Namun, hal itu pun masih belum mempengaruhi keputusan mereka.Sebelumnya, Hazel belum pernah mengelola perusahaan. Mereka tidak bisa menggantungkan seluruh hidup mereka pada seorang gadis bau kencur.Merasakan keraguan para pemegang saham, Hazel tetap tidak menyerah, "Aku akan mendapatkan kembali saham yang diambil Krisna dariku. Kalau itu terjadi, aku akan menjadi pemegang saham dengan jumlah saham terbanyak di seluruh JY Group. Ini fakta yang nggak bisa diubah."Hati semua orang menjadi tegang.Perkataan Hazel bukan tanpa alasan.Sesuai dengan peraturan dan ketentuan perusahaan, setelah Krisna lengser dari jabatannya, tidak ada lagi pemegang saham memiliki saham lebih banyak dari Hazel.Namun, apakah mereka benar-benar ingin memberikan perusahaan kepada Hazel?Mereka tidak memiliki kepercayaan untuk melakukan ini. Namun, mereka juga tidak bisa memikirkan cara yang lebih tepat selain ini.Pada akhirnya, Ghani Andraka yang duduk di sisi Hazel tiba-tiba berbicara, "Nona Hazel, rencana m
Sergio tahu dengan jelas kalau hatinya bisa berdebar seperti ini hanya karena satu orang.Sebenarnya, dia sudah tahu bahwa, meskipun Hazel memiliki sifat yang lembut dan patuh, dia tidak pernah bersedia menjadi burung yang terkurung di dalam sangkar.Dia memiliki sepasang bulu yang indah, menunggu untuk membubung tinggi di atas langit yang cantik.Hazel masih berbicara dengan fasih kepada para pemegang saham, "Ditambah dengan apa yang sedang ramai di sosial media dalam beberapa hari terakhir, aku yakin banyak orang yang mengingat nama JY Group. Selama kita bisa membuat nama yang bagus untuk perusahaan, apa kita masih nggak bisa menemukan desainer yang berkualitas?"Para pemegang saham saling memandang dengan rasa tidak percaya, hati mereka mulai goyah.Mereka adalah orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun dan pemikiran mereka pun pasti lebih mendalam.Mereka hanya memedulikan keuntungan yang nyata, dengan teguh percaya kalau apa yang ada di dalam genggaman m
Mendengar kabar tersebut, Dania dan Darra yang tengah berada di rumah pun langsung mengutuk Hazel.Rencana mereka telah berjalan hampir sempurna, tetapi entah kenapa mereka berakhir dengan ketahuan.Yang paling membuat mereka kecewa adalah kenyataan kalau Darra dikeluarkan dari Universitas Palapa.Darra selalu mendapatkan nilai rata-rata, tetapi Krisna mengeluarkan banyak uang untuk pihak kampus agar menyenangkan Darra dan Dania.Darra memang sudah berhasil menikah dengan keluarga kaya dan tidak perlu mencari pekerjaan, tetapi bagaimana Darra akan mendongakkan kepalanya dengan percaya diri ketika bergaul dengan lingkungan keluarga kaya?Bagaimana mungkin para gadis tidak memedulikan hal semacam itu?Darra mondar-mandir di ruang tamu, tangannya mengepalkan ujung roknya seakan-akan ingin meremasnya."Hazel, perempuan jalang itu benar-benar sialan! Beraninya dia menyerang balik!"Dania juga pusing sendiri karena situasi ini. "Sial. Kalau saja aku tahu gadis sialan itu akan sesulit ini unt
Memanfaatkan angin segar ini, ada banyak orang seperti Kirana yang memanfaatkan momen ini dan mendirikan perusahaan sendiri.Namun, kemampuan dan pencapaian Kirana tidak bisa dicapai oleh sembarang orang.Seperti yang dikatakan orang-orang di luar sana, Kirana sudah seperti sebuah keajaiban tersendiri!Pipi Hazel merona merah saat mendengar kata 'ibu kita' yang terlontar dari mulut Sergio."Itu ibuku.""Kamu saja milikku, jadi ibumu juga ibuku."Sergio menundukkan kepalanya, sebuah senyuman mengembang di matanya yang gelap dan dalam.Cahaya menerpanya, membuat siapa pun tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Hazel menatapnya dalam diam, lalu alisnya berkerut.Melihat Hazel terus menatapnya, Sergio bertanya penasaran, "Lagi mikirin apa??""Lagi mikirin ... senang sekali bisa bertemu denganmu."Sergio terdiam, perasaan yang tak terlukiskan tiba-tiba melintas di hatinya.Sebelum Sergio empat berbicara, dia mendengar Hazel melanjutkan, "Coba saja kalau sejak awal orang yang ditunangkan
Tiba-tiba, sebuah suara menggoda terdengar dari belakang Hazel dan Sergio, "Sepertinya kita datang di waktu yang salah!""Kita benar-benar mengganggu! Haruskah kita pergi dulu?"Sergio dan Hazel menoleh dan melihat sebuah Lamborghini merah terparkir di sisi jalan, dengan Rafael duduk di kursi pengemudi. Satu tangan pria itu ada di setir dan satu tangan lainnya dia gunakan untuk menopang dagu.Mata menatap lurus ke arah Hazel dan Sergio, terkesan seperti menggoda keduanya.Di kursi samping kemudi, Vexal masih menunjukkan wajah tanpa ekspresi dan acuh, hanya sudut mulutnya yang sedikit terangkat.Kalau tidak dilihat dari dekat, senyum ini tidak akan bisa terlihat.Hazel langsung tersipu malu dan buru-buru mendorong Sergio menjauh.Dia menutupi wajahnya, rasanya ingin menemukan celah di tanah untuk bersembunyi.Kapan mereka berdua datang? Kenapa dia tidak mendengar suara apa pun?Sadar dengan apa yang saat ini tengah ada di pikiran Hazel, Rafael berkata, "Barusan kalian terlalu berkonsent
Rafael dan Vexal memang sudah tahu sejak lama kalau Sergio menyukai Hazel. Di mata mereka, Hazel tidak memiliki kelebihan kecuali wajahnya yang cantik.Satu hal yang paling mereka ingat tentang Hazel adalah, dia terus mengejar Justin.Namun, baru sekarang mereka harus mengakui bahwa penglihatan Sergio benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Setelah memuji, Rafael meminta pendapat Vexal, "Ya nggak, Vexal?"Vexal melirik Hazel dan mengangguk pelan.Rafael memarahinya dengan kesal, "Apa kamu akan mati kalau bicara satu kata saja?""Hmm."Rafael, "..."Lupakan saja, dia tidak akan berbicara dengan si bisu ini!Kalau tidak, dialah yang akan kesal sendiri.Pada saat itu, tiba-tiba ada ketukan yang terkesan hati-hati di pintu.Mereka menoleh untuk melihat ke arah pintu. Dari pintu yang terbuka perlahan itu, kepala Winda terlihat menyembul keluar.Melihat Hazel, matanya langsung berbinar. Dia membuka pintu dengan perasaan lega dan berjalan cepat ke arah Hazel."Hazel, aku kangen s
Winda memiringkan kepalanya untuk melihat Yudhis dan pipinya makin merah. "Aku sebenarnya juga nggak percaya. Semalam saja aku sampai nggak bisa tidur, merasa kalau semua ini cuma mimpi."Sejak cedera terakhirnya, dia terus berhubungan dengan Yudhis.Seiring berjalannya waktu, mereka berdua makin sering mengobrol dan perasaan baik di dalam hati mereka pun tumbuh.Akhirnya, semalam dia mengajak Yudhis bertemu dan menyatakan cinta padanya.Awalnya Winda tidak berharap banyak. Yudhis sangat berbakat, jadi dia merasa tidak cukup pantas untuk Yudhis.Namun secara mengejutkan, Yudhis menerima pengakuan cintanya.Winda tidak bisa menggambarkan keterkejutan yang dia rasakan pada saat itu. Setelah itu mereka akhirnya bersama.Hazel juga tidak bisa mempercayainya.Namun, melihat Winda begitu bahagia, dia pun mendoakan kebahagiaan Winda dari lubuk hatinya yang terdalam."Apa pun yang terjadi, aku senang karena kamu sudah menemukan kebahagiaanmu sendiri."Winda menutupi pipinya dan mengangguk malu
Winda tiba-tiba mengangkat matanya dan bertanya sambil mengernyitkan dahi, "Apa kamu mengenal pacarku?"Rafael menyangkal tanpa pikir panjang, "Mana mungkin! Aku ini orang yang menjunjung tinggi keadilan, jadi nggak suka melihat orang yang suka bersikap sok baik sepertinya."Ekspresi Winda terlihat canggung, tidak tahu harus menjawab apa.Hazel terbatuk pelan, lalu mengingatkan, "Rafael, bicara yang sopan. Bagaimanapun juga dia pacar Winda.""Hazel, kamu memarahiku?" Rafael langsung terlihat sedih."Sudahlah. Demi Hazel, aku akan membiarkannya untuk saat ini!"Dia sangat murah hati, jadi tidak akan memperpanjang masalah dengan orang seperti Yudhis.Toilet.Sergio sedang berdiri di depan wastafel untuk mencuci tangan ketika Yudhis tiba-tiba masuk dan perlahan-lahan berhenti di belakangnya.Sergio yang mendengar suara langkah kaki perlahan-lahan mendongak ke atas.Melalui cermin di depannya, dia melihat siapa orang yang datang itu."Ada urusan?"Mendengar nada suaranya yang dingin, sudut
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya