Setelah berkemas selama tiga jam, Krisna, Dania dan Darra akhirnya selesai membereskan barang milik mereka.Mereka memandangi koper di depan mereka dengan wajah pucat.Setelah tinggal di sini selama bertahun-tahun, siapa yang bersedia pergi hanya dengan membawa barang di dalam koper ini, yang dianggap menjadi milik mereka.Krisna merasa sangat terhina.Ketika Darra melihat perhiasan indah itu tidak masuk ke dalam kopernya, matanya menjadi merah.Menurutnya, semua itu diambil dari Hazel berdasarkan kemampuannya, jadi itu seharusnya menjadi miliknya!Kenapa Hazel bisa mendapatkannya kembali hanya karena dia menginginkannya?Dia tidak mau menyerah dan mencoba merebut kotak perhiasan itu.Alhasil, begitu dia mengulurkan tangannya, Ervan langsung mengunci pergerakan tangannya.Terdengar bunyi klik dan suara nyaring dari benturan tulang, yang membuat Darra menjerit kesakitan, "Ah, tanganku! Ervan, aku tunangan Kak Justin! Beraninya kamu melakukan ini padaku! Kamu nggak takut Kak Justin minta
Tim pengacara yang disewa oleh Perusahaan Hardwin termasuk yang terbaik di negeri ini dan hampir tidak pernah kalah dalam pengadilan.Wajah Krisna pucat pasi, membuatnya terlihat menua dalam sekejap. Saat ini, dia terlihat sangat tertekan.Dia akhirnya mengerti kalau Hazel sudah benar-benar akan memutuskan hubungan dengannya.Mungkin juga ada campur tangan Sergio dalam hal ini.Begitu Sergio turun tangan, tidak ada ruang untuk perubahan.Dia menghela napas dalam-dalam dan berjalan keluar dengan langkah berat. "Ayo pergi. Karena Hazel berpikir dia akan hidup dengan baik tanpa aku sebagai ayahnya, aku juga ingin melihat apakah Sergio akan meninggalkannya suatu hari nanti. Hazel nggak punya dukungan dari keluarganya sendiri, lihat saja, apakah dia akan memohon dan berlutut kepadaku suatu hari nanti?"Usai melontarkan kata-kata itu, Krisna meninggalkan rumah bersama Dania dan Darra.Krisna masih memiliki rumah dengan atas namanya. Lokasinya kurang bagus dan rumahnya tidak besar. Namun, set
Gurat licik muncul di mata Hazel. Dia melingkarkan lengannya di leher Sergio, membungkuk dan mencium bibirnya."Ya, cuma terima kasih di mulut saja. Apa kamu mau?""Ya." Mata Sergio menjadi gelap. Dia menekan bagian belakang kepala Hazel dan memperdalam ciumannya.Setelah beberapa saat, Hazel merasa lemas dan bersandar di lengan Sergio dengan napas terengah-engah.Mata indah Hazel sedikit berair, yang membuatnya terlihat makin menawan.Hati Sergio membara, tetapi dia tetap mengendalikan diri dan hanya mencium keningnya. "Tidur lagi saja. Aku akan berangkat kerja."Hazel mengangguk patuh dan mengingatkan, "Om, bagaimana kalau naikkan gaji Ervan?"Sergio berpikir sejenak dan menyetujuinya tanpa ragu, "Ya. Kali ini dia melakukan pekerjaannya dengan sangat baik."Tidak lama kemudian, ponsel Ervan berdering saat dia sedang sarapan di kantin karyawan perusahaan.Dia membuka dan melihat pesan yang masuk. Ternyata itu pemberitahuan transfer, yang langsung ditransfer dari akun pribadi Sergio. A
Darra mengerutkan bibir dengan tidak senang, lalu menjawab genit, "Nggak! Aku nggak mau tinggal di sini!"Mendengarkannya menangis dan mengeluh, Justin merasa sakit kepala. "Darra, nurut saja dulu. Aku benar-benar nggak bisa kasih uang untuk sekarang."Darra memutar matanya dan berkata ragu-ragu, "Kak Justin, apa keluargamu tinggal di kediaman utama Keluarga Hardwin?""Ya. Om memang sudah pindah, tapi kita masih belum pisah keluarga dan tinggal sama Nenek," kata Justin jujur.Mata Darra berbinar dan tiba-tiba muncul sebuah ide di benaknya. "Kak Justin, kamu nggak mau aku menderita, 'kan?"Mendengar kata-kata lembut dan centil di telepon, Justin tiba-tiba lupa segalanya. "Tentu saja! Darra, kamu itu wanita yang paling aku cintai!"Darra tersenyum puas dan melanjutkan, "Kalau begitu ayo kita menikah. Kalau kita menikah, aku bisa tinggal di rumah utama, jadi aku nggak perlu menderita begini."Justin tertegun dan pikirannya menjadi kosong dalam sekejap.Menikah?Dia pernah memikirkan masal
Kediaman utama Keluarga Hardwin.Liana sedang bersandar di kursi malas dan membaca buku. Tiba-tiba, Firdan mengetuk pintu dan melangkah masuk. Dia berkata dengan ekspresi rumit, "Nyonya Liana, Tuan Justin kembali.""Ya." Liana menjawab tanpa mendongak.Firdan meliriknya dan melanjutkan, "Tuan Justin datang bersama Nona Darra."Tidak ada kejutan di mata Liana, hanya berkata kepada Firdan, "Urus mereka. Aku nggak mau bertemu dengan mereka."Firdan tampak gelisah. "Nyonya, kali ini Nyonya harus menemui mereka. Tuan Justin sudah menikah dengan Nona Darra.""Braakk!"Liana meletakkan buku di tangannya ke atas meja dengan ekspresi kesal."Bagus sekali. Sepertinya semua peringatan yang aku berikan padanya nggak dia dengarkan."Firdan juga menggelengkan kepalanya tidak bedaya.Siapa yang akan menyangka kalau Justin akan bersikap begitu keras kepala dan nekat menikahi Darra?Liana melepas kacamata bacanya dan menyimpannya, lalu berdiri perlahan. "Kita turun dan temui mereka. Ini hari pertama cu
Keesokan harinya, Sergio menerima undangan tak terduga ke pesta amal.Biasanya dia tidak perlu hadir secara langsung dalam situasi ini, cukup meminta Ervan menyumbangkan sejumlah uang. Namun, beberapa waktu ini Perusahaan Hardwin sedang mendiskusikan sebuah proyek dan mitra kerja sama mereka lah yang secara khusus mengirimkan undangan ini. Jadi, dia tidak bisa menolak.Karena itu, Sergio menelepon Hazel dan memintanya untuk tidak menunggunya malam ini.Hotel tempat diadakannya pesta amal tersebut kebetulan merupakan properti milik Perusahaan Hardwin dan hanya berjarak setengah jam lebih dari Perusahaan Hardwin.Begitu keluar dari mobil, banyak reporter dan media berkumpul di sekeliling Sergio, mengajukan pertanyaan satu demi satu."Tuan Sergio, kabarnya Tuan Justin dan nona kedua dari Keluarga Vandana menikah. Apa berita ini benar?""Kedua putri dari Keluarga Vandana menikahi dua pria dari Keluarga Hardwin. Apa pernikahan ini akan mengacaukan hierarki di Keluarga Hardwin? Bagaimana men
Wajah Kenan benar-benar pucat, seperti orang yang kehabisan tenaga dan kekuatan.Semuanya sudah berakhir ....Dia sepertinya sudah membuat kerja sama ini hancur!Sergio berjalan mengitari aula dan tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya."Kak Sergio!"Dia berbalik dan melihat Erlina berlari dengan sepatu hak tinggi dan mengangkat roknya. Sorot mata gadis itu terlihat berbinar dan penuh keterkejutan."Kak Sergio, ini benar-benar kamu?"Sergio mengerutkan kening dan berkata dengan tegas, "Sudah kubilang, jangan panggil aku seperti itu."Erlina tertegun dan matanya langsung memerah. "Aku nggak bermaksud begitu. Aku terlalu bersemangat saat melihatmu di sini. Jangan marah."Nadanya terdengar mendayu-dayu dan manja.Laki-laki yang menemani Erlina mengerutkan kening dan menatap Sergio dengan pandangan tidak senang. "Perhatikan bicaramu! Bukankah itu hanya sebuah panggilan, kamu nggak perlu sampai segitunya."Sergio memandang pria yang berbicara itu. Dia adalah seorang playboy terkenal di
Sergio berjalan ke sudut koridor dan tiba-tiba bertemu dengan sosok yang dikenalnya. Erlina!Erlina memandangnya dan berpura-pura khawatir, "Om kenapa? Nggak enak badan?"Saat mengatakan itu, Erlina berjinjit, mencoba memeriksa kening Sergio dengan punggung tangannya.Sergio mundur setengah langkah tanpa sadar dan menghindari tindakannya tepat waktu.Erlina berdiri dengan sepatu hak tinggi dan berjinjit. Tiba-tiba, dia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya gontai, hampir jatuh ke lantai.Untung saja dia berhasil berpegangan pada dinding di sampingnya tepat waktu untuk menstabilkan posisinya."Om, aku cuma mau peduli sama Om. Kenapa kamu sekejam itu kepadaku?"Mendengar tuduhannya, Sergio tetap tenang dan berkata, "Aku nggak butuh kepedulianmu. Aku akan katakan untuk terakhir kali. Aku sudah menikah. Kalau kamu punya kesadaran diri, harusnya kamu nggak punya angan-angan yang nggak realistis."Mata Erlina memerah dan air mata langsung membanjiri matanya. "Paman, katakan, apa yang kurang d
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya