"Wanita tua sialan itu memang pilih kasih! Kelak, rumah lama pasti akan jadi milik Sergio! Ini nggak adil!"Justin yang sedang mengemasi barang-barangnya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar keluhan ibunya."Ibu, jangan bicara begitu. Nenek akan sedih kalau dengar!"Siapa sangka Irma tidak hanya tidak mendengarkan nasihat itu, tetapi malah memperkeruh suasana dengan sengaja meninggikan suaranya."Kenapa memangnya kalau aku bilang begitu? Dia memang pilih kasih kok, masa masih takut dibilang pilih kasih. Kalau nggak, kenapa dia kasih perusahaan sama Sergio?"Dari Erlina yang dipaksa mengonsumsi obat perangsang hingga masalah pisah rumah, semua itu memberikan rangsangan yang begitu besar bagi Irma.Sekarang, dia tidak cukup mampu untuk melawan Sergio. Namun, dia tidak akan melepaskan masalah ini begitu saja!Dia melirik Justin yang tak berdaya dan merasa makin jengkel. "Kalau kamu nggak mau ibumu menderita, kamu harus berjuang dan merebut kembali warisan perusahaan dari Om mu!"Darr
Saat itu, pintu kamar tiba-tiba ditendang hingga terbuka."Braak!" Bunyi gebrakan yang cukup keras mengejutkan semua orang yang ada di dalam kamar.Irma menoleh ke arah pintu dan mengerutkan keningnya saat melihat Burhan. "Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu harus pergi untuk meminta daftar aset sama Sergio?"Burhan berjalan menghampirinya dengan wajah muram, melambaikan daftar di tangannya ke arahnya."Ya, sudah aku ambil."Mata Irma berbinar. Dia buru-buru membuka kertas itu dan melihatnya.Saat itu, Remon meninggal secara tiba-tiba, jadi tidak sempat meninggalkan surat wasiat.Namun karena masih ada Liana, ditambah lagi Sergio yang masih belum menikah, mereka tidak pisah rumah.Remon adalah orang yang sangat paham bagaimana menikmati hidup. Tidak hanya mengoleksi banyak lukisan, kaligrafi dan barang antik yang mahal, dia juga memiliki banyak harta benda pribadi.Irma sangat ingin mendapatkan semua itu.Namun ketika membaca apa yang ada di dalam daftar itu, wajah Irma langsung tersenta
Dengan kata lain, Irma tidak hanya tidak mendapatkan keuntungan dari pisah rumah ini, dia bahkan mengalami kerugian yang cukup banyak.Irma mengumpat dalam hati karena sangat marah, sampai tidak bisa tidur berhari-hari....Di sisi Hazel, dia juga tidak terus bersantai.Sejak mengusir Keluarga Vandana dari rumah ibunya, Hazel pergi ke beberapa studio untuk mendekorasi ulang rumah itu.Karena ingin tetap mempertahankan jejak-jejak sang ibu, rumah tersebut direnovasi total.Dekorasi rumah dirancang sesuai dengan gaya favorit Kirana saat masih hidup. Kalau ada waktu, Hazel akan datang untuk melihatnya.Sekitar setengah bulan, renovasi akhirnya selesai.Rumah itu benar-benar terlihat baru.Hazel berjalan mengelilingi rumah, pikirannya terus mengingat waktu yang dihabiskannya bersama ibunya.Kenangan itu masih jelas meskipun sudah bertahun-tahun berlalu.Wajah cantik, suara lembut dan senyum hangat ibunya terukir jelas di benaknya.Dia berjalan ke ujung koridor dan melihat ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan selesai dibersihkan dan ternyata saat ini sudah jam sembilan lewat.Hazel sudah cukup lelah. Dia duduk di sofa dan tidak ingin bangun.Sergio memeluknya, lalu memijit pundaknya. "Kamu capek? Tahu begitu aku minta pelayan buat bantu kamu beres-beres tadi."Melihat Hazel bersandar di bahunya, bahkan tidak ingin membuka matanya, Sergio merasa tidak tega.Hazel yang mendengar itu pun menjawab sambil tersenyum tipis, "Nggak secapek itu, kok. Aku malah senang. Selama ini Dania bohong padaku dan bilang kalau barang-barang ibuku sudah dibuang. Bisa mendapatkannya kembali setelah menganggap semua itu hilang membuatku sangat senang."Sergio menunduk dan mencium kening Hazel dengan lembut.Tiba-tiba, Sergio teringat sesuatu, jadi dia bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan dengan JY Group'?"Hazel berinisiatif melingkarkan tangannya di leher Sergio, lalu menjawab, "Tentu saja merebut kembali semua saham yang awalnya jadi milikku. Aku nggak akan membiarkan kerja keras ibuku sia-sia
Sergio menggeleng pelan. "Ibu nggak akan setuju. Jangan khawatir, sebenarnya hati Ibu lebih kuat dari hati siapa pun."Liana telah mengalami banyak hal di masa mudanya. Apa yang terjadi saat ini bukanlah apa-apa.Hazel menghela napas pelan dan berkata tanpa daya, "Kalau begitu, kita harus menemuinya setiap minggu dan meluangkan lebih banyak waktu untuk menemaninya.""Ya."Sergio menunduk, mencium kening Hazel dan berkata, "Tidurlah."...Keesokan harinya, Hazel bangun sangat pagi. Dia sarapan seadanya dan langsung pergi ke kampus.Hari ini adalah hari yang sangat penting karena Hazel harus menyerahkan skripsinya.Dia berpamitan kepada Sergio, berkata sambil melingkarkan tangannya di leher Sergio dan mencium bibirnya, "Tuan Sergio, doakan semoga aku beruntung."Meskipun Hazel selalu unggul dalam bidang akademik, dia tetap menganggap serius skripsi yang tengah dia kerjakan.Jurusan di kampusnya menyelenggarakan pertemuan khusus yang mengharuskan setiap mahasiswa berdiri di atas panggung
Hazel memang berkata begitu, tetapi Winda tahu kalau Hazel tidak mempercayainya.Dia menatap Hazel dengan tajam, lalu menggerutu, "Cih, menyebalkan sekali! Untuk sementara, kamu sudah kehilangan hak buat bicara denganku."Tatapan penuh emosi itu membuat Hazel tertawa. Karena bel sudah berbunyi, jadi Hazel mengurungkan kembali apa yang ingin dia katakan.Dosen sedang berada di depan untuk memberikan kata sambutan, memperkenalkan poin-poin utama dari sesi kali ini.Darra datang terlambat dan menyela pembicaraan dosen."Bu, saya benar-benar minta maaf. Saya nggak sengaja datang terlambat."Dosen menatap Darra dan berkata dengan nada tak berdaya, "Darra, duduklah. Saya harap kamu nggak akan terlambat lagi."Meskipun begitu, dosen itu tidak marah.Karena kelas ini dianggap sebagai kelas terakhir.Saat nilai keluar, mata pelajaran ini akan benar-benar selesai.Darra tersenyum malu-malu, lalu berjalan cepat ke dalam kelas.Dia melihat ke sekeliling kelas dan akhirnya menatap Hazel, lalu berja
Legenda yang dipuja, dikagumi dan dicemburui oleh semua orang.Sementara Hazel, dia akan dipaku pada pilar rasa malu selamanya dan tidak akan pernah bisa bangkit lagi.Saat ini, dosen tiba-tiba memanggil nama Darra.Darra menyembunyikan kegembiraannya dan perlahan-lahan berdiri.Sebelum naik ke atas panggung, dia sekali lagi menatap Hazel dengan tatapan provokatif.Entah kenapa, Hazel merasa ada sesuatu yang tidak beres saat melihat punggung Darra. Hatinya seakan memiliki firasat tertentu.Saat Darra membuka rancangannya, firasat itu berubah menjadi kenyataan.Hazel duduk menegang, matanya yang jernih dipenuhi dengan kemarahan saat menatap desain yang ditampilkan oleh Darra.Desain yang Darra buka sama persis dengan desain yang telah dia buat selama seminggu.Hanya ada beberapa perubahan dan modifikasi sederhana pada detailnya.Tangan Hazel gemetar pelan saat menggenggam tas laptopnya.Beraninya Darra melakukan ini kepadanya!Dalam sekejap, banyak gambaran melintas di benak Hazel dan a
Di bawah panggung, Winda juga merasakan ada yang tidak beres.Dia mendekati telinga Hazel dan bertanya dengan suara pelan, "Hazel, apa sebelumnya dia sudah tahu karya milikmu dan sengaja menyamaimu?"Namun setelah mengatakan itu, dia merasa ada yang tidak beres."Hazel, kenapa karyanya ini sangat mirip dengan gayamu? Jangan bilang ...."Hazel menganggukkan kepalanya, meletakkan jarinya ke bibirnya dan memberikan isyarat kepada Winda untuk diam. "Kita tunggu dan lihat apa yang akan terjadi."Dia tahu kepribadian Winda, takut kalau Winda tiba-tiba berteriak.Winda bukanlah mahasiswa desain, melainkan mahasiswa departemen keuangan. Saat ini, dia hanya menemaninya saja."Jadi, dia benar-benar yang menirumu? Nggak boleh. Kita nggak boleh membiarkannya begitu saja!"Membayangkan Darra yang selama ini selalu menggertak Hazel, bahkan sekarang mencuri desain Hazel, Winda merasa geram sendiri.Apa Darra menganggap Hazel bodoh karena tidak mengungkapkan kemarahannya?Hazel menggandeng lengan Wind
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya