Pupil mata yang semula kosong dan membesar perlahan mulai fokus, tertuju pada wajah cemas Hazel. Tatapan Sergio berhenti dan dia dengan cepat menekan rasa dingin di matanya.Dia memegang tangan Hazel dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Bukannya aku sudah bilang kamu nggak perlu datang? Kenapa kamu tetap datang?"Hazel bertanya kepadanya dengan mata merah, "Kalau aku nggak datang, apa kamu akan terus menyembunyikannya dariku dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa?"Sergio mengerutkan bibir tak berdaya. Dia memang punya pemikiran seperti itu.Dia tidak ingin Hazel khawatir, apalagi sampai menangis karenanya.Hazel mendecih, sudah tahu kalau Sergio akan bersikap seperti ini.Meski belum lama menikah, Sergio hampir selalu menunjukkan sisi terbaiknya di hadapan Hazel dan tidak pernah membiarkannya mengetahui sisi rentannya.Hal inilah yang membuat pemahaman Hazel terhadap Sergio terlalu terbatas.Hazel tidak menyukai ini karena membuatnya merasa ada suatu lapisan yang menjadi
Sergio berendam di kamar mandi selama empat jam. Saat efek obatnya benar-benar habis, waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi.Dia mengulurkan tangan untuk menyeka rambutnya yang basah dan berdiri dari bak mandi.Vexal menyiapkan handuk mandi bersih dan jubah mandi untuknya, jadi dia bisa keluar dari kamar mandi dengan nyaman.Begitu pintu terbuka, Sergio melihat tubuh mungil sedang berjongkok di depan pintu.Itu Hazel.Dia berjongkok di lantai, meringkuk seperti bola dan memeluk lututnya dengan tangan. Keadaannya terlihat cukup menyedihkan.Hazel sangat mengantuk, jadi tidak bisa membuka matanya. Kepalanya mengangguk beberapa kali, yang memberikan kesan dia bisa jatuh tersungkur ke lantai kapan saja.Hati Sergio langsung luluh dan dia pun berlutut.Mungkin tatapan Sergio terlalu tajam, jadi Hazel perlahan membuka matanya.Ada lapisan kabut di mata indahnya, membuatnya terlihat tidak fokus dan bingung, seakan masih belum bangun dari tidur.Sergio bertanya padanya, "Kenapa kamu ada di si
Melihat tatapan Hazel yang serius dan penuh tekad, Sergio merasa ada sesuatu yang tiba-tiba menyentuh hatinya.Perasaan itu begitu menggelitik dan lembut.Dia mendekat ke telinga Hazel dan berbisik, "Ya, aku berjanji padamu."Setelah sarapan, Sergio mengajak Hazel kembali ke kediaman lama.Soal Erlina menyuap pelayan di jamuan makan malam amal untuk memberinya obat perangsang tidak akan Sergio biarkan begitu saja.Setelah keduanya sampai di kediaman lama, Irmalah yang paling panik.Di tengah malam tadi, Erlina meneleponnya dengan panik, "Tante, tolong bantu aku. Sepertinya aku berada dalam masalah."Mendengar kejadian itu, Irma tidak bisa tidur dan terus berkeringat dingin."Apa? Kamu memberi Sergio obat perangsang? Apa kamu gila?"Irma tidak percaya keponakannya yang selama ini selalu bersikap bijaksana dan penurut bisa melakukan hal seperti itu.Selama bertahun-tahun, dia telah melatih Erlina sesuai dengan standar seorang wanita kaya dan terkemuka, dengan harapan dia dapat meninggalk
Melihat ekspresi dingin Sergio yang begitu membekukan, hati Irma bergidik ngeri.Namun, senyuman di bibirnya tidak berubah. Dia menjawab dengan sedikit bergurau, "Lihatlah perkataanmu itu. Kita ini keluarga, kenapa harus balas dendam segala?"Melihat senyuman munafik di wajah Irma, Hazel tidak bisa menahan diri lagi dan berseru, "Kak, apa kamu tahu kalau Erlina memberikan obat perangsang kepada suamiku?"Ekspresi Irma membeku. Dia menutup mulutnya dan pura-pura terkejut. "Apa? Obat perangsang? Mana mungkin Erlina melakukan hal seperti itu. Ini pasti salah paham."Melihat kemampuan aktingnya yang buruk dan berlebihan, Hazel menjawab sambil tersenyum, "Bagaimana kalau kita lapor polisi dan biarkan polisi yang menyelidikinya?"Irma berdiri dari sofa dan menjawab marah, "Hazel, apa kamu baru puas kalau aku mati? Erlina, Erlina, dia cuma terbawa perasaan ...."Di tengah kata-katanya, Irma tiba-tiba menyadari kalau dia sudah salah bicara.Dia memelototi Hazel dan menjawab kesal, "Kamu sengaj
Erlina menantang batasan Sergio berulang kali dan Sergio tidak tahan lagi.Dia hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin agar tidak ada kesalahan lain di masa depan yang kiranya bisa mempengaruhi hubungannya dengan Hazel.Di mata Sergio, segala sesuatu yang menghalangi dirinya dan Hazel untuk bersama adalah hambatan yang harus dihilangkan.Sergio tidak menghiraukan tangisan Irma. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi.Melihat sikap tegasnya, entah mendapat kekuatan dari mana, Irma langsung bergegas dan merebut ponsel di tangan Sergio."Nggak! Kamu nggak boleh lapor polisi! Kalau Erlina masuk penjara, hidupnya akan hancur. Aku nggak mau itu terjadi!"Karena tidak berhasil merebut ponsel Sergio, Irma terduduk di lantai dan terus menangis histeris.Tidak ada jejak wanita kaya yang terlihat dalam sikapnya. Sebaliknya, dia terlihat seperti wanita desa yang kalah dalam perkelahian jalanan dan bertindak anarkis.Melihat ini, semua orang terdiam sesaat.Pada akhirnya, H
Setelah menjadi bagian dari Keluarga Hardwin, Liana menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan.Remon tampan dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Satu-satunya hal buruk yang dia miliki mungkin dia tidak bisa setia.Liana yang tertarik dengan bakat dan penampilannya pun memutuskan untuk menikah dengannya tanpa memedulikan apa pun.Saat keduanya baru menikah, Remon menyayanginya dan mengatakan kalau dia akan mencintainya selamanya.Namun, perkataan laki-laki tidak bisa dipercaya.Setelah Liana melahirkan seorang putra untuk Keluarga Hardwin, yaitu setelah Burhan lahir, Remon mulai berubah.Dia berganti wanita berkali-kali, bahkan sampai punya banyak anak di luar nikah. Dia juga membiarkan para wanita itu menindas Liana.Ibunya ingin bercerai, tetapi Remon menolak.Mereka mulai tidur di kamar terpisah sejak saat itu. Liana tidak bisa membiarkan Remon menyentuhnya setelah menyentuh wanita lain.Remon orang yang sombong, mana mungkin bisa tahan diperlakukan dengan dingin seperti
Sergio menoleh ke arah Hazel, lalu menjawab, "Aku berbeda dari mereka. Kalau sudah membuat keputusan, aku hanya akan setia sama satu orang."Hazel memandangnya dengan curiga. "Benarkah?""Nggak percaya?" tanya Sergio sambil tersenyum.Hazel mengangkat dagu untuk menatapnya, lalu berkata, "Aku lebih percaya sama perbuatan daripada kata-kata."Janji adalah hal yang paling tidak berharga di dunia. Hazel tidak akan mempercayainya.Sergio mengangguk dengan yakin, lalu menjawab, "Ya, aku akan mengingatnya."Dia akan menggunakan tindakannya untuk membuktikan kalau dia lebih pantas untuk Hazel dibandingkan siapa pun.Hazel tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya kepadanya, "Kamu belum jawab pertanyaanku. Apa kamu anak termuda di Keluarga Hardwin?""Nggak juga. Ada yang lebih muda dariku. Aku memberi mereka banyak uang biar mereka nggak pernah muncul lagi di hadapanku dan ibuku."Siapa pun yang sadar diri pasti tahu kalau menyinggung perasaannya tidak akan berakhir baik.Jadi, hampir semua oran
Mobil dengan cepat melaju ke kediaman lama. Dua pengawal mendorong Erlina keluar dan memasuki ruang tamu.Sergio dan Hazel sudah tiba. Mata Irma sudah memerah karena terlalu lama menangis. Begitu melihat Erlina, dia langsung bergegas maju dan mendorong kedua pengawal itu menjauh."Erlina, Erlina ku, kamu pasti sudah sangat menderita.""Tante ...."Sergio mengerutkan kening, menyela mereka berdua yang berpelukan dan menangis dengan perkataan dinginnya, "Karena semuanya sudah datang, jadi kita mulai saja."Erlina langsung bergidik ketika mendengar suara sedingin es itu.Dia tanpa sadar memandang ke arah Sergio, melihat Sergio menatapnya sambil setengah tersenyum.Dia bergegas mendekat, berlutut di depan Sergio dan memohon, "Om, aku tahu aku salah. Aku benar-benar sudah sadar sekarang! Aku mohon, maafkan aku.""Hmm? Dimana letak kesalahanmu?" tanya Sergio dengan suara dingin.Erlina mengisap ingusnya dan menjawab, "Om, aku sangat mencintaimu, jadi terbawa perasaan dan melakukan hal itu ke