Hazel awalnya hanya ingin Sergio tenang, tetapi dia tidak menyangka kalau Sergio akan benar-benar mengalah dan meminta maaf kepadanya.Dia tiba-tiba merasa bersalah, mengedipkan bulu matanya yang panjang dengan ringan, lalu berkata, "Perhatikan lagi untuk lain kali."Setelah mengatakan itu, dia melepaskan diri dari pelukan Sergio dengan lincah, lalu berjalan menuju pintu.Sergio tidak menyadarinya senyuman tipis di bibir Hazel. Sepertinya suasana hatinya sedang baik.Sergio menggelengkan kepalanya tak berdaya, mengangkat kakinya dan berjalan mengikuti.Ervan sedang duduk di dalam mobil. Ketika melihat Hazel sudah berganti pakaian dan berjalan keluar vila, kilatan kejutan tiba-tiba muncul di matanya.Gaun ini dirancang oleh desainer internasional paling terkenal. Dialah yang secara pribadi menghubungi desainer tersebut.Jadi, dia melihat gambar desain dan produk jadinya lebih awal dari Sergio.Saat itu, dia menganggap gaun itu indah. Sekarang dia makin meyakini penilaiannya itu.Hazel m
Setelah menebak apa yang dipikirkan Hazel, Sergio tidak bisa menahan tawa. Dia mencondongkan tubuh dan berkata dengan lembut, "Ya, kita itu suami istri, jadi hati kita saling terhubung. Sekali lihat saja aku bisa menebak apa yang kamu pikirkan."Hazel tidak mempercayai kebohongannya. "Terus kenapa aku nggak bisa menebak apa yang kamu pikirkan?"Sergio meraih tangan Hazel yang ramping dan meletakkannya di jantungnya. Lalu, dia menjawab pelan, "Mungkin karena ini perlu dirasakan dengan hati? Hazel, kalau ingin menebak pikiranku, kamu harus merasakannya dengan hati yang tulus."Melihat Sergio yang mengejeknya dengan raut serius, Hazel merasa tak berdaya sekaligus geli.Siapa yang akan menyangka sosok presdir yang keren, mendominasi dan dingin ini akan bersikap seperti ini?Jika para pengagum Sergio melihatnya, bukankah rahang mereka akan ternganga?Melihat Hazel akhirnya tersenyum, sorot mata Sergio terlihat melembut."Apa sekarang sudah bisa bilang, apa yang kamu khawatirkan?"Hazel meng
Sergio tahu kalau Hazel selalu terlihat keras dan kuat di depan orang lain, tetapi, dia memiliki hati yang lemah dibandingkan siapa pun.Dia berharap Hazel bisa menjadi putri kecil yang angkuh dan nakal seperti saat dia masih kecil. Dia tidak ingin Hazel menekan sifat asli dalam dirinya agar bisa terkesan patuh dan bijaksana.Sergio juga sangat senang. Hazel bersedia mengungkapkan jati dirinya di hadapannya, yang menunjukkan kalau Hazel cukup mempercayainya.**Hotel Lumina.Irma dengan hangat menjamu setiap tamu yang datang ke pesta ulang tahunnya, lengkap dengan senyuman hangat yang terkembang di wajahnya.Mendengar ucapan selamat ulang tahun dari para tamu yang datang, kesombongan Irma pun terpuaskan.Erlina berdiri di belakangnya. Penampilannya yang anggun dan memesona mendapat banyak pujian dari para tamu.Beberapa orang bahkan melontarkan pertanyaan tentang pernikahan Erlina.Erlina dan Keluarga Hardwin memang tidak memiliki hubungan darah secara langsung. Namun, semua orang di l
Diingatkan oleh Dania seperti ini, Krisna tiba-tiba tersadar dan menekan rasa kesal di hatinya."Mana mungkin? Justin sendiri yang secara pribadi menyerahkan undangan ini kepadaku, memastikan kalau aku harus datang. Kita akan jadi keluarga, jadi kenapa harus mempermasalahkan hal sekecil ini?"Krisna sengaja mengatakan kata keluarga dengan cukup keras, membuat para tamu yang berada dekat mereka bisa mendengarnya.Seseorang memandang Darra dengan tatapan ambigu dan tertarik, lalu mengatakan, "Nyonya, sepertinya hari bahagia Justin akan segera tiba!"Sebelum Irma sempat mengatakan sesuatu, Krisna sudah menyela sambil tersenyum, "Nggak secepat itu!"Satu kalimat membuat seluruh tamu yang hadir makin yakin kalau Justin dan Darra akan segera menikah.Mereka semua tersenyum dan memberi selamat."Tuan Krisna, Nyonya Irma, kalau mengadakan pesta pernikahan, jangan lupa undang kami semua, ya?"Krisna menjawab sambil tersenyum bangga.Gigi Irma bergemeletuk geram saat menyaksikan situasi ini, ing
Sergio sepertinya merasakan kegugupan Hazel. Dia memegang erat tangan Hazel, mengusap punggung tangannya, mencoba untuk menenangkannya.Hazel memandangnya dan merasa jauh lebih tenang, lalu memasang senyuman lembut di wajahnya.Pada saat ini, seseorang di antara kerumunan ada yang mengenali identitas Hazel dan tidak bisa menahan seruannya."Bukankah dia wanita yang ditinggalkan Justin? Kenapa masih berani muncul di sini?"Mendengar ini, Sergio menatap ke arah orang itu dengan sorot dingin dan tajam.Orang yang berbicara langsung terkejut, menutup mulutnya dan mundur beberapa langkah.Melihat gerakan mundur dan menghindar orang itu, Sergio langsung mencibir.Di hadapan semua orang, dia memeluk pinggang ramping Hazel dan menariknya ke dalam pelukannya."Perkenalan, ini istriku, Hazel. Kalian harus perhatian kata-kata kalian saat di depannya. Kalian semua harusnya sudah tahu aku orang yang seperti apa. Kalau aku sampai tahu kalian tidak menghormatinya ...."Sebelum Sergio selesai berbicar
Setelah Hazel dan Sergio melangkah masuk ke dalam, situasi yang semua tenang kini langsung meledak.Mereka semua tidak mempercayai apa yang barusan mereka saksikan."Bukankah Hazel itu tunangan Justin? Kenapa dia sekarang menjadi istri Sergio?""Wah, tidak masuk akal sekali. Bukankah senioritas dalam keluarga bakal kacau?""Katanya Justin dan Darra akan menikah. Kalau Tuan Sergio benar-benar menikah dengan Hazel, apa Nyonya Liana bakal kasih izin Darra menikah dengan Justin?"...Melihat keributan para tamu, Irma benar-benar sangat marah.Perjamuan indah dirusak oleh Sergio dan Hazel!Benar-benar sangat menjengkelkan."Nggak bisa begini. Aku harus kasih pelajaran buat Hazel, biar dia tahu sehebat apa aku ini!"Irma menginjak sepatu hak tinggi dengan kesal, berniat melabrak Hazel. Namun, niatnya dihentikan oleh Erlina tepat waktu."Tante, ada banyak tamu terhormat yang datang malam ini. Bertengkar hanya akan berdampak buruk pada reputasi tante. Tunggu sampai jamuan makan selesai."Barus
Jejak keterkejutan muncul di mata Hazel. "Kenapa kamu bilang begitu?"Meskipun Erlina sangat tergila-gila dengan Sergio, bahkan sampai beberapa kali membuat Hazel marah, kenapa Rafael bisa melihat semuanya dengan jelas?Bukankah banyak pria yang tidak bisa melihat dengan jelas tipu muslihat wanita?Rafael menunjukkan senyum cerah di wajahnya dan mengangkat tangannya untuk menyisir rambutnya. Sikapnya ini seakan sedang menyebarkan pesona yang tidak ada habisnya."Hazel, jangan berprasangka buruk! Nggak semua pria nggak bisa memahami wanita. Aku contohnya."Setelah mengatakan itu, dia sengaja mengedipkan mata pada Hazel.Hazel, "..."Kenapa dia terlihat sangat bangga?Namun, dalam hati Hazel tahu kalau Rafael mengingatkannya dengan niat baik. Jadi, dia tersenyum dan mengangguk, lalu menjawab akan mengingatnya.Rafael akhirnya merasa lega dan menarik Vexal menjauh.Biasanya dia terlalu malas untuk ikut campur dalam urusan orang lain. Namun, salah siapa Hazel itu istri Sergio?Yang penting
Rafael seakan tidak mendengar, malah tersenyum makin lebar. "Jangan marah, keponakan. Aku dan Om Sergio itu teman baik, jadi panggilan ini nggak salah."Justin sangat kesal sampai menepis tangannya, lalu bertanya dengan alis berkerut, "Apa yang kamu inginkan?"Rafael menahan senyuman di bibirnya, sorot matanya perlahan menjadi acuh. "Justin, mau main-main pun harus lihat tempat."Justin ingin melawan, tetapi melangkah mendekat saat mendengar suara ribut di sebelah sini."Apa yang kalian lakukan?"Mendengar suara marah Sergio, bahu Justin bergetar hebat."Om."Sergio bahkan tidak memandangnya, hanya berjalan melewatinya dan menghampiri Hazel.Pria yang barusan menunjukkan sorot mata tajam, tiba-tiba menunjukkan ekspresi berbeda saat berada di depan Hazel. Ada kelembutan yang tak terlihat di matanya yang dalam dan dingin."Hazel, kamu diganggu?"Hazel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia menggandeng lengan Sergio, lalu menjawab, "Nggak, kok. Aku bukan orang yang diam saja kalau dig
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya