Sudut pandang Valerie:Marcel sedang mandi.Pikiranku kacau di dalam mobil. Aku bahkan tidak bisa mulai memikirkan pengakuan Joshua, pertanyaan Diego, atau bahkan sekadar tawaran Marcel. Pada akhirnya, keputusan paling mudah adalah dia harus mengganti bajunya yang basah.Dia menerima tawaranku, tetapi malah mengisi air panas di bak mandi dengan garam favoritku dan bersikeras agar aku mandi lebih dulu. Itu sangat membantu. Aku menikmati waktu di sana, merasakan kehangatan air melunakkan otot-ototku yang kaku. Aku baru keluar dan mendapati dia tidak mandi lebih dulu, tetapi malah menungguku dalam keadaan masih mengenakan kemeja basah.Dengan piama lembut dan sandal rumah yang hangat, aku meringkuk di atas bantal di jendela, menatap pemandangan malam yang tenang di luar. Aku tidak merindukan pemandangan ini. Dulu, aku sering duduk di sini saat harus menunggu suamiku pulang lewat tengah malam, atau ketika dia meninggalkanku sendirian setelah pertengkaran lain.Namun sekarang, pemandangan i
Sudut pandang Alisa:Ibu menyuruhku mandi air hangat saat Ayah pergi menangani "parasit" yang mendorongku ke danau.Aku tidak percaya rencanaku berjalan semulus ini. Aku selalu tahu cara memancingnya, mulai dari membujuknya kabur dari rumah hingga membuatnya mendorongku ke air. Dia menuliskan semua pikirannya di wajahnya.Aku tahu menyebut kalung itu akan membuatnya marah dan dia mengira aku akan menyakitinya secara fisik. Aku tidak sebodoh dia! Dia melakukan persis seperti yang sudah kuduga yaitu mendorongku ke danau di depan Marcel.Marcel benci perundung dan ini pasti akan membuat hubungan mereka retak.Sejak dia memberi tahu Marcel tentang kesalahpahaman sepuluh tahun lalu, dia mulai menjaga jarak denganku. Dia tidak mau menemuiku meski aku memohon, tidak membalas pesanku, bahkan menyuruh sekretarisnya untuk menjawab teleponku! Aku tidak pernah mengatakan bahwa akulah gadis yang dia selamatkan, aku hanya mengiyakan saat dia bertanya tentang rok kuning itu.Aku tahu dia marah padaku
Sudut pandang Alisa:Apakah dia masih Ayah yang memanjakanku setiap kali aku mengerjai Valerie si jalang? "Untuk apa? Dia mencuri dariku! Dia bahkan nggak akan bisa berbicara dengan Marcel kalau dia nggak memaksakan dirinya masuk ke keluargaku! Mendapatkan tempatnya di Keluarga Kumala baru permulaan untuk mengambil kembali apa yang dia utang padaku!""Kamu bukan ...!" Ayah hampir berteriak, tetapi dia menahan diri dan mengubah nadanya menjadi lebih sabar. "Kamu benar-benar berpikir kalau tes DNA itu bisa menipu siapa pun? Selain cara lain, Valerie benar-benar mirip dengan ibunya!""Lalu kenapa? Kamu sudah menyebarkan berita dengan aku yang mengenakan kalung itu!" Aku menatapnya ngeri, tidak yakin kalau aku mendengarnya dengan benar. "Semua orang sudah tahu kalau aku adalah putri Keluarga Kumala sekarang dan kamu mau mengumumkan kalau itu adalah kesalahan, di hari ulang tahunku? Kamu akan menghancurkanku!""Itu lebih baik daripada membiarkan mereka mengetahuinya nanti," kata Ayah dingi
Sudut pandang Valerie:Marcel meletakkan ponselnya di antara kami dan menghidupkan pengeras suara.Dengan diam, aku memeluk lutut dan meringkuk agar jari-jari kakiku tidak menyentuh ponselnya. Dia menatapku dengan makna tersirat saat menjawab Alisa, "Aku akan menelepon Joshua sebelum mengirimkan dokter ke sana. Coba istirahat kalau bisa, atau kamu nggak akan bisa menghadiri pesta ulang tahunmu sendiri ...."Alisa langsung menangis dan aku refleks menjauh dari ponsel.Marcel mengambil ponselnya dan meletakkannya di sisi lain, menjauhkannya dariku. Dia mendekat sedikit, lalu meletakkan tangannya yang hangat di tulang keringku, memijatnya perlahan dengan tekanan yang lembut. Aku mengerutkan hidung padanya, lalu mengetik di ponselku.[ Kamu cuma melakukan ini demi bayiku! ]Dia hampir tertawa terbahak-bahak saat aku menunjukkan layarku dan dia harus berdeham untuk menutupinya."Marcel?" Suara Alisa terdengar tersinggung, mendesak ketika dia tidak langsung mendapat jawaban."Maaf, tadi kamu
Sudut pandang Valerie:"Aku minta maaf ...." Marcel mencengkeram kusen pintu kami begitu erat hingga jemarinya memutih. "Aku ... aku ...."Dia terbata-bata lama, tetapi tidak ada kata yang keluar.Apa yang bisa dia katakan? Hitungan jam. Hanya dalam hitungan jam setelah dia mengatakan tidak pada Alisa, sekarang dia dalam perjalanan menemuinya, di tengah malam.Karena Alisa menyayat pergelangan tangannya sendiri."Aku ... aku nggak akan melakukan hal yang nggak pantas dengannya. Aku hanya ...." Dengan pergulatan batin yang begitu nyata di matanya, Marcel mencoba menjelaskan ... kepadaku, atau mungkin kepada dirinya sendiri. "Maksudku, kamu bisa ikut kalau ...."Aku menaikkan alisku dan dia buru-buru menambahkan, "Maaf! Aku nggak bermaksud seperti itu, aku bukan memintamu datang dan membantunya! Aku bersumpah!"Aku menghela napas. Hanya beberapa jam lalu, aku pikir kami bisa memulai kembali. Aku pikir, jika Marcel mau berpihak padaku melawan Alisa, mungkin kami masih punya kesempatan unt
-
Sudut pandang Valerie:Yah, baiklah kalau "segera" ternyata hanya lima menit!Aku bahkan belum sempat duduk di tempat tidur sebelum dia kembali. Aku bahkan tidak mendengar suara mesinnya mendekat. Aku tidak mendengar apa pun sampai dia membuka pintu. Maksudku, aku tidak sadar apakah dia benar-benar pergi atau tidak karena aku sedang kesal. Mungkin dia sama sekali tidak pergi."Aku masih kesal, meskipun kamu hanya pergi lima menit!" gumamku sendiri, menghitung detik setelah mendengar suara pintu bawah tertutup.Aku benar-benar gagal menahan senyuman yang mulai terbentuk di bibirku.Aku tidak mengira dia akan kembali. Maksudku, ini menyangkut nyawa Alisa. Aku sudah cukup terkejut saat dia tidak memintaku untuk pergi dan membantunya.Aku tidak tahu apakah dia akan kembali jika aku tidak sedang hamil, tetapi bahkan jika dia melakukannya hanya demi bayi ini ....Mungkin kami masih punya kesempatan untuk mempertahankan pernikahan ini.Aku tidak tahu kalau dia begitu peduli dengan bayi ini. S
Sudut pandang Valerie:Aku memaksa otakku untuk tidak memikirkan betapa mungkinnya Marcel yang menggali kotak perlengkapan seniku dari masa lalu, menyimpannya di dekat tempat tidurnya dan merawatnya.Menyelamatkan bayiku adalah hal yang paling penting saat ini. Senjata hanyalah pilihan terakhir. Aku benar-benar berharap tidak perlu menggunakannya. Aku sama sekali tidak berniat bertarung dengan seseorang sementara ada janin seberat beberapa pon di dalam perutku.Memanggil bantuan adalah pilihan terbaik. Namun bagaimana? Bagaimana caranya memanggil bantuan tanpa ponselku?Mataku tertuju pada jendela .... Sistem keamanan. Jika ada jendela atau pintu yang rusak, alarm akan langsung berbunyi. Nomor darurat yang terdaftar adalah milikku, jadi jika aku tidak mengabaikannya atau mematikan alarm, pihak keamanan pasti akan datang memeriksa.Namun, memecahkan jendela berarti menunjukkan keberadaanku.Aku harus memicu alarm secepat mungkin, tetapi begitu alarm berbunyi, siapa pun yang ada di dalam
Tentu ada cincin yang jauh lebih mahal, tetapi bukan cincin ini.Tentu, ini adalah hati dari Marcel Tanzil yang terhebat, tetapi dia bahkan masih remaja ketika merancang cincin itu. Dia memiliki sumber daya terbatas … baiklah, terbatas sebagai seorang Keluarga Tanzil. Tetap saja, desainer cincin itu adalah teman keluarganya, dan batu permata itu, meskipun langka, hanya sebanding dengan uang jajan Marcel pada waktu itu.Yang paling berharga dari cincin itu hanyalah emosi yang disimpannya.Val kesal dengan strategi licik Marcel, mengikuti tawarannya hanya dengan menaikkan 150 juta setiap kali, lalu tiba-tiba menggandakannya. Siapa pun, bahkan Nico sekalipun, andai dia ada di sini hari ini, pasti akan ragu setidaknya untuk sesaat.Sambil menatap Marcel dengan tajam, Val tidak mengangkat papannya. Baiklah! Marcel sangat menginginkan cincin sialan itu? Dia boleh mendapatkannya! Toh Val bukan kemari untuk cincin bodoh itu juga.Marcel melihat ke arahnya. Merasa menang? Val bertekad untuk tid
Marcel mengajukan penawaran lagi.Val bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah kedua pria yang menaikkan harga untuk cincin kecil itu. Dia bersandar ke kanan dengan sikunya di lengan kursi seperti kucing malas, mata ungunya yang dingin tampak acuh tak acuh, memancarkan aura ratu yang mematikan. Namun, hanya sedikit yang bisa melihat lengkungan halus di bibirnya.Dia tahu Marcel menginginkan cincin itu, sangat menginginkannya.Val datang untuk kalung ibunya, tetapi sesampainya di sana, dia tahu Marcel akan datang … karena cincin itu ada di daftar.Dia sudah tahu tentang cincin itu sejak lama. Sebenarnya, dia sudah tahu keberadaan cincin itu sepanjang hidupnya. Seperti remaja pada umumnya, dia ingin tahu segala sesuatu tentang pria yang disukainya, dan dia menemukan tentang cincin itu ketika itu masih sebuah gambar di buku catatan Marcel.Dia tahu bahwa Marcel sedang mendesain sebuah cincin, dia menyaksikan cincin itu menjadi nyata, disimpan oleh pria itu dalam kotak beludru kecil,
"Pria di lantai dua."Papan Marcel bahkan tidak memiliki nomor, hanya satu huruf, Z.Tidak mungkin Marcel bisa melihat dan memperhatikan Alisa dari jendela besar di lantai dua itu, tetapi Alisa merasa seolah-olah Marcel meliriknya dengan dingin ketika dia baru saja mengangkat papannya.Air mata akibat merasa teraniaya memenuhi mata Alisa.Alisa seharusnya ada di sana. Dia seharusnya menjadi ratu dari Keluarga Tanzil, dan dia mendapatkan gelarnya dengan sah. Namun, pria itu sekarang menyingkirkan semua kata dan janji manisnya, dan hanya menatapnya dengan dingin.[ Marcel, No. 86 adalah aku. ]Alisa mengetik di ponselnya, tetapi ragu ketika jarinya melayang di atas tombol "kirim".Kata demi kata, Alisa menghapus pesan itu, dan mengirimkan pesan lain sebagai gantinya. [ Marcel, aku di lelang hari ini. ]Tidak ada balasan.Sambil memegang ponselnya, Alisa menatap Marcel. Pria itu duduk di sana dengan wajah datar, matanya bahkan tidak beralih ke meja tempat ponselnya berkedip.Alisa menggi
"Mereka nggak datang!" desis Alisa kepada Joshua Salim, matanya melirik ke sekeliling dengan tergesa-gesa, tidak bisa tetap tenang lebih dari tiga detik.Alisa tidak sabar untuk menyingkirkan Valerie secara permanen dari hidupnya. Dia tidak tahu Valerie sedang hamil saat dia menjegalnya di tangga, tetapi itu tidak berarti dia tidak senang dengan hasilnya. Dia membuat Valerie masuk penjara. Dia mendapatkan Rumah Z, mesin pencetak uang. Dia juga mendapatkan gelar Nyonya Marcel.Dia dan Marcel memang tidak seperti dahulu lagi, tetapi hal itu sekarang tampaknya merupakan masalah yang jauh lebih sepele dibandingkan Valerie si psikopat yang datang mengejar dirinya.Sejak Valerie muncul di pesta reuni, Alisa tidak bisa tidur nyenyak sehari pun.Alisa tahu Valerie tidak akan melepaskannya begitu saja kali ini, dan dia tahu pasukan lamanya, yaitu ibunya, ayahnya, dan Marcel, tidak memiliki kekuatan atas Valerie sekarang. Bahkan kakak laki-lakinya yang hanya seorang penindas itu sedang bersembun
"Aku akan menceraikannya dengan syarat," tambah Alisa sambil cemberut. "Dia berutang pernikahan itu kepadaku. Dia juga nggak pernah memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.""Darah yang kita berikan kepadanya adalah darah Valerie sejak awal. Apa yang kamu harapkan saat kamu memaksanya menikahimu?" Joshua Salim menghela napas, menggelengkan kepala perlahan dengan kekecewaan di matanya.Joshua Salim telah melakukan hal-hal buruk demi istri dan putrinya. Dia pikir dirinya telah melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi keluarganya, tetapi dia tidak pernah menduga putrinya hanya akan belajar trik kotor darinya."Ayah memaksa Ibu, tapi semuanya baik-baik saja," kata Alisa sambil mengangkat bahu dengan nada acuh tak acuh."Apa kamu bilang?" Joshua Salim mengangkat tangannya, dan Alisa membeku dengan air mata ketakutan. Pada akhirnya, tangan itu tidak mendarat.Joshua Salim menghela napas dalam-dalam dan panjang. Dia menggenggam tinjunya untuk menyembunyikan gemetar di tangannya.Aveli
"Ini akan membuat Valerie marah!"Alisa menghela napas sambil menatap ayahnya dan memutar matanya saat mereka melewati lorong temaram bersama para peserta lelang.Bukan berarti Alisa bersedia menyerah kepada Val soal kalung itu, tetapi menjual kalung itu secara terbuka kepada Val hanya akan menjadi deklarasi perang, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh ayahnya yang berhati-hati. Namun, Joshua Salim tampaknya sudah bertekad untuk melanjutkannya.Lelang ini memperbolehkan topeng, toh sebuah topeng sederhana tidak bisa menyembunyikan identitas seseorang, terutama di kalangan orang-orang yang mampu berada di sini. Namun, tetap saja, Alisa mengenakan topeng. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan gaun yang lebih menantang dengan punggung yang terbuka hingga ke pinggangnya, untuk mengelabui orang, seperti yang dia katakan.Namun, Joshua Salim tahu ini hanyalah cara Alisa untuk melampiaskan perasaannya setelah perselisihan dengan Marcel. Dia mengenal putrinya lebih baik daripada siapa pun. Se
"Apa ... apa kamu tahu tentang Keluarga Kumala?" Apa kamu tahu bahwa kamu baru saja memarahi pewaris dari salah satu keluarga paling berkuasa di negara ini? Inilah pertanyaan sebenarnya, yang tidak berani ditanyakan oleh Val.Val melirik ke arah Nico, dengan sedikit kecemasan terdengar dalam suaranya yang bahkan tidak dia sadari sendiri.Mereka menjemput Liana sebelum mengakhiri hari itu. Nico bermain dengan Jelita sepanjang perjalanan ke rumah Liana. Val tidak ingin membicarakan Diego di depan Liana atau Jelita, jadi dia hanya diam karena rasa bersalah yang terus menggerogotinya.Kesepakatan Val dengan Nico adalah tentang Keluarga Salim. Nico membutuhkan Val karena pria itu tidak ingin ada noda di namanya, jadi Val berpikir pria itu tidak akan senang jika harus bermusuhan dengan Keluarga Kumala.Nico menoleh, matanya yang dalam tertuju pada Val sebelum dia mengangguk. "Ya, aku tahu."Val menelan ludah tanpa disadari.Haruskah dia memberitahu pria itu siapa Diego sebenarnya? Nico membe
"Diego Kumala!" seru Val dengan marah. "Ini benar-benar nggak bisa dipercaya! Ini sudah sangat rendah, bahkan untukmu!"Di balik sudut jalan, berdiri pria yang dia marahi. Di wajah pria itu, ada rasa malu, terkejut, dan ... sedikit rasa marah, marah kepada adik iparnya yang baru saja mencampakkannya agar adik perempuannya tidak kehilangan kendali melihat si mantan suami menculik putri temannya.Betapa kacaunya keluarga asalmu."Liana menolakmu, 'kan?" Val menyilangkan tangan di depan dada, menatap Diego seperti induk kucing yang marah. "Itu sebabnya kamu bersembunyi di sini?""Ehh ... nggak juga ...." Pria itu menggaruk rambutnya dengan senyum meminta maaf. Liana tidak bilang "tidak". Wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya yang jutaan kali, begitu juga Val. "Ini murni kebetulan, tapi aku sangat senang bisa melihatmu, Jelita …."Val menyipitkan matanya. Diego cepat-cepat meminta maaf dan mengoreksi, "Maksudku, Valerie.""Namaku Val, dan aku lebih bahagia tanpa kamu, terima k
"Siapa yang mengajarimu memanggilnya Mama Val?" tanya Marcel, mengamati Val dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Val, tetapi juga tidak kehilangan jejak Val.Marcel tidak tahu Val ada di sini dan tidak mengira Jelita akan melompat dari komidi putar saat melihatnya. Dia tahu bahwa Liana membawa Jelita ke sini, jadi dia datang."Dia memang Mama Val .…" jawab Jelita dengan nada terluka dan merasa bingung."Apa dia tahu aku papamu?" tanya Marcel, sudah mengetahui jawabannya.Val tidak tahu. Kalau tahu, Val pasti sudah menghubungkan semuanya.Marcel perlu memberi tahu Val, tetapi dia tidak bisa, karena Nico.Sekeras apa pun Marcel berusaha menyelidiki pria itu, dia tidak menemukan hal yang aneh. Pria itu terlihat bersih. Adam Samid. Itu nama yang ditemukan Marcel. Nama yang sangat biasa, hampir membosankan.Marcel bahkan menemukan mengapa Nico membenci Keluarga Salim. Perusahaan kecil milik Joshua Salim yang sangat dia jaga selama bertahun-tahun itu dibeli dari seorang "Samid" dengan h