Sudut pandang Valerie:Nada suaranya yang penuh kesedihan menggali kembali semua kenangan yang telah berusaha aku kubur dalam-dalam, semua momen ketika dia menatapku dengan kebencian murni di matanya, lalu buru-buru mencoba menutupinya saat menyadari aku melihatnya, meskipun usahanya selalu gagal. Pada akhirnya, dia hanya akan menghindari menatapku, sementara nada suaranya semakin dingin.Dulu aku pikir itu karena aku anak adopsi, tetapi sekarang aku mengerti."Apa ... istrimu tahu tentang ini?" tanyaku, tak mampu menyebut kata "Ibu" meskipun aku sudah mencoba. Dalam ingatanku, dia berusaha mencintaiku, atau setidaknya, berusaha bertingkah seolah dia melakukannya."Dia hanya tahu bahwa aku menemukan seorang anak yatim dengan golongan darah yang sama di rumah sakit." Joshua menggeleng cepat. "Dia mencintaimu, kamu tahu itu. Apa pun yang dimiliki Alisa, dia ingin kamu memilikinya juga."Tidak, justru sebaliknya. Apa pun yang aku miliki, dia ingin Alisa yang memilikinya, termasuk Marcel.
Sudut pandang Valerie:Marcel sedang mandi.Pikiranku kacau di dalam mobil. Aku bahkan tidak bisa mulai memikirkan pengakuan Joshua, pertanyaan Diego, atau bahkan sekadar tawaran Marcel. Pada akhirnya, keputusan paling mudah adalah dia harus mengganti bajunya yang basah.Dia menerima tawaranku, tetapi malah mengisi air panas di bak mandi dengan garam favoritku dan bersikeras agar aku mandi lebih dulu. Itu sangat membantu. Aku menikmati waktu di sana, merasakan kehangatan air melunakkan otot-ototku yang kaku. Aku baru keluar dan mendapati dia tidak mandi lebih dulu, tetapi malah menungguku dalam keadaan masih mengenakan kemeja basah.Dengan piama lembut dan sandal rumah yang hangat, aku meringkuk di atas bantal di jendela, menatap pemandangan malam yang tenang di luar. Aku tidak merindukan pemandangan ini. Dulu, aku sering duduk di sini saat harus menunggu suamiku pulang lewat tengah malam, atau ketika dia meninggalkanku sendirian setelah pertengkaran lain.Namun sekarang, pemandangan i
Sudut pandang Alisa:Ibu menyuruhku mandi air hangat saat Ayah pergi menangani "parasit" yang mendorongku ke danau.Aku tidak percaya rencanaku berjalan semulus ini. Aku selalu tahu cara memancingnya, mulai dari membujuknya kabur dari rumah hingga membuatnya mendorongku ke air. Dia menuliskan semua pikirannya di wajahnya.Aku tahu menyebut kalung itu akan membuatnya marah dan dia mengira aku akan menyakitinya secara fisik. Aku tidak sebodoh dia! Dia melakukan persis seperti yang sudah kuduga yaitu mendorongku ke danau di depan Marcel.Marcel benci perundung dan ini pasti akan membuat hubungan mereka retak.Sejak dia memberi tahu Marcel tentang kesalahpahaman sepuluh tahun lalu, dia mulai menjaga jarak denganku. Dia tidak mau menemuiku meski aku memohon, tidak membalas pesanku, bahkan menyuruh sekretarisnya untuk menjawab teleponku! Aku tidak pernah mengatakan bahwa akulah gadis yang dia selamatkan, aku hanya mengiyakan saat dia bertanya tentang rok kuning itu.Aku tahu dia marah padaku
Sudut pandang Alisa:Apakah dia masih Ayah yang memanjakanku setiap kali aku mengerjai Valerie si jalang? "Untuk apa? Dia mencuri dariku! Dia bahkan nggak akan bisa berbicara dengan Marcel kalau dia nggak memaksakan dirinya masuk ke keluargaku! Mendapatkan tempatnya di Keluarga Kumala baru permulaan untuk mengambil kembali apa yang dia utang padaku!""Kamu bukan ...!" Ayah hampir berteriak, tetapi dia menahan diri dan mengubah nadanya menjadi lebih sabar. "Kamu benar-benar berpikir kalau tes DNA itu bisa menipu siapa pun? Selain cara lain, Valerie benar-benar mirip dengan ibunya!""Lalu kenapa? Kamu sudah menyebarkan berita dengan aku yang mengenakan kalung itu!" Aku menatapnya ngeri, tidak yakin kalau aku mendengarnya dengan benar. "Semua orang sudah tahu kalau aku adalah putri Keluarga Kumala sekarang dan kamu mau mengumumkan kalau itu adalah kesalahan, di hari ulang tahunku? Kamu akan menghancurkanku!""Itu lebih baik daripada membiarkan mereka mengetahuinya nanti," kata Ayah dingi
Sudut pandang Valerie:Marcel meletakkan ponselnya di antara kami dan menghidupkan pengeras suara.Dengan diam, aku memeluk lutut dan meringkuk agar jari-jari kakiku tidak menyentuh ponselnya. Dia menatapku dengan makna tersirat saat menjawab Alisa, "Aku akan menelepon Joshua sebelum mengirimkan dokter ke sana. Coba istirahat kalau bisa, atau kamu nggak akan bisa menghadiri pesta ulang tahunmu sendiri ...."Alisa langsung menangis dan aku refleks menjauh dari ponsel.Marcel mengambil ponselnya dan meletakkannya di sisi lain, menjauhkannya dariku. Dia mendekat sedikit, lalu meletakkan tangannya yang hangat di tulang keringku, memijatnya perlahan dengan tekanan yang lembut. Aku mengerutkan hidung padanya, lalu mengetik di ponselku.[ Kamu cuma melakukan ini demi bayiku! ]Dia hampir tertawa terbahak-bahak saat aku menunjukkan layarku dan dia harus berdeham untuk menutupinya."Marcel?" Suara Alisa terdengar tersinggung, mendesak ketika dia tidak langsung mendapat jawaban."Maaf, tadi kamu
Sudut pandang Valerie:"Aku minta maaf ...." Marcel mencengkeram kusen pintu kami begitu erat hingga jemarinya memutih. "Aku ... aku ...."Dia terbata-bata lama, tetapi tidak ada kata yang keluar.Apa yang bisa dia katakan? Hitungan jam. Hanya dalam hitungan jam setelah dia mengatakan tidak pada Alisa, sekarang dia dalam perjalanan menemuinya, di tengah malam.Karena Alisa menyayat pergelangan tangannya sendiri."Aku ... aku nggak akan melakukan hal yang nggak pantas dengannya. Aku hanya ...." Dengan pergulatan batin yang begitu nyata di matanya, Marcel mencoba menjelaskan ... kepadaku, atau mungkin kepada dirinya sendiri. "Maksudku, kamu bisa ikut kalau ...."Aku menaikkan alisku dan dia buru-buru menambahkan, "Maaf! Aku nggak bermaksud seperti itu, aku bukan memintamu datang dan membantunya! Aku bersumpah!"Aku menghela napas. Hanya beberapa jam lalu, aku pikir kami bisa memulai kembali. Aku pikir, jika Marcel mau berpihak padaku melawan Alisa, mungkin kami masih punya kesempatan unt
-
Sudut pandang Valerie:Yah, baiklah kalau "segera" ternyata hanya lima menit!Aku bahkan belum sempat duduk di tempat tidur sebelum dia kembali. Aku bahkan tidak mendengar suara mesinnya mendekat. Aku tidak mendengar apa pun sampai dia membuka pintu. Maksudku, aku tidak sadar apakah dia benar-benar pergi atau tidak karena aku sedang kesal. Mungkin dia sama sekali tidak pergi."Aku masih kesal, meskipun kamu hanya pergi lima menit!" gumamku sendiri, menghitung detik setelah mendengar suara pintu bawah tertutup.Aku benar-benar gagal menahan senyuman yang mulai terbentuk di bibirku.Aku tidak mengira dia akan kembali. Maksudku, ini menyangkut nyawa Alisa. Aku sudah cukup terkejut saat dia tidak memintaku untuk pergi dan membantunya.Aku tidak tahu apakah dia akan kembali jika aku tidak sedang hamil, tetapi bahkan jika dia melakukannya hanya demi bayi ini ....Mungkin kami masih punya kesempatan untuk mempertahankan pernikahan ini.Aku tidak tahu kalau dia begitu peduli dengan bayi ini. S
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di