Sudut pandang Valerie:Yah, baiklah kalau "segera" ternyata hanya lima menit!Aku bahkan belum sempat duduk di tempat tidur sebelum dia kembali. Aku bahkan tidak mendengar suara mesinnya mendekat. Aku tidak mendengar apa pun sampai dia membuka pintu. Maksudku, aku tidak sadar apakah dia benar-benar pergi atau tidak karena aku sedang kesal. Mungkin dia sama sekali tidak pergi."Aku masih kesal, meskipun kamu hanya pergi lima menit!" gumamku sendiri, menghitung detik setelah mendengar suara pintu bawah tertutup.Aku benar-benar gagal menahan senyuman yang mulai terbentuk di bibirku.Aku tidak mengira dia akan kembali. Maksudku, ini menyangkut nyawa Alisa. Aku sudah cukup terkejut saat dia tidak memintaku untuk pergi dan membantunya.Aku tidak tahu apakah dia akan kembali jika aku tidak sedang hamil, tetapi bahkan jika dia melakukannya hanya demi bayi ini ....Mungkin kami masih punya kesempatan untuk mempertahankan pernikahan ini.Aku tidak tahu kalau dia begitu peduli dengan bayi ini. S
Sudut pandang Valerie:Aku memaksa otakku untuk tidak memikirkan betapa mungkinnya Marcel yang menggali kotak perlengkapan seniku dari masa lalu, menyimpannya di dekat tempat tidurnya dan merawatnya.Menyelamatkan bayiku adalah hal yang paling penting saat ini. Senjata hanyalah pilihan terakhir. Aku benar-benar berharap tidak perlu menggunakannya. Aku sama sekali tidak berniat bertarung dengan seseorang sementara ada janin seberat beberapa pon di dalam perutku.Memanggil bantuan adalah pilihan terbaik. Namun bagaimana? Bagaimana caranya memanggil bantuan tanpa ponselku?Mataku tertuju pada jendela .... Sistem keamanan. Jika ada jendela atau pintu yang rusak, alarm akan langsung berbunyi. Nomor darurat yang terdaftar adalah milikku, jadi jika aku tidak mengabaikannya atau mematikan alarm, pihak keamanan pasti akan datang memeriksa.Namun, memecahkan jendela berarti menunjukkan keberadaanku.Aku harus memicu alarm secepat mungkin, tetapi begitu alarm berbunyi, siapa pun yang ada di dalam
Sudut pandang Marcel:Aku tidak bisa mengusir bayangan wajah sedih Valerie dari pikiranku.Semakin aku mencoba memahami dan merasakannya, semakin aku menyadari betapa mustahilnya memperbaiki semuanya. Aku pikir aku sudah menjaga batasanku sebagai seorang suami ketika bersama Alisa, tetapi aku gagal melihat bahwa setiap menit aku pergi darinya, kasih sayang, kepercayaan, dan kebahagiaan istriku perlahan terkikis.Dia mencintaiku saat kami menikah, tetapi binar itu sudah padam dari matanya. Cahaya kebahagiaan ketika melihatku dan akhirnya, kepercayaan di matanya digantikan dengan kekecewaan.Kekecewaan yang kulihat saat aku meninggalkannya hari ini.Padahal dia baru mulai tersenyum padaku lagi.Aku bahkan tidak berani membayangkan seberapa besar keberanian yang dia butuhkan untuk memberitahuku tentang bayi kami. Saat itu, aku tidak melihat kebahagiaan karena buah dari pernikahan kami tumbuh di dalam dirinya. Aku tidak melihat kegembiraan seorang wanita yang untuk pertama kalinya mengalam
Sudut pandang Marcel:"Apa yang terjadi?" tanyaku pada Joshua. Pasti ada sesuatu yang memicu Alisa. Hari ini dia hanya bertemu dengan Valerie dan aku. Dia baik-baik saja saat pergi dalam dekapan saudara laki-lakinya yang baru ditemukan."Dia meneleponmu sebelum kami menemukannya di kamarnya, berlumuran darah." Joshua menatapku dengan penuh kebencian. "Jadi, katakan padaku, apa yang terjadi pada putriku? Dia mencintaimu!"Suaranya pecah ketika dia mengucapkan kata "cinta" dan saat itulah untuk pertama kalinya aku menyadari ....Alisa tidak mencintaiku. Dia tidak pernah mencintaiku. Dia menginginkanku.Dia menuntut waktuku, cintaku, dan perhatianku. Dia hanya akan bahagia jika mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dariku. Dia tidak pernah peduli dengan apa yang aku inginkan, tidak seperti Valerie."Aku akan menemuinya." Aku membuka pintu ruang rawat Alisa, tidak ingin membuang waktu dengan Joshua.Ruangan itu gelap dan sunyi. Alisa meringkuk di bawah selimut, membelakangi kami. Sulit unt
Sudut pandang Joshua Salim:Alisa tidak menyayat pergelangan tangannya. Dia hanya mencari alasan untuk bertemu dengan Marcel.Kami baru tahu tentang itu setelah kami membawanya ke rumah sakit. Aku tidak percaya anak perempuan kami, gadis kecil yang telah kami lindungi dengan sangat hati-hati, akan bermain-main dengan hidupnya seperti lelucon begini. Namun, pilihan apa yang kami punya ketika yang diinginkan oleh gadis kecil kami hanyalah berbicara dengan pria yang dia cintai dengan sepenuh hati?Apakah aku punya pilihan lain selain mengikuti permainannya? Tidak. Sama seperti dua puluh tahun yang lalu.Aku tidak tahu mengapa Ava begitu terobsesi dengan Marcel Tanzil, tetapi apa lagi yang bisa dilakukan seorang ayah? Marcel kaya, memiliki wajah tampan, dan yang terpenting, Ava benar-benar peduli kepadanya, sangat peduli. Itu yang bisa aku lihat. Lagi pula, aku tidak benar-benar menentang bantuan Marcel terhadap bisnis keluarga kami juga.Namun, Marcel tidak lagi tertarik kepada Ava belaka
Sudut pandang Marcel:Valerie terluka.Perusahaan sistem keamanan menemukan Valerie setelah alarm berbunyi. Namun, tidak ada tanda-tanda penyusupan, bahkan alarm berbunyi karena lampu dilemparkan melalui jendela, dari dalam. Rupanya, Val menyayat pergelangan tangannya dan jatuh dari tangga.Val dibawa ke rumah sakit ketika Miko tiba di sana, rumah sakit yang sama dengan Alisa. Yang dilihat Miko hanyalah genangan darah di dekat tangga. Aku tidak tahan mendengar laporannya melalui telepon, tetapi aku juga tidak berani melewatkan apa pun.Perjalanan dari bangsal Alisa ke gedung gawat darurat adalah neraka terpanjang yang harus kulalui. Lebih baik aku mati seribu kali kalau itu bisa memutar balik waktu."Di mana dia?" tanyaku kepada Miko saat aku tiba di sana, hanya untuk menyadari bahwa dia bukan satu-satunya yang menunggu di ruang gawat darurat.Liana Tantra, Aurel Demian. Semua berhasil sampai sebelum aku. Bahkan ...Diego Kumala.Para gadis itu berpelukan, mencoba saling menghibur. Pri
Sudut pandang Marcel:Okto pergi sendirian.Diego menutupi wajahnya, mengabaikanku sepenuhnya sementara dia menunggu dengan penuh keputusasaan. Begitu juga dengan dua teman Val. Aku sebenarnya tetap akan tinggal jika itu bisa membantu, tetapi aku tahu di mana aku lebih dibutuhkan.Aku harus pergi menemui Alisa.Jika seluruh bank darah saja tidak cukup, sumbangan seorang pria tentu tidak akan cukup. Aku selalu khawatir dengan kondisi Alisa, tetapi kami memiliki Valerie yang bisa diandalkan ketika Alisa membutuhkan darah, jadi aku tidak pernah berpikir bahwa wanita sehat dan kuat itu suatu hari akan terbaring di ruang gawat darurat, menunggu darah langka untuk menyelamatkan hidupnya.Satu-satunya orang yang bisa membantu adalah saudara perempuannya yang baru saja bertikai dengan kami.Aku tahu akan sulit untuk mendapatkan bantuan dari Alisa, tetapi aku tidak tahu akan sesulit ini."Apa yang kamu lakukan di sini?" Joshua Salim menjaga pintu, mendengus kepadaku. Dia sudah menggeram kepadak
Sudut pandang Valerie:Perutku kosong. Hal pertama yang kurasakan saat pikiranku terbangun adalah kekosongan yang mengerikan.Bukan hanya perutku. Seluruh tubuhku dikosongkan oleh mimpi panjang dan gelap yang menjebakku.Marcel ada di dalamnya, begitu pula Alisa, Joshua Salim, Aveline Salim, Diego Kumala. Mereka menyatu menjadi bayangan yang membungkusku begitu erat hingga aku tidak bisa bernapas. Namun, aku tidak bisa mati dalam mimpiku. Jadi, aku hanya bisa tercekik berulang kali, seperti terkubur hidup-hidup di peti matiku, menyaksikan hidupku berlalu di depan mataku. Secara harfiah.Dalam mimpiku, aku bukanlah Valerie, aku adalah hantu yang menyaksikan Valerie kecil menderita melalui semua kebohongan, bahaya, rasa sakit, dan darah, sampai anak itu membujuknya ke hutan gelap, melewati itu, lalu mobil yang hancur.Itu bukan mimpi. Itu semua nyata. Itu ingatanku. Aku tidak bisa mengingat apa pun dari kecelakaan mobil itu, tetapi aku menyaksikannya. Di dalam mimpi yang dalam ini, aku m
Tentu ada cincin yang jauh lebih mahal, tetapi bukan cincin ini.Tentu, ini adalah hati dari Marcel Tanzil yang terhebat, tetapi dia bahkan masih remaja ketika merancang cincin itu. Dia memiliki sumber daya terbatas … baiklah, terbatas sebagai seorang Keluarga Tanzil. Tetap saja, desainer cincin itu adalah teman keluarganya, dan batu permata itu, meskipun langka, hanya sebanding dengan uang jajan Marcel pada waktu itu.Yang paling berharga dari cincin itu hanyalah emosi yang disimpannya.Val kesal dengan strategi licik Marcel, mengikuti tawarannya hanya dengan menaikkan 150 juta setiap kali, lalu tiba-tiba menggandakannya. Siapa pun, bahkan Nico sekalipun, andai dia ada di sini hari ini, pasti akan ragu setidaknya untuk sesaat.Sambil menatap Marcel dengan tajam, Val tidak mengangkat papannya. Baiklah! Marcel sangat menginginkan cincin sialan itu? Dia boleh mendapatkannya! Toh Val bukan kemari untuk cincin bodoh itu juga.Marcel melihat ke arahnya. Merasa menang? Val bertekad untuk tid
Marcel mengajukan penawaran lagi.Val bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah kedua pria yang menaikkan harga untuk cincin kecil itu. Dia bersandar ke kanan dengan sikunya di lengan kursi seperti kucing malas, mata ungunya yang dingin tampak acuh tak acuh, memancarkan aura ratu yang mematikan. Namun, hanya sedikit yang bisa melihat lengkungan halus di bibirnya.Dia tahu Marcel menginginkan cincin itu, sangat menginginkannya.Val datang untuk kalung ibunya, tetapi sesampainya di sana, dia tahu Marcel akan datang … karena cincin itu ada di daftar.Dia sudah tahu tentang cincin itu sejak lama. Sebenarnya, dia sudah tahu keberadaan cincin itu sepanjang hidupnya. Seperti remaja pada umumnya, dia ingin tahu segala sesuatu tentang pria yang disukainya, dan dia menemukan tentang cincin itu ketika itu masih sebuah gambar di buku catatan Marcel.Dia tahu bahwa Marcel sedang mendesain sebuah cincin, dia menyaksikan cincin itu menjadi nyata, disimpan oleh pria itu dalam kotak beludru kecil,
"Pria di lantai dua."Papan Marcel bahkan tidak memiliki nomor, hanya satu huruf, Z.Tidak mungkin Marcel bisa melihat dan memperhatikan Alisa dari jendela besar di lantai dua itu, tetapi Alisa merasa seolah-olah Marcel meliriknya dengan dingin ketika dia baru saja mengangkat papannya.Air mata akibat merasa teraniaya memenuhi mata Alisa.Alisa seharusnya ada di sana. Dia seharusnya menjadi ratu dari Keluarga Tanzil, dan dia mendapatkan gelarnya dengan sah. Namun, pria itu sekarang menyingkirkan semua kata dan janji manisnya, dan hanya menatapnya dengan dingin.[ Marcel, No. 86 adalah aku. ]Alisa mengetik di ponselnya, tetapi ragu ketika jarinya melayang di atas tombol "kirim".Kata demi kata, Alisa menghapus pesan itu, dan mengirimkan pesan lain sebagai gantinya. [ Marcel, aku di lelang hari ini. ]Tidak ada balasan.Sambil memegang ponselnya, Alisa menatap Marcel. Pria itu duduk di sana dengan wajah datar, matanya bahkan tidak beralih ke meja tempat ponselnya berkedip.Alisa menggi
"Mereka nggak datang!" desis Alisa kepada Joshua Salim, matanya melirik ke sekeliling dengan tergesa-gesa, tidak bisa tetap tenang lebih dari tiga detik.Alisa tidak sabar untuk menyingkirkan Valerie secara permanen dari hidupnya. Dia tidak tahu Valerie sedang hamil saat dia menjegalnya di tangga, tetapi itu tidak berarti dia tidak senang dengan hasilnya. Dia membuat Valerie masuk penjara. Dia mendapatkan Rumah Z, mesin pencetak uang. Dia juga mendapatkan gelar Nyonya Marcel.Dia dan Marcel memang tidak seperti dahulu lagi, tetapi hal itu sekarang tampaknya merupakan masalah yang jauh lebih sepele dibandingkan Valerie si psikopat yang datang mengejar dirinya.Sejak Valerie muncul di pesta reuni, Alisa tidak bisa tidur nyenyak sehari pun.Alisa tahu Valerie tidak akan melepaskannya begitu saja kali ini, dan dia tahu pasukan lamanya, yaitu ibunya, ayahnya, dan Marcel, tidak memiliki kekuatan atas Valerie sekarang. Bahkan kakak laki-lakinya yang hanya seorang penindas itu sedang bersembun
"Aku akan menceraikannya dengan syarat," tambah Alisa sambil cemberut. "Dia berutang pernikahan itu kepadaku. Dia juga nggak pernah memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.""Darah yang kita berikan kepadanya adalah darah Valerie sejak awal. Apa yang kamu harapkan saat kamu memaksanya menikahimu?" Joshua Salim menghela napas, menggelengkan kepala perlahan dengan kekecewaan di matanya.Joshua Salim telah melakukan hal-hal buruk demi istri dan putrinya. Dia pikir dirinya telah melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi keluarganya, tetapi dia tidak pernah menduga putrinya hanya akan belajar trik kotor darinya."Ayah memaksa Ibu, tapi semuanya baik-baik saja," kata Alisa sambil mengangkat bahu dengan nada acuh tak acuh."Apa kamu bilang?" Joshua Salim mengangkat tangannya, dan Alisa membeku dengan air mata ketakutan. Pada akhirnya, tangan itu tidak mendarat.Joshua Salim menghela napas dalam-dalam dan panjang. Dia menggenggam tinjunya untuk menyembunyikan gemetar di tangannya.Aveli
"Ini akan membuat Valerie marah!"Alisa menghela napas sambil menatap ayahnya dan memutar matanya saat mereka melewati lorong temaram bersama para peserta lelang.Bukan berarti Alisa bersedia menyerah kepada Val soal kalung itu, tetapi menjual kalung itu secara terbuka kepada Val hanya akan menjadi deklarasi perang, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh ayahnya yang berhati-hati. Namun, Joshua Salim tampaknya sudah bertekad untuk melanjutkannya.Lelang ini memperbolehkan topeng, toh sebuah topeng sederhana tidak bisa menyembunyikan identitas seseorang, terutama di kalangan orang-orang yang mampu berada di sini. Namun, tetap saja, Alisa mengenakan topeng. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan gaun yang lebih menantang dengan punggung yang terbuka hingga ke pinggangnya, untuk mengelabui orang, seperti yang dia katakan.Namun, Joshua Salim tahu ini hanyalah cara Alisa untuk melampiaskan perasaannya setelah perselisihan dengan Marcel. Dia mengenal putrinya lebih baik daripada siapa pun. Se
"Apa ... apa kamu tahu tentang Keluarga Kumala?" Apa kamu tahu bahwa kamu baru saja memarahi pewaris dari salah satu keluarga paling berkuasa di negara ini? Inilah pertanyaan sebenarnya, yang tidak berani ditanyakan oleh Val.Val melirik ke arah Nico, dengan sedikit kecemasan terdengar dalam suaranya yang bahkan tidak dia sadari sendiri.Mereka menjemput Liana sebelum mengakhiri hari itu. Nico bermain dengan Jelita sepanjang perjalanan ke rumah Liana. Val tidak ingin membicarakan Diego di depan Liana atau Jelita, jadi dia hanya diam karena rasa bersalah yang terus menggerogotinya.Kesepakatan Val dengan Nico adalah tentang Keluarga Salim. Nico membutuhkan Val karena pria itu tidak ingin ada noda di namanya, jadi Val berpikir pria itu tidak akan senang jika harus bermusuhan dengan Keluarga Kumala.Nico menoleh, matanya yang dalam tertuju pada Val sebelum dia mengangguk. "Ya, aku tahu."Val menelan ludah tanpa disadari.Haruskah dia memberitahu pria itu siapa Diego sebenarnya? Nico membe
"Diego Kumala!" seru Val dengan marah. "Ini benar-benar nggak bisa dipercaya! Ini sudah sangat rendah, bahkan untukmu!"Di balik sudut jalan, berdiri pria yang dia marahi. Di wajah pria itu, ada rasa malu, terkejut, dan ... sedikit rasa marah, marah kepada adik iparnya yang baru saja mencampakkannya agar adik perempuannya tidak kehilangan kendali melihat si mantan suami menculik putri temannya.Betapa kacaunya keluarga asalmu."Liana menolakmu, 'kan?" Val menyilangkan tangan di depan dada, menatap Diego seperti induk kucing yang marah. "Itu sebabnya kamu bersembunyi di sini?""Ehh ... nggak juga ...." Pria itu menggaruk rambutnya dengan senyum meminta maaf. Liana tidak bilang "tidak". Wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya yang jutaan kali, begitu juga Val. "Ini murni kebetulan, tapi aku sangat senang bisa melihatmu, Jelita …."Val menyipitkan matanya. Diego cepat-cepat meminta maaf dan mengoreksi, "Maksudku, Valerie.""Namaku Val, dan aku lebih bahagia tanpa kamu, terima k
"Siapa yang mengajarimu memanggilnya Mama Val?" tanya Marcel, mengamati Val dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Val, tetapi juga tidak kehilangan jejak Val.Marcel tidak tahu Val ada di sini dan tidak mengira Jelita akan melompat dari komidi putar saat melihatnya. Dia tahu bahwa Liana membawa Jelita ke sini, jadi dia datang."Dia memang Mama Val .…" jawab Jelita dengan nada terluka dan merasa bingung."Apa dia tahu aku papamu?" tanya Marcel, sudah mengetahui jawabannya.Val tidak tahu. Kalau tahu, Val pasti sudah menghubungkan semuanya.Marcel perlu memberi tahu Val, tetapi dia tidak bisa, karena Nico.Sekeras apa pun Marcel berusaha menyelidiki pria itu, dia tidak menemukan hal yang aneh. Pria itu terlihat bersih. Adam Samid. Itu nama yang ditemukan Marcel. Nama yang sangat biasa, hampir membosankan.Marcel bahkan menemukan mengapa Nico membenci Keluarga Salim. Perusahaan kecil milik Joshua Salim yang sangat dia jaga selama bertahun-tahun itu dibeli dari seorang "Samid" dengan h