Butuh waktu lama hingga rasa panas di wajah Hazel menghilang. Baru setelah itulah dia beranjak dari tempat tidur.Saat ini, nada dering ponselnya berbunyi."Hazel, tolong aku!"Suara cemas Winda terdengar dari dalam ponsel, diiringi suara rintihan yang terdengar menyakitkan.Hazel sedikit mengernyit dan berkata, "Winda, jangan panik. Apa yang terjadi?"Winda menghela napas dalam dan menjawab, "Hari ini ada geladi bersih untuk perayaan ulang tahun kampus. Tapi kakiku terluka dan aku nggak bisa tampil buat menari di acara itu!"Kerutan di dahi Hazel makin dalam. "Di mana kamu sekarang? Aku akan segera ke sana!"Winda langsung menjawab, "Aku ada di ruang kesehatan. Jangan khawatir. Lukanya nggak terlalu serius, kok. Tapi kata dokter aku nggak boleh olahraga berat."Hazel berpikir sejenak, lalu mengatakan, "Baiklah. Tetap di ruang kesehatan dan jangan pergi ke mana pun. Aku akan ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Hazel bergegas turun.Ketika melihatnya turun, Adam langsung menyamb
"Bukannya cuma terkilir? Kenapa sampai berdarah?"Saat membahas hal ini, Winda menjadi sangat marah. "Awalnya memang nggak berdarah, hanya kulitnya saja yang tergores. Tapi kebetulan pagi tadi ada yang memecahkan gelas dan pecahan gelasnya nggak dibersihin sampai bersih ...."Dia benar-benar sial. Hari ini, dia datang ke kampus lebih awal untuk latihan. Dia berharap bisa menyelesaikan latihan lebih awal agar bisa pergi bekerja paruh waktu lebih awal.Tidak disangka kakinya malah terkilir.Hazel yang mendengar itu pun langsung mengernyit, lalu bertanya, "Apa kamu yakin itu cuma kecelakaan? Bagaimana kebetulan seperti itu bisa terjadi?""Awalnya aku pikir ada yang sengaja mencoba menyakitiku. Tapi saat pergi ke ruang CCTV, aku nggak melihat ada sesuatu yang janggal. Jadi, aku menganggap ini memang hari sialku!"Melihat kakinya yang terluka, Winda menghela napas berat.Hazel melihat lukanya dengan hati-hati dan berkata dengan cemas, "Ulang tahun kampus tinggal beberapa hari lagi. Nggak mu
"Jangan main-main. Kalau melewatkan kesempatan bagus ini, akan terlalu kentara kalau memintanya di lain waktu. Aku saja masih belum tahu mau pakai alasan apa."Hazel berpikir sejenak dan memberinya ide, "Gampang saja! Kakimu yang terluka adalah alasan terbaik."Winda menopang dagunya dan mengangguk setuju, "Benar. Apa menurutmu sudah terlambat kalau aku kembali sekarang?"Dokter muda di ruang kesehatan itu sangat tampan. Alis bagus, mata berbinar, hidung mancung dan perawakannya juga tinggi.Yang terpenting, dia sangat lembut!Itu sangat sesuai dengan semua fantasi Winda tentang sosok pasangan ideal."Lukamu cukup serius, jadi lain kali saja. Aku antar kamu pulang dulu."Winda memeluk lengan Hazel dan berkata dengan genit, "Hazel, aku sudah sejak lama mempersiapkan penampilan ini. Aku nggak rela karena harus berakhir seperti ini!"Hazel tahu alasan Winda menjadi kandidat penampil adalah karena ada penari profesional yang datang untuk menonton pertunjukan.Kalau dia menampilkan yang ter
"Jangan memujiku begitu. Aku masih sadar diri!" Winda dibuat senang oleh pujian Hazel. Dia mengangkat dagunya, lalu melanjutkan, "Ya. Kecantikanku memang berada di batas rata-rata."Hazel tidak bisa menahan tawanya saat mendengar itu.Winda teringat sesuatu, yang membuat ekspresinya langsung berubah serius. "Hazel, bukannya ayahmu masuk rumah sakit?""Ya. Kenapa kamu bisa tahu?"Ketika Hazel kembali ke rumah orang tuanya beberapa hari yang lalu, dia sangat marah atas sikap pilih kasih Krisna. Saat itu, Hazel banyak mengucapkan kata-kata kasar, yang membuat emosi Krisna terpancing dan mengalami serangan jantung.Namun, Hazel tidak merasa bersimpati. Dibandingkan dengan penderitaan yang dia dan ibunya alami, semua itu masih jauh dari kata cukup.Kalau dipikir-pikir, mungkin itu karma untuk Krisna.Winda menjawab jujur, "Pagi ini Dania telepon, katanya dia nggak bisa menghubungimu. Dia juga mengeluh kalau kemarahanmu membuat ayahmu jatuh sakit."Hazel menjawab, "Kalau dia telepon lagi, ab
Menjelang siang, Hazel naik ke panggung untuk berlatih.Penampilan yang dia bawakan adalah biola, sebuah musik yang manis dan anggun, yang dimainkan dengan keterampilan yang luar biasa.Saat lagu berakhir, penonton bertepuk tangan meriah.Banyak penonton yang bersorak dan pujian pun menggema dari setiap sudut.Namun, Hazel tidak merasa senang karena lagu ini adalah lagu favorit ibunya semasa hidup.Dari apa yang dia tahu, latar belakang lagu ini adalah kisah cinta yang menyedihkan.Mungkin karena pengaruh musik, perasaan Hazel menjadi sedikit murung setelah latihan.Winda hanya bisa menghela napas saat melihat Hazel yang jadi tidak fokus.Dia mencoba menghiburnya, "Hazel, semuanya sudah berlalu. Kita nggak boleh terus melihat ke depan dan berpikir ke arah yang baik-baik. Mungkin di surga nggak ada yang namanya rasa sakit, nggak perlu juga menanggung siksaan apa pun. Ini bisa jadi hal yang baik untuk Tante."Hazel mengangguk dan menjawab sambil memaksakan senyum, "Aku nggak apa-apa, kok
Sopir itu sudah bekerja cukup lama dengan Sergio, jadi dia langsung paham maksud isyarat mata Sergio.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil, entah apa yang dia katakan kepada orang-orang yang mengambil foto Hazel dan Sergio. Kekecewaan tiba-tiba muncul di wajah mereka, lalu melihat ke dalam mobil dengan enggan.Jarang ada mobil semewah ini di lingkup kampus mereka.Bahkan hanya ada satu dua saja di Kota Palapa.Apalagi sosok pria dan wanita di dalam mobil itu begitu luar biasa, bak selebritis. Jadi, keberadaan mereka sangat menarik perhatian.Hanya ada dua orang di dalam mobil, Hazel dan Sergio. Jadi, suasananya sangat canggung.Hazel menunduk, menggenggam ujung roknya dengan jari-jarinya dengan gelisah. Dia tidak berani mendongak dan melihat ekspresi Sergio saat ini.Saat ini, Sergio tiba-tiba menggodanya, "Nggak disangka seorang Hazel jadi orang yang sangat pemalu saat besar. Seingatku saat itu ...."Sergio tiba-tiba menghentikan kata-katanya, sorot muram muncul di matanya.Hazel t
Sopir kembali masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Dia mendengar pembicaraan mereka dan sempat melirik mereka beberapa kali melalui kaca depan.Awalnya dia hanya menyadarinya sekilas. Namun, saat ini dia melihat Sergio yang selalu pemarah itu tersenyum bahagia.Sopir itu tidak percaya dengan apa yang dia saksikan, jadi melirik mereka lagi beberapa kali.Sergio yang duduk di kursi belakang pun memperhatikan tatapannya dan melirik sekilas.Sorot matanya terlihat tenang, tetapi mampu membuat sopir itu bergidik hebat.Dia langsung membuang muka dan berkonsentrasi mengemudi, tidak berani melihat ke belakang lagi.Hazel merasa seperti melupakan sesuatu yang sangat penting. Setelah mobil sudah melaju cukup jauh, dia baru tersadar. "Gawar! Om, apa kita ninggalin Winda di kampus sendirian?"Sergio meliriknya dengan heran, tiba-tiba menunjukkan senyum tidak jelas. "Ya. Hazel, barusan kamu menarik tanganku ke mobil. Nona Winda pasti sedih, 'kan?"Hazel langsung mengeluarkan ponselnya dan mem
Dengan kata lain, selama masih ada uang di kartu utama Sergio, tidak mungkin dia tidak bisa menggunakan kartu kedua Sergio.Kecuali kartunya dibekukan.Namun, dia tidak tahu kenapa Sergio melakukan ini.Meski tidak dekat dengan Sergio, selama dia tidak melakukan kesalahan besar, Sergio tidak akan pernah bersikap sekejam itu.Malam itu, dia merasa malu di depan teman-temannya. Dia pun menaruh rasa benci yang besar kepada Sergio di dalam hatinya.Dia menelepon Sergio, tetapi Sergio menolak panggilannya. Dia menelepon Adam untuk menanyakan apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak mendapat jawaban apa pun.Jadi, dia menjadi gila selama dua hari terakhir ini.Dia tidak bisa menahan amarahnya dan langsung bertanya, "Om, aku nggak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat. Kenapa Om membekukan kartuku?"Sergio menunduk, rambut yang jatuh di dahinya menutupi tatapan dingin di matanya.Ditanya seperti itu oleh Justin, Sergio menjawab tenang, "Kenapa? Semua uang di kartu itu milikku. Aku bisa kas
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya