Ervan tidak bisa menahan rasa penasarannya, jadi bertanya dengan ragu, "Apa ini ada hubungannya dengan Nyonya?"Wajah tampan Sergio tampak menegang sesaat, lalu dia mengangguk.Ekspresi Ervan langsung tercerahkan, sudah menduga kalau inilah akar masalahnya.Selain Nyonya, siapa lagi yang bisa membuat tuannya ini menunjukkan ekspresi seperti itu?"Tuan, lebih baik katakan saja apa yang mengganggu hati Tuan. Siapa tahu saya bisa membantu."Sergio berpikir sejenak dan merasa apa yang dikatakan Ervan masuk akal. Jadi, dia menanyakan keraguan di hatinya, "Aku mau kasih hadiah buat Hazel. Menurutmu, hadiah apa yang bagus?"Ervan berpikir sejenak dan bertanya, "Apa ada perayaan khusus?"Melihat ekspresi bingung Sergio, Ervan kembali menjelaskan, "Misalnya saat perayaan ulang tahun, hari kasih sayang dan hari jadi pernikahan para pasangan saling memberi hadiah."Sergio menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada perayaan khusus, aku cuma ingin kasih dia hadiah saja."Sergio bukan orang yan
Locusa Bar.Sergio berjalan melewati lobi yang bising di lantai satu dan langsung naik lift ke lantai tiga.Bar ini dibuka oleh Rafael dan dia juga punya saham di sini. Jadi, mereka bertiga sudah memesan ruang pribadi agar lebih tenang.Setiap kali berkumpul, mereka memilih untuk datang ke sini.Lingkungan di lantai atas tidak hanya sepi, tetapi juga cukup privat. Mereka punya wilayah sendiri dan tidak perlu khawatir ada yang mengganggu.Sergio naik ke atas dan membuka pintu ruangan.Setelah melihat pemandangan di dalam ruangan, alis tajam Sergio langsung berkerut.Rafael dan Vexal sedang duduk di sofa sambil minum. Ada dua wanita yang berada di dalam pelukan Rafael.Kedua wanita itu mengenakan pakaian seksi, tubuh molek dan riasan yang tebal dan cantik. Penampilan mereka sangat menawan dan mempesona.Kedua gumpalan di dada mereka terus bergesekan dengan tubuh Rafael. Tatapan mereka kabur dan ambigu.Rafael duduk di tengah, memegang gelas di tangan dan menggoyangkannya dengan lembut. A
"Pergi, aku sudah menikah."Tangan wanita yang memegang gelas anggur itu berhenti, sorot matanya dipenuhi rasa tidak percaya.Mereka yang datang ke sini untuk bermain termasuk yang sudah menikah dan belum menikah.Mereka datang ke sini untuk bersenang-senang di belakang istri mereka. Wanita yang ada di sini menerima pelatihan khusus, tahu kata-kata apa yang harus diucapkan dan postur apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan pria.Oleh karena itu, banyak pria yang sering berkunjung ke sini meskipun mereka sudah menikah.Meskipun aturan yang diterapkan di sini cukup ketat, ini tidak berlaku untuk para wanita yang bekerja di sini.Di sini, para wanita tidak dipaksa untuk menjual tubuhnya demi menyenangkan laki-laki. Jika mereka dimanfaatkan oleh laki-laki di luar keinginan mereka, pihak bar akan membantu menyelesaikan masalah tersebut.Namun, jika mereka benar-benar ingin berhubungan dengan orang berpengaruh, pihak bar tidak akan menghentikannya.Namun, jika sudah sampai pada tingkat y
Setelah kedua wanita itu pergi, Sergio tetap berdiri di depan pintu tanpa bergerak.Rafael tersenyum acuh tak acuh dan melambai padanya. "Sergio, cepat masuk. Apa berdiri di situ, mau jadi penjaga pintu?"Sergio mengerutkan kening dengan jijik dan memerintahkan dengan suara yang dalam, "Ganti ke ruangan lain."Rafael mengangkat matanya dengan bingung, lalu bertanya, "Bukannya ruangan ini baik-baik saja? Kita juga pernah minum di sini sebelumnya, kenapa harus pindah?"Sebelum Sergio menjawab, Vexal berdiri dan berjalan keluar, "Aku setuju, pindah ruangan."Dia sudah menahan diri cukup lama di ruangan ini.Sebagai pria yang sangat gila kebersihan, dia tidak tahan berada dekat dengan wanita-wanita itu.Namun, Rafael sangat kekanak-kanakan. Makin Vexal tidak menyukai sesuatu, Rafael makin bersikeras melakukannya, seolah-olah sengaja menentangnya.Kalau saja hari ini dia tidak mempunyai sesuatu yang penting untuk didiskusikan dengan Rafael, dia pasti sudah pergi sejak tadi.Sekarang, Sergio
Sudah sekitar setengah jam Sergio berada di dalam ruangan dan ponselnya tiba-tiba berdering.Dia mengangkat telepon dan tidak tahu apa yang dibicarakan di ujung telepon, ekspresi wajahnya langsung berubah."Tunggu, aku akan segera kembali."Setelah menutup telepon, Sergio berdiri, mengambil jasnya dan berjalan keluar. "Aku pergi dulu. Kalian lanjutkan saja."Jarang sekali Rafael melihatnya segugup itu. Jadi, dia bertanya, "Apa yang terjadi? Kenapa kamu panik begitu?"Sergio menjawab serius, "Pak Firdan bilang katanya ibuku lagi nggak enak badan. Aku akan pulang dan melihat keadaannya."Kediaman lama Keluarga Hardwin.Saat ini, rumah berada di tengah perang dan kekacauan.Firdan mengundang dokter keluarga untuk memberikan perawatan kepada Liana.Para pelayan tidak berani bernapas terlalu keras. Irma dan Justin berdiri di samping tempat tidur Liana dengan kepala tertunduk dan mulut terkunci rapat.Setelah memasuki kamar tidur Liana, Sergio melihat Liana terbaring pucat di atas ranjang.D
Saat Hazel tiba, suasana di kamar tidur Liana sangat suram.Semua orang terlihat muram, terutama Justin dan Irma.Saat Liana melihat Hazel masuk, matanya langsung berbinar. "Hazel, cepat kemari."Hazel berjalan dengan patuh, membiarkan Liana memegang pergelangan tangannya, lalu bertanya dengan cemas, "Bu, apa ibu sudah merasa lebih baik?"Liana melambaikan tangannya dan berkata dengan acuh, "Ibu sudah minum obat, jadi sudah nggak apa-apa. Mereka saja yang sudah berlebihan."Hazel memegang erat tangan Liana dan memperingatkan, "Ibu nggak boleh menyembunyikan apa pun dari kami lagi. Kalau nggak enak badan, katakan saja pada Pak Firdan."Dengan kedatangan Hazel, suasana di dalam ruangan tiba-tiba menjadi sedikit santai.Irma cemberut, dalam hati sangat enggan.Dia juga seorang menantu di keluarga ini, tetapi Liana tidak pernah berpihak kepadanya.Dia melahirkan cucu laki-laki untuk Keluarga Hardwin, tetapi apa yang Hazel lakukan untuk Keluarga Hardwin?Dia hanya seekor rubah betina dan pe
Liana melanjutkan, "Saat kecil, kamu suka dekat-dekat sama Sergio. Kamu hanya bolehin dia dan ibumu saja yang menggendongmu. Kamu bakal nangis kalau ada orang lain yang menyentuhmu."Pipi Hazel agak merah dan dia agak malu.Itu karena dia tidak menyangka akan bersikap seperti ini ketika masih kecil.Dia selalu berpikir bahwa dia dan Sergio tidak pernah saling berhubungan.Tidak disangka, Sergio justru pernah merawatnya saat masih kecil.Melihat ekspresi malu-malu Hazel, Liana hanya bisa tersenyum.Dia melambai kepada Hazel, memberi isyarat agar dia mendekat. Lalu, Liana bertanya dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Hazel, seberapa jauh kemajuan hubunganmu dan Sergio?"Bertatapan dengan mata Liana yang penuh kasih sayang, pipi Hazel langsung memerah dan matanya memandang ke mana-mana. "Bu, apa yang Ibu bicarakan? Aku nggak ngerti."Liana mengusap puncak kepala Hazel dengan lembut dan terkekeh, "Kenapa malu-malu begitu? Sergio memang sangat dingin, tapi dia orang ya
Pada akhirnya, Hazel tidak jadi pergi.Itu karena Sergio terus menempel dan memeluknya, menolak untuk melepaskannya.Ke mana pun Hazel pergi, Sergio terus mengikutinya, seolah takut Hazel akan pergi jika dia tidak mengikutinya.Ini pertama kalinya Hazel melihat Sergio bersikap seperti ini. Menurutnya, itu hal baru dan sedikit lucu.Begitu Hazel mengatakan akan menemani Liana, Sergio akan mengerucutkan bibirnya tanpa ragu.Bahkan Hazel sempat membuka mulutnya beberapa kali, tetapi bibirnya tertutup rapat sebelum dia bisa berbicara.Setelah mendapatkan hukuman beberapa kali, bibir Hazel bengkak karena ciuman dan dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.Sergio mengerutkan bibir puas, mengambil pengering rambut di tangan Hazel dan berinisiatif mengeringkan rambutnya.Hazel agak malu dan ingin mengambil kembali pengering rambut itu. "Om, aku bisa melakukannya sendiri."Sergio langsung mengelak dan bersikeras, "Aku saja. Mulai sekarang, aku yang akan mengeringkan rambutmu."Rafael
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya