Wajah Kenan benar-benar pucat, seperti orang yang kehabisan tenaga dan kekuatan.Semuanya sudah berakhir ....Dia sepertinya sudah membuat kerja sama ini hancur!Sergio berjalan mengitari aula dan tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya."Kak Sergio!"Dia berbalik dan melihat Erlina berlari dengan sepatu hak tinggi dan mengangkat roknya. Sorot mata gadis itu terlihat berbinar dan penuh keterkejutan."Kak Sergio, ini benar-benar kamu?"Sergio mengerutkan kening dan berkata dengan tegas, "Sudah kubilang, jangan panggil aku seperti itu."Erlina tertegun dan matanya langsung memerah. "Aku nggak bermaksud begitu. Aku terlalu bersemangat saat melihatmu di sini. Jangan marah."Nadanya terdengar mendayu-dayu dan manja.Laki-laki yang menemani Erlina mengerutkan kening dan menatap Sergio dengan pandangan tidak senang. "Perhatikan bicaramu! Bukankah itu hanya sebuah panggilan, kamu nggak perlu sampai segitunya."Sergio memandang pria yang berbicara itu. Dia adalah seorang playboy terkenal di
Sergio berjalan ke sudut koridor dan tiba-tiba bertemu dengan sosok yang dikenalnya. Erlina!Erlina memandangnya dan berpura-pura khawatir, "Om kenapa? Nggak enak badan?"Saat mengatakan itu, Erlina berjinjit, mencoba memeriksa kening Sergio dengan punggung tangannya.Sergio mundur setengah langkah tanpa sadar dan menghindari tindakannya tepat waktu.Erlina berdiri dengan sepatu hak tinggi dan berjinjit. Tiba-tiba, dia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya gontai, hampir jatuh ke lantai.Untung saja dia berhasil berpegangan pada dinding di sampingnya tepat waktu untuk menstabilkan posisinya."Om, aku cuma mau peduli sama Om. Kenapa kamu sekejam itu kepadaku?"Mendengar tuduhannya, Sergio tetap tenang dan berkata, "Aku nggak butuh kepedulianmu. Aku akan katakan untuk terakhir kali. Aku sudah menikah. Kalau kamu punya kesadaran diri, harusnya kamu nggak punya angan-angan yang nggak realistis."Mata Erlina memerah dan air mata langsung membanjiri matanya. "Paman, katakan, apa yang kurang d
Namun, semuanya tidak berjalan sesuai yang diharapkan Sergio. Hazel menyaksikan semua itu.Apa Hazel akan takut padanya dan membencinya?Hazel tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Sergio. Ketika melihat ada yang tidak beres dengan Sergio, dia segera berlari dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Sergio."Om nggak apa-apa? Apa yang barusan terjadi?"Merasakan kelembutan di pelukannya, Sergio berusaha keras untuk menekan emosi yang membuncah di dalam hatinya dan bertanya dengan suara serak, "Hazel, kenapa kamu ada di sini?""Aku dapat pesan, katanya ...." Hazel menatap Erlina dengan tatapan dingin dan melanjutkan, "Katanya Om pesan hotel sama wanita lain. Bukan cuma alamat hotelnya saja yang dikirimkan padaku, tapi nomor kamarnya juga."Hazel segera bergegas ke mari setelah menerima pesan teks dari Erlina.Dia tidak percaya Sergio akan selingkuh. Namun, dia ingin datang dan menyaksikannya sendiri.Dia tidak mendapat undangan, jadi menelepon Rafael dan memintanya mengajaknya masuk.Dia
Setelah mendengar jawaban Rafael, Hazel akhirnya duduk kembali di dalam mobil.Dia memandang Rafael dan berkata dengan suara yang dalam, "Katakan sejujurnya apa yang terjadi."Mata Rafael menghindar dan tidak berani menatap mata Hazel. Dia menggerutu pelan, "Sebenarnya Sergio pernah menderita penyakit jiwa, yang merupakan gejala sisa dari penculikan yang terjadi saat dia masih kecil."Kata-kata ini bagaikan guntur yang meledak di hati Hazel.Dia membeku di tempat karena terkejut dan pikirannya menjadi kosong untuk waktu yang lama.Melihat ekspresinya, Rafael langsung menenangkan, "Tapi jangan khawatir, Hazel, penyakitnya hampir sembuh. Aku cuma merasa kalau kondisinya barusan mirip dengan penyakitnya sebelumnya."Hazel mengatupkan bibirnya erat-erat dan tidak mengatakan apa pun.Makin Hazel bersikap seperti ini, Rafael makin tidak tenang.Mungkinkah dia melakukan kesalahan yang sangat besar?Saat itu, Sergio diculik dan terluka parah. Dia bahkan sempat tidak sadarkan diri cukup lama se
Rafael mengumpat, lalu meminta Hazel keluar.Hazel yang merasa tidak enak hati pun memutuskan untuk keluar dari kamar.Saat ini, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka dari dalam dan Vexal keluar dari sana. Dia berpakaian rapi, tidak terlihat seperti baru selesai mandi.Jawabannya sudah jelas, Sergio ada di dalam sana.Hazel bertanya dengan bingung, "Vexal, apa Om datang ke sini? Apa dia baik-baik saja?"Vexal meliriknya, membenarkan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya dan menjawab, "Ada di dalam. Aku nggak sarankan kamu masuk sekarang. Ada yang memberinya perangsang.""Apa?"Mata Hazel penuh rasa tidak percaya. Gambaran saat dia bertemu Sergio di hotel tiba-tiba muncul di benaknya.Ternyata Sergio tidak sakit, melainkan sedang marah.Pesan teks yang dia terima mungkin sengaja dikirimkan kepadanya oleh Erlina.Hazel kembali bertanya, "Apa ada solusi? Apa Om sangat tersiksa? Aku ingin bertemu dengannya."Vexal merenung sejenak, lalu menjawab, "Aku sudah minta seseorang buat kirim
Pintu dibuka dan Vexal melangkah keluar dari kamar mandi.Hazel melangkah maju dan bertanya dengan mendesak, "Vexal, bagaimana keadaan Om? Apa penawarnya sudah bekerja?""Ya, tapi dia masih perlu berendam beberapa jam lagi. Begitu efek obatnya hilang, dia akan baik-baik saja. Kamu bisa masuk dan merawatnya."Hazel mengangguk, kerutan tanda kekhawatiran di keningnya akhirnya mengendur.Dia teringat akan sesuatu dan sudah membuka mulutnya, tetapi dia menahannya.Vexal memperhatikan perubahan ekspresinya dan bertanya dengan tenang, "Ada pertanyaan?"Saat menghadapi Hazel, dia terlihat lebih sabar dibandingkan saat menghadapi orang lain.Rafael yang melihat ini pun sangat terkejut.Dia telah mengenal Vexal selama bertahun-tahun dan merasa bangga karena telah mengenalnya dengan baik.Vexal adalah orang yang hidup di dunianya sendiri dan tidak pernah peduli dengan perasaan orang lain.Bahkan di dunianya pun tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, apalagi bersikap lembut kepada seseorang.
Pupil mata yang semula kosong dan membesar perlahan mulai fokus, tertuju pada wajah cemas Hazel. Tatapan Sergio berhenti dan dia dengan cepat menekan rasa dingin di matanya.Dia memegang tangan Hazel dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Bukannya aku sudah bilang kamu nggak perlu datang? Kenapa kamu tetap datang?"Hazel bertanya kepadanya dengan mata merah, "Kalau aku nggak datang, apa kamu akan terus menyembunyikannya dariku dan berpura-pura nggak terjadi apa-apa?"Sergio mengerutkan bibir tak berdaya. Dia memang punya pemikiran seperti itu.Dia tidak ingin Hazel khawatir, apalagi sampai menangis karenanya.Hazel mendecih, sudah tahu kalau Sergio akan bersikap seperti ini.Meski belum lama menikah, Sergio hampir selalu menunjukkan sisi terbaiknya di hadapan Hazel dan tidak pernah membiarkannya mengetahui sisi rentannya.Hal inilah yang membuat pemahaman Hazel terhadap Sergio terlalu terbatas.Hazel tidak menyukai ini karena membuatnya merasa ada suatu lapisan yang menjadi
Sergio berendam di kamar mandi selama empat jam. Saat efek obatnya benar-benar habis, waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi.Dia mengulurkan tangan untuk menyeka rambutnya yang basah dan berdiri dari bak mandi.Vexal menyiapkan handuk mandi bersih dan jubah mandi untuknya, jadi dia bisa keluar dari kamar mandi dengan nyaman.Begitu pintu terbuka, Sergio melihat tubuh mungil sedang berjongkok di depan pintu.Itu Hazel.Dia berjongkok di lantai, meringkuk seperti bola dan memeluk lututnya dengan tangan. Keadaannya terlihat cukup menyedihkan.Hazel sangat mengantuk, jadi tidak bisa membuka matanya. Kepalanya mengangguk beberapa kali, yang memberikan kesan dia bisa jatuh tersungkur ke lantai kapan saja.Hati Sergio langsung luluh dan dia pun berlutut.Mungkin tatapan Sergio terlalu tajam, jadi Hazel perlahan membuka matanya.Ada lapisan kabut di mata indahnya, membuatnya terlihat tidak fokus dan bingung, seakan masih belum bangun dari tidur.Sergio bertanya padanya, "Kenapa kamu ada di si
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya