Mata Darra membelalak tak percaya. "Kak Justin, apa kamu menyalahkanku karena membuat masalah nggak jelas?"Justin mengernyitkan keningnya dan berkata, "Bukan itu maksudku, aku hanya mencoba mencari tahu penyebabnya. Nenek nggak akan marah padamu tanpa alasan.""Jadi kamu memang curiga padaku?" Darra berbalik memunggungi Justin dengan ekspresi pasrah dan menangis terisak."Ternyata aku orang yang seperti itu di hatimu. Aku mengerti. Aku akan minta maaf sama pelayan. Kalaupun aku diremehkan, dilecehkan dan diperlakukan dengan kasar, itu tetap akan menjadi salahku!"Melihat Darra merajuk, Justin menariknya mendekat. "Apa maksudmu? Diperlakukan dengan buruk? Apa para pelayan memperlakukanmu dengan buruk?"Darra tidak mengatakan apa-apa, hanya sibuk menyeka air matanya dalam diam.Hal ini membuat Justin makin yakin akan kecurigaannya.Dia sangat marah dan siap untuk memanggil Firdan. Dia sudah membuka bibirnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi teringat kalau kepala pelayan sudah pergi.Dia
Itulah yang paling dibenci Darra dari Keluarga Hardwin!Bahu Darra menciut saat dia menatap mata Sergio yang dingin dan dalam.Dia tiba-tiba teringat akan apa yang dikatakan Liana semalam.Tidak ada yang salah dengan kesehatan Sergio. Sergio tidak mengidap penyakit tersembunyi dan bisa punya anak.Yang berarti ada kemungkinan besar kalau rencana yang sudah dia susun sebelumnya akan sia-sia. Hazel akan hamil dan melahirkan pewaris Keluarga Hardwin.Kesadaran ini memberikan Darra rasa ancaman yang belum pernah Darra rasakan sebelumnya.Darra bahkan sampai terjaga sepanjang malam karena memikirkan hal itu.Tidak, Hazel tidak boleh hamil. Dia harus memikirkan sesuatu untuk mencegahnya!Darra menekan rasa takut di dalam hatinya dan berpura-pura tenang. "Aku nggak tahu apa-apa, Om. Jangan menuduhku yang bukan-bukan. Aku tahu Kakak nggak suka denganku dan mungkin mengatakan hal yang nggak baik tentangku. Nggak apa-apa, aku nggak akan marah sama Kakak. Bagaimanapun dia itu kakakku."Sergio men
"Aku, aku nggak melakukan apa pun. Kak Justin, jangan dengarkan mereka!"Melihat Justin mulai meragukannya, Darra langsung meraih tangannya.Justin mengerutkan keningnya dan bertanya pada Sergio, "Om, apa yang terjadi? Darra bukan orang yang bisa berbuat seperti itu."Sergio tidak mengatakan apa-apa. Firdan membuka ponselnya dan memutar video pengawasan."Tuan Justin, lebih baik lihat video ini dulu sebelum mengambil kesimpulan."Pengawasan di kediaman lama bukan hanya hiasan semata dan menyala hampir dua puluh empat jam sehari.Darra yang baru tinggal di sini akan mengabaikan detail ini.Mata Darra membelalak tak percaya dan jantungnya berdegup kencang.Video pengawasan?Video pengawasan di rumah benar-benar menyala?Bukankah itu berarti semua yang terjadi kemarin terekam di dalamnya?Dia buru-buru melangkah maju dan ingin menyingkirkan ponsel di tangan Firdan. ''Video apa? Kamu itu cuma pelayan, jadi jangan merecoki hubunganku dengan Kak Justin!"Sayangnya, semua sudah terlambat.Mes
Meskipun sekarang Darra sudah menikah dengan Justin, posisinya di Keluarga Hardwin belum aman.Dia harus menahan diri.Memikirkan semua kemungkinan ini, Darra perlahan berjalan ke arah Liana dan berkata dengan mata lembap, "Nek, ini semua salahku. Aku sudah terpancing emosi jadi nggak sengaja mendorong Nenek. Apa Nenek bersedia memaafkanku?"Liana menatapnya dengan curiga. "Nggak sengaja? Apa kamu yakin?"Liana tahu lebih baik dari siapa pun tentang kebencian yang sangat kuat di mata Darra ketika mendorongnya.Liana sudah pernah bilang kalau Darra bukan gadis baik-baik, tetapi Justin tidak mau percaya.Memikirkan cucunya yang tidak bisa disadarkan, Liana menggelengkan kepalanya. Kekecewaan di hatinya makin besar.Darra diam-diam menggertakkan gigi dengan kesal, tetapi masih memaksakan diri untuk tersenyum dan membujuk Liana, "Nenek, aku benar-benar sadar akan kesalahanku, maafkan aku. Aku janji nggak akan pernah mengulanginya lagi!"Sergio yang sejak tadi diam saja pun tiba-tiba bersua
Darra menarik diri karena ketakutan dan tidak berani bicara lagi.Dia menggerutu dalam hati dan merasa tidak terima.Apa yang wanita ini banggakan sebenarnya? Dia masih harus membujuknya dan Justin kalau ingin mendapatkan jaminan hari tua nanti!Liana menatap Burhan yang tidak mengatakan apa-apa sejak tadi, lalu bertanya, "Burhan, bagaimana menurutmu?"Burhan mengangkat matanya dan menggeleng pelan. "Bu, aku nggak masalah. Aku sudah mendengar apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dan akan kembali untuk mendisiplinkan Justin dan Darra. Aku nggak akan membuat mereka menyusahkanmu lagi."Liana mengangguk pelan, merasa puas dengan sikap Burhan."Bukan itu yang aku tanyakan. Aku ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang perpisahan keluarga ini?"Burhan menyeka wajahnya dan bertanya, "Bu, apa keluarga kita harus dipisah?"Liana mengangguk. "Memang harus dipisah."Burhan terdiam.Dia tidak mampu melakukan apa-apa. Jika bukan karena Sergio yang telah melipatgandakan kinerja perusahaan, d
Setelah mengatakan itu, Liana melirik Sergio dan mengatakan, "Aku akan minta Firdan buat memilah aset yang ada di tanganku. Kamu simpan saja saham milik Perusahaan Hardwin untukmu sendiri. Mengenai harta benda yang lain, kalau mereka nggak setuju, jangan harap mereka bisa mendapatkan satu peser pun."Sergio mengangguk mengerti, "Ya, aku mengerti."Melihat keengganan Liana untuk menyebutkan masalah ini lebih jauh dan dengan sengaja mengalihkan pembicaraan, kerutan di dahi Hazel makin dalam.Dalam perjalanan pulang, Sergio merasakan kemurungannya, jadi menggenggam tangannya pelan. "Lagi mikirin apa?"Hazel menoleh ke arah Sergio dan bertanya, "Orang yang dimaksud Irma barusan, apa itu ibuku?"Sergio tertegun dan tidak langsung menjawab. Dia malah berkata, "Ini permasalahan antara orang tua, lebih baik kamu nggak usah tahu.""Tapi aku ingin tahu."Hazel menggoyangkan lengan Sergio, merajuk dengan suara lembut.Sergio dibuat tidak berdaya, jadi dia mengatakan apa yang dia tahu, "Saat masih
Sergio dengan cepat melikuidasi aset-aset tersebut dan menunjukkannya kepada Burhan.Kalau tidak dihitung mungkin tidak ada yang tahu kalau uang yang digunakan untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga Burhan selama bertahun-tahun adalah milik Sergio.Irma sangat boros, membeli tas dan perhiasan bermerek terbaru setiap musim dan memamerkannya.Dia juga menyisihkan sejumlah uang untuk membantu keluarga ibunya.Sebelum menikah dengan Keluarga Hardwin, keluarga Irma hanyalah keluarga biasa dari pedesaan, bahkan bisa dianggap tidak berkecukupan.Namun seiring berjalannya waktu, tidak hanya orang tua Irma, tetapi juga para om dan tantenya pun pindah ke rumah berkelas.Mereka tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yang juga tidak memiliki banyak kemampuan yang mumpuni. Jadi, kalau ingin tinggal di kota besar seperti Kota Palapa, mereka tidak akan bisa bertahan.Irma pun dengan baik hati menempatkan mereka di cabang Perusahaan Hardwin.Mereka menempati posisi manajer umum dan direktur
"Wanita tua sialan itu memang pilih kasih! Kelak, rumah lama pasti akan jadi milik Sergio! Ini nggak adil!"Justin yang sedang mengemasi barang-barangnya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar keluhan ibunya."Ibu, jangan bicara begitu. Nenek akan sedih kalau dengar!"Siapa sangka Irma tidak hanya tidak mendengarkan nasihat itu, tetapi malah memperkeruh suasana dengan sengaja meninggikan suaranya."Kenapa memangnya kalau aku bilang begitu? Dia memang pilih kasih kok, masa masih takut dibilang pilih kasih. Kalau nggak, kenapa dia kasih perusahaan sama Sergio?"Dari Erlina yang dipaksa mengonsumsi obat perangsang hingga masalah pisah rumah, semua itu memberikan rangsangan yang begitu besar bagi Irma.Sekarang, dia tidak cukup mampu untuk melawan Sergio. Namun, dia tidak akan melepaskan masalah ini begitu saja!Dia melirik Justin yang tak berdaya dan merasa makin jengkel. "Kalau kamu nggak mau ibumu menderita, kamu harus berjuang dan merebut kembali warisan perusahaan dari Om mu!"Darr
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya