada di batas rata-rata."Hazel tidak bisa menahan tawanya saat mendengar itu.Winda teringat sesuatu, yang membuat ekspresinya langsung berubah serius. "Hazel, bukannya ayahmu masuk rumah sakit?""Ya. Kenapa kamu bisa tahu?"Ketika Hazel kembali ke rumah orang tuanya beberapa hari yang lalu, dia sangat marah atas sikap pilih kasih Krisna. Saat itu, Hazel banyak mengucapkan kata-kata kasar, yang membuat emosi Krisna terpancing dan mengalami serangan jantung.Namun, Hazel tidak merasa bersimpati. Dibandingkan dengan penderitaan yang dia dan ibunya alami, semua itu masih jauh dari kata cukup.Kalau dipikir-pikir, mungkin itu karma untuk Krisna.Winda menjawab jujur, "Pagi ini Dania telepon, katanya dia nggak bisa menghubungimu. Dia juga mengeluh kalau kemarahanmu membuat ayahmu jatuh sakit."Hazel menjawab, "Kalau dia telepon lagi, ab
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya