Setelah menjadi bagian dari Keluarga Hardwin, Liana menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan.Remon tampan dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Satu-satunya hal buruk yang dia miliki mungkin dia tidak bisa setia.Liana yang tertarik dengan bakat dan penampilannya pun memutuskan untuk menikah dengannya tanpa memedulikan apa pun.Saat keduanya baru menikah, Remon menyayanginya dan mengatakan kalau dia akan mencintainya selamanya.Namun, perkataan laki-laki tidak bisa dipercaya.Setelah Liana melahirkan seorang putra untuk Keluarga Hardwin, yaitu setelah Burhan lahir, Remon mulai berubah.Dia berganti wanita berkali-kali, bahkan sampai punya banyak anak di luar nikah. Dia juga membiarkan para wanita itu menindas Liana.Ibunya ingin bercerai, tetapi Remon menolak.Mereka mulai tidur di kamar terpisah sejak saat itu. Liana tidak bisa membiarkan Remon menyentuhnya setelah menyentuh wanita lain.Remon orang yang sombong, mana mungkin bisa tahan diperlakukan dengan dingin seperti
Sergio menoleh ke arah Hazel, lalu menjawab, "Aku berbeda dari mereka. Kalau sudah membuat keputusan, aku hanya akan setia sama satu orang."Hazel memandangnya dengan curiga. "Benarkah?""Nggak percaya?" tanya Sergio sambil tersenyum.Hazel mengangkat dagu untuk menatapnya, lalu berkata, "Aku lebih percaya sama perbuatan daripada kata-kata."Janji adalah hal yang paling tidak berharga di dunia. Hazel tidak akan mempercayainya.Sergio mengangguk dengan yakin, lalu menjawab, "Ya, aku akan mengingatnya."Dia akan menggunakan tindakannya untuk membuktikan kalau dia lebih pantas untuk Hazel dibandingkan siapa pun.Hazel tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya kepadanya, "Kamu belum jawab pertanyaanku. Apa kamu anak termuda di Keluarga Hardwin?""Nggak juga. Ada yang lebih muda dariku. Aku memberi mereka banyak uang biar mereka nggak pernah muncul lagi di hadapanku dan ibuku."Siapa pun yang sadar diri pasti tahu kalau menyinggung perasaannya tidak akan berakhir baik.Jadi, hampir semua oran
Mobil dengan cepat melaju ke kediaman lama. Dua pengawal mendorong Erlina keluar dan memasuki ruang tamu.Sergio dan Hazel sudah tiba. Mata Irma sudah memerah karena terlalu lama menangis. Begitu melihat Erlina, dia langsung bergegas maju dan mendorong kedua pengawal itu menjauh."Erlina, Erlina ku, kamu pasti sudah sangat menderita.""Tante ...."Sergio mengerutkan kening, menyela mereka berdua yang berpelukan dan menangis dengan perkataan dinginnya, "Karena semuanya sudah datang, jadi kita mulai saja."Erlina langsung bergidik ketika mendengar suara sedingin es itu.Dia tanpa sadar memandang ke arah Sergio, melihat Sergio menatapnya sambil setengah tersenyum.Dia bergegas mendekat, berlutut di depan Sergio dan memohon, "Om, aku tahu aku salah. Aku benar-benar sudah sadar sekarang! Aku mohon, maafkan aku.""Hmm? Dimana letak kesalahanmu?" tanya Sergio dengan suara dingin.Erlina mengisap ingusnya dan menjawab, "Om, aku sangat mencintaimu, jadi terbawa perasaan dan melakukan hal itu ke
Suara Erlina gemetar karena ketakutan.Sergio mengabaikannya, menoleh ke arah pelayan itu dan bertanya, "Bagaimana denganmu? Apa kamu juga nggak kenal sama dia?"Pelayan itu langsung mengangkat pandangannya dan menatap mata dingin Sergio. Seketika jantungnya bergetar.Di saat yang sama, gambaran dipukul dan ditendang oleh pengawal muncul di benaknya. Kakinya melemah dan dia tiba-tiba jatuh berlutut."Aku, aku mengenalnya. Dialah yang malam itu memberiku uang dan memintaku membawakan segelas anggur untukmu.""Jangan bicara sembarangan! Jangan memfitnahku!" geram Erlina sambil menatapnya penuh kebencian.Pelayan itu menjawab, "Aku nggak asal tuduh. Cek yang kamu kasih saja masih ada di saku bajuku!"Saat mengatakan itu, dia mengeluarkan cek kusut dari sakunya.Jumlah yang tertulis di atas adalah enam ratus juta.Meskipun uang enam ratus juta tidak ada apa-apanya di mata Keluarga Hardwin, jumlah itu sudah sebanding dengan gaji satu tahun atau bahkan beberapa tahun bagi orang biasa.Meliha
Belum sampai lima menit efek obat bereaksi, Erlina sudah tidak tahan lagi.Dia merasa seperti sedang terpanggang di atas api dan seluruh tubuhnya terasa sangat panas.Perlahan, kesadarannya mulai kabur. Dia mulai kehilangan kendali atas tangan dan kakinya sendiri.Dia mengulurkan tangan untuk melepas pakaiannya, mencoba meredakan panas di tubuhnya.Irma ketakutan saat melihat tindakannya. Jadi, dia langsung menghentikannya. "Erlina, aku sudah minta pelayan membawakan es batu. Bertahanlah sebentar lagi.""Tante, aku merasa nggak nyaman ...." Erlina terlihat sangat menderita sekaligus enggan.Matanya menjadi merah dan air mata perlahan mengalir di sudut matanya.Irma makin merasa tertekan saat melihat reaksi yang ditunjukkan Erlina.Dia sudah melakukan semua yang dia bisa. Hati Sergio lah yang sekeras batu dan tetap tidak mau melepaskan Erlina. Dia hanya meminta Irma menelepon dokter.Hanya dalam waktu lima belas menit, beberapa kancing kemeja Erlina terlepas dan rambutnya sudah berantak
Liana mengangguk. "Sergio punya kepribadian yang dingin. Dia mengalami banyak hal buruk ketika masih kecil, yang membuatnya menutup hatinya selama bertahun-tahun. Tapi, sekarang dia sudah membuka hatinya. Sebagai seorang ibu, tentu saja aku nggak boleh menghambatnya. "Firdan pun paham. "Pantas saja Nyonya nggak menghentikan apa yang terjadi hari ini."Liana tersenyum dan tidak mengatakan apa pun lagi.Di lantai bawah.Sergio meraih tangan Hazel, berdiri dan mengajaknya pergi. "Masalahnya sudah beres, ayo pergi.""Ya." Hazel mengiakan dengan patuh dan mengikutinya selangkah demi selangkah.Ketika masuk ke dalam mobil, Sergio menyadari suasana hati Hazel yang terlihat murung. Jadi, dia bertanya, "Kamu ketakutan?"Hazel kembali tersadar dan menggelengkan kepalanya. "Nggak. Aku hanya teringat sesuatu saja.""Apa, coba katakan."Hazel meliriknya dan menjawab ragu-ragu, "Jangan marah kalau aku jawab.""Katakan," kata Sergio.Hazel menjawab, "Erlina cantik dan punya kemampuan luar biasa. Apa
Setelah Sergio selesai berbicara, dia menatap Hazel dan langsung tertawa saat melihat perubahan ekspresinya.Entah apa yang tengah dipikirkan gadis kecil ini.Dia menyentil pelan dahi Hazel. "Sadarlah. Apa ciumannya masih belum cukup?"Hazel segera menutup bibirnya dengan tangan untuk menghalangi pandangan Sergio. "Cukup! Jangan lakukan lagi!"Menyebalkan! Sergio selalu menciumnya tanpa meminta izin pada Hazel. Jadi, Hazel tidak punya kesempatan untuk bersiap.Reaksi yang ditunjukkan Hazel membuat Sergio tertawa.Sergio terkekeh, kembali duduk di kursinya dan menyalakan mesin mobil.Hazel diam-diam menghela napas lega dan menurunkan kaca jendela mobil untuk mencari udara segar.Angin sepoi-sepoi menerpa pipinya, yang perlahan menghilangkan rasa panas yang dirasa.Setelah kembali ke Grand Permata, Sergio berkata kepada Hazel, "Aku mau ke ruang kerja buat ngurus beberapa hal. Malam nanti mau makan apa, katakan saja sama orang dapur.""Ya." Hazel mengangguk patuh.Melihat sikap patuh Haze
Sergio menjawab, "Itu karena kamu belum pernah benar-benar mencintai satu wanita. Saat hari itu tiba, kamu pasti akan mengerti."Rafael tidak berpikir demikian. Dia tidak merasa dirinya akan mengalami situasi semacam itu.Apa yang tidak dia ketahui adalah, bahwa dalam waktu dekat, ketika dia benar-benar mengalami apa artinya mencintai tanpa bisa memiliki, dia akhirnya bisa memahami maksud dari perkataan Sergio.Namun, itu semua akan menjadi cerita lain.Rafael kembali bertanya, "Kamu sama Hazel sudah menikah lebih dari sebulan, tapi kamu masih belum berhasil mendapatkannya. Apa kamu benar-benar mampu?"Sergio, "..."Rafael tidak merasakan adanya bahaya dan malah makin bersemangat ketika berbicara. Dia terus menguji batas kesabaran Sergio tanpa tahu batasan."Oh, aku lupa kalau kamu masih perjaka. Apa kamu yakin bisa melakukannya? Apa aku perlu berbagi bahan yang aku punya denganmu? Setidaknya kamu jadi bisa belajar?"Wajah Sergio tiba-tiba berubah muram. Dia menjawab dengan geram, "Raf
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya