Share

Bab 101 Ketakutan Alisa

Penulis: Nyx Rai
Sudut pandang Valerie:

Aku rasa Ibu Angkat tidak akan suka dengan apa yang Alisa katakan.

Aku terkejut melihat Joshua Salim tampaknya tahu wajah asli Alisa, tetapi keterkejutanku tidak lama. Joshua selalu menjadi rubah yang licik dan aku ragu dia akan membiarkan siapa pun menipunya, bahkan meskipun itu putrinya sendiri.

Namun, kurasa Ibu Angkat tidak tahu tentang itu sama sekali. Jika dia berpikir Alisa adalah putrinya yang penurut dan tampaknya seperti malaikat, berarti dia benar-benar percaya itu. Dia adalah seorang yang sangat taat agama. Selain itu, meskipun Joshua Salim mungkin buruk, ada satu hal yang tidak bisa aku nafikan darinya, dia mencintai istrinya.

Kurasa tidak seharusnya aku merasa kasihan kepada Ibu Angkat. Aku seharusnya merasa iri kepadanya. Mungkin dia tahu semua kebenaran, tetapi dia bahagia, hidup dalam gelembung ilusi kecil di mana semuanya indah dan baik-baik saja.

Dia tidak perlu merasa buruk telah memelihara seorang gadis kecil di rumah hanya untuk menjadi bank
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 102 Kesenanganku

    Sudut pandang Valerie:Oh, semua masuk akal sekarang. Pantas saja Alisa menghubungiku, dengan membangun ilusi damai antara kami berdua di depan Ibu Angkat pula. Alisa panik karena dia pikir Marcel telah melihat sisi buruknya yang sebenarnya.Tunggu, tidak, itu tidak masuk akal sama sekali.Itu tidak seperti Marcel sama sekali. Bukankah seharusnya dia memukuli Liam Kusuma habis-habisan karena mencemarkan nama malaikatnya yang murni?Akhirnya, setelah sekian tahun, Alisa melangkah melewati batas yang bahkan tidak bisa ditoleransi oleh cinta buta Marcel?Sekarang, inilah kesenanganku, melihat bahwa Alisa akhirnya mengerti apa itu rasa takut."Rasanya aku ingat kamu bilang nggak masalah meskipun aku mengatakan yang sebenarnya, dan dia tetap akan mencintaimu apa pun yang terjadi," kataku sambil memiringkan kepala ke arah Alisa. "Malam itu, ketika kamu pamer tentang bagaimana dia melamarmu, ingat? Kamu bahkan menantangku untuk memberitahunya ….""Dasar jahanam!" desis Alisa ke arahku, tetapi

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 103 Tumbuh dengan Cinta

    Sudut pandang Valerie:"Kamu yakin nggak apa-apa? Kamu boleh menangis kalau mau," tanya Adrian untuk ketiga kalinya begitu aku kembali ke mobilnya. Aku bilang dia tidak perlu menungguku, tetapi dia tetap berada di tempat parkirnya ketika aku keluar, sama terkejutnya denganku ketika melihatku.Aku tidak terlalu sedih. Tidak seperti saat aku menemukan kebenaran tentang "keluargaku", tentang bagaimana mereka semua mengkhianatiku dan ingin memutuskan hubungan denganku. Mereka membeli hidupku untuk putri mereka yang tercinta, apa salahnya?Sebenarnya, aku senang putri mereka akhirnya sembuh sekarang. Mereka tidak membutuhkanku lagi."Alisa sudah baik-baik saja sekarang. Kondisinya stabil." Aku memberi tahu Adrian, merasakan kelegaan yang telah lama hilang. "Mungkin mereka bahkan nggak akan mengejarku kalau aku bilang akan pergi.""Dia sembuh hanya dengan mengeksploitasimu!" keluh Adrian kesal sambil memutar matanya."Maksudku, kalau dipikir-pikir, mereka membayar biaya hidupku dan pendidika

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 104 Sebuah Kencan

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap pria itu. Tubuhku membeku karena otakku tidak bisa memberikan perintah akibat memproses terlalu banyak pertanyaan.Apakah Joshua Salim yang mengirim orang itu? Mengapa Joshua masih ingin aku tetap tinggal? Bagaimana dia tahu aku ada di sini? Aku tidak memberi tahu siapa pun, bahkan rencana ini begitu mendadak dan tidak terduga! Alisa? Gerry? Marcel? Tidak ada yang tahu! Bahkan Aurel dan Liana!"Val, tarik napas!" Adrian mengguncangku dan aku berbalik perlahan menghadapnya, air mata mengaburkan pandanganku. "Ini Timmy, sekretarisku. Maaf aku membuatmu takut, tapi kamu harus tarik napas. Val!"Aku terengah-engah, menyandarkan diri pada mobil Adrian, berkedip saat otakku yang terkejut perlahan memprosesnya. Air mata mengalir di wajahku."Aku kira …." Aku menggigit bibirku. Suaraku terputus. Satu kata lagi pasti akan membuatku menangis keras."Aku tahu, aku tahu ...." Adrian memelukku, mengelus punggungku dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, kamu aman. Ma

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 105 Kompromi Joshua Salim

    Sudut pandang Valerie:Anak buah Joshua Salim mempercepat langkah mereka dan mengepung kami, semua dengan wajah datar dan mata yang tersembunyi di balik kacamata hitam yang dingin."Adrian …?" Suaraku bergetar."Ambil tiketnya." Adrian meletakkan tiket di tanganku, berdiri di depanku. "Kamu akan baik-baik saja. Nggak ada yang bisa menyentuhmu hari ini, selama aku ada di sini.""Pak Adrian." Joshua Salim mengangguk kepada Adrian dengan senyum. "Senang bertemu denganmu di sini.""Kurasa aku bisa bilang hal yang sama kepadamu." Adrian menghalangiku dengan tubuhnya. "Mau pergi ke mana, Pak Joshua, kalau boleh aku tanya?"Joshua Salim melengkungkan bibirnya dengan penuh penghinaan, tetapi kemudian menjawab dengan tenang, "Dasira."Jantungku mencelus. Joshua datang untuk aku, dan dia tahu apa yang aku rencanakan. Aku tahu dia licik dan berhati hitam, dan aku baru saja menyaksikan bagaimana dia menjinakkan Alisa. Namun, tetap saja. Aku belum pernah merasa setakut sekarang ini kepada pria yang

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 106 Utang Valerie

    Sudut pandang Valerie:Joshua Salim tidak ingin aku menemukan keluarga asliku. Tentu saja tidak. Dia ingin aku terikat pada kotanya, pada Alisa, seumur hidup! Entah apakah aku bahagia atau menderita dalam prosesnya, dia tidak peduli.Melihat wajah dingin Joshua Salim, aku tidak bisa mengerti mengapa dia membenciku begitu dalam. Aku akan mengerti jika Alisa membutuhkanku. Apa yang Joshua lakukan tidaklah pantas, tetapi setidaknya dia melakukannya karena cinta kepada putrinya.Mengapa sekarang Joshua menghalangiku?Golongan darahku langka, tetapi bukan berarti aku satu-satunya. Setiap provinsi memiliki bank darah rhesus negatif dan di kota kami adalah salah satu yang terbaik. Selama kebutuhan Alisa masih dalam rentang yang biasa, itu tidak akan menjadi masalah bagi keluarga kaya seperti Keluarga Salim.Jadi, kenapa Joshua masih menahanku di sini?"Aku nggak butuh rencana karena aku nggak buru-buru mencari orang tua kandungku." Aku memecah keheningan canggung setelah pertanyaan Adrian. "M

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 107 Melepaskan

    Sudut pandang Marcel:Aku bertengkar dengan Adrian.Aku melihat Val bersama Adrian di tempat parkir, sedang berbicara, terlihat bahagia. Aku sebenarnya bisa saja pergi dan memberi Val berkas yang sudah ada di mobilku, yang sudah seperti tempat tinggalku beberapa hari ini. Namun, aku tidak melakukannya. Aku tidak terburu-buru memutuskan satu-satunya hubungan yang tersisa antara aku dan Val.Aku mengikuti mobil mereka, tidak yakin apa tujuanku melakukannya. Pembicaraan lain setelah Adrian mengantarnya pulang? Apa gunanya percakapan lain? Semua yang kulakukan sekarang hanya mendorong Val makin jauh. Meskipun begitu, aku mengikuti mereka seperti anak yang tersesat.Adrian si berengsek itu segera menyadari keberadaanku dan menghilang di tengah lalu lintas. Dia seorang pembalap, satu-satunya hal yang tidak bisa aku kalahkan darinya.Ketika akhirnya aku berhasil menyusulnya, Val sudah pergi menemui Alisa. Aku mengakui diriku kesal. Alisa tidak dalam kondisi mendesak dan Adrian seharusnya tida

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 108 Suara Patah Hati

    Sudut pandang Marcel:"Apa maksudmu ...?" Suara Val bergetar karena ketakutan ketika aku mendekat. Dia melemparkan pandangan acuh tak acuh kepadaku, seolah-olah aku tidak ada di sana. Matanya merah karena menangis dan tinjunya gemetar.Apa yang mungkin dikatakan Joshua Salim kepadanya? Val bahkan tidak sekalut ini saat dia memberiku berkas-berkas itu."Kamu selalu mengira aku memalsukan berkas adopsimu," kata Joshua Salim dengan desahan berat. "Kamu benar. Aku nggak mengadopsimu dari panti asuhan. Aku menemukanmu di Dasira, di pelukan ibumu yang sudah dingin.""Kamu bohong!" desis Val kepada Joshua Salim seperti anak kucing kecil yang terluka. Telinganya akan terlipat ke belakang jika saja dia memilikinya. Dia menggelengkan kepala, dan air matanya jatuh, tetapi dia bahkan tidak merasakannya. Dia berbalik untuk meraih kaos Adrian dengan tatapan teraniaya, dan aku menatap tajam Adrian."Bawa dia keluar dari sini," kataku kepada Adrian sebelum aku berbalik menghadap Joshua Salim. "Kamu ng

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 109 Rasa Sakit yang Membakar

    Sudut pandang Valerie:Mengapa Marcel bahkan membantu tadi?Aku menatap Marcel, terkejut. Kupikir dia lebih baik dari Joshua Salim. Kupikir meskipun dia peduli kepada Alisa, dia orang yang baik, tidak seperti Joshua Salim."Aku nggak akan tinggal." Aku menahan amarahku yang perlahan membakar rasionalitasku. "Aku nggak peduli tentang berkas-berkas itu. Ingat saja, bigami itu adalah kejahatan."Dia pikir seberapa besar pengaruh perasaanku kepadanya yang tersisa? Aku tidak ingin melakukan apa pun untuk mereka karena aku tidak ingin membuang-buang waktuku untuk mereka, bukan karena mereka bisa begitu saja menginjakku."Aku nggak berniat menikahi Alisa." Marcel mengangkat berkas. "Aku hanya ingin kesempatan lain. Kamu ingin kesempatan dariku, dan itu yang aku inginkan sekarang ….""Aku sudah memberikan segalanya untuk kesempatan itu!" bentakku dengan marah. Dia tahu bagaimana cara membuatku kesal. "Anggap saja kamu bukan memintaku tinggal demi Alisa, caramu meminta adalah dengan mengancamku

Bab terbaru

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 122 Hati Alisa

    Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 121 Kesepakatan dengan Iblis

    Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 120 Kesempatan Kedua

    Sudut pandang Marcel:Keterkejutan di matanya hanya menunjukkan betapa aku telah mengabaikannya, betapa aku menganggapnya remeh, dan betapa dia telah menderita begitu lama, hingga hal sederhana seperti ini saja mampu membuatnya terkejut.Valerie menatapku tajam, tetapi mata berkabutnya membuat tatapan itu tidak lagi setajam biasanya, justru terlihat menyedihkan, seperti anak kucing yang tersakiti. Wajahnya yang rapuh itu membuat hatiku bergetar, apalagi dengan pipinya yang memerah karena amarah.Aku tidak ingin melihat rasa sakit di matanya lagi, tidak akan pernah. Aku hanya ingin menghapusnya, dengan cara apa pun yang aku bisa.Aku memiringkan kepalaku, mendekat untuk mencuri ciuman."Kalau kamu berani ...." Valerie mendesis marah, tangannya terangkat seolah ingin mencakar wajahku. Aku dengan mudah menangkap pergelangan tangannya yang lembut, lalu berbisik di telinganya, "Dia sedang mengintip, 'kan?"Valerie terdiam, matanya yang bening seperti mata rusa itu melirik ke arah pintu. Aku

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 119 Rubah Kecil yang Imut

    Sudut pandang Marcel:Valerie bersembunyi di rumah Aurel, aku tahu itu. Aku ingin memberinya waktu dan ruang dulu, meskipun aku ragu apakah semua waktu dan ruang di dunia ini cukup untuk membuatnya mau mendengar apa pun yang ingin aku katakan.Akhir-akhir ini, Adrian sering melontarkan komentar pedas padaku. Awalnya, kupikir itu karena perasaannya terhadap Valerie, jadi aku mengabaikannya. Namun, begitu Valerie muncul di rumah keluarga Salim, pesan spam Adrian hampir membuat aplikasiku penuh. Saat itulah aku sadar.Mereka merencanakan sesuatu dan Valerie ingin perhatianku teralihkan ke hal lain.Aku menunggu di kantorku. Benar saja, kurang dari satu jam, Alisa menerobos masuk, lengkap dengan air mata, mengatakan bahwa Valerie ingin mengusirnya dari keluarga.Aku sudah belajar dari kesalahan, tidak bisa lagi hanya mendengarkan kata-katanya saja.Selama bertahun-tahun, dia menuduh Valerie ini dan itu dan aku mempercayainya. Dia bilang dia hanya memberi Liam uang demi menyelamatkan nyawan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 118 Rencana Jahatku

    Sudut pandang Valerie:Jika ada satu hal yang tidak pernah Alisa dustakan, itu adalah hasratnya terhadap Marcel. Aku bertaruh pada hal itu.Alisa cemberut dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak bisa menyangkal kebohonganku, karena aku bisa membuatnya menjadi kenyataan."Valerie ...." Aveline berbicara dengan nada lebih lembut, terdengar ragu, "Kamu tahu Alisa sudah tinggal di kamar itu selama bertahun-tahun. Aku nggak tahu apakah ....""Maksudku ...." Aku mengambil koper dari tangan Alisa, menundukkan kepala agar tidak tertawa melihat betapa "pilu" nada suaraku, "Aku bisa pergi, kalau itu yang kalian inginkan.""Pergi ke mana?" Alisa membentak dengan nada melengking."Alisa Salim!" Joshua memperingatkan. Baik Aveline maupun Alisa langsung menutup mulut rapat-rapat. "Kalau Alisa begitu peduli padamu, maka aku nggak keberatan." Setelah berkata begitu, Joshua berbalik dan meninggalka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 117 Tawaran Alisa

    Sudut pandang Valerie:"Lelucon apa ini?" ujar Joshua dengan nada murung. Tatapannya yang tajam menancap pada kamerawan. "Ini vila Keluarga Salim, dan dia ....""Dia adalah kamerawanku. Malik Entertainment menugaskannya untukku. Untuk film pertamaku." Aku tersenyum padanya dan berhasil menyalakan amarah di matanya dengan kalimat itu, "Tidakkah Ayah bangga padaku?"Aurel benar. Berakting dengan emosi yang nyata membuat segalanya jauh lebih mudah. Aku memang senang melihat Joshua kesal, yang membuatku tersenyum lebih lebar dan membuatnya makin marah.Sempurna!Aveline melirik suaminya dengan khawatir. Setelah jeda singkat, Joshua Salim langsung berubah ke mode liciknya."Tentu saja bangga," katanya sambil membuka tangan dan berjalan mendekat. "Aku bangga karena kamu menolak bantuanku hanya demi membuktikan kemampuanmu sendiri. Itu baru putriku."Melihatnya makin dekat, aku merasa jijik hingga bulu kudukku meremang. Aku tidak tahan dipeluk olehnya. Bisa-bisa aku muntah.Kupikir Joshua tah

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 116 Sandiwara Kakak Adik Penuh Kasih

    Sudut pandang Valerie:Aku membawa koper saat datang ke vila Keluarga Salim kali ini. Aku akan tampil perdana di depan ratu sandiwara, aku membutuhkan persiapan yang tepat.Aku menginap di rumah Aurel selama beberapa hari untuk memulihkan diri .... Umm, untuk bersenang-senang juga. Sekarang aku kembali fokus pada film karena tinggal di kota. Syuting dimulai dua minggu lagi, jadi aku menikmati kebebasan yang tersisa sendirian di apartemen, menyelesaikan suntingan terakhir naskah, dan bersantai.Kami berhasil membujuk Liana. Sekarang dia tinggal serumah dengan Aurel dan mereka berdua adalah pekerja keras. Mereka cocok satu sama lain.Pada hari kedua Liana bekerja, hari ketika mereka mulai bangun pagi-pagi dan pulang sangat larut, aku membawa koper kecilku ke medan pertempuranku sendiri.Kali ini, aku datang untuk menang.Hendrik, penjaga pintu, membiarkanku masuk sambil tersenyum, tanpa curiga apa pun. Inilah keuntungan memiliki musuh yang munafik. Mereka menyimpan pertarungan di dalam d

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 115 Kembali ke Sarang

    Sudut pandang Valerie:Apa maksudnya itu?Aku menatap Adrian sementara sejuta kemungkinan berputar di kepalaku. Bagaimana dia tahu? Apakah dia tahu sesuatu? Apakah dia berbicara tentang masalah narkoba, atau ayahku, atau keduanya? Aku tidak berani mengikuti satu arah yang aku takuti ….Apakah ini berarti ... bahwa ibuku mungkin masih hidup?"Itu bisa ditunda," Aurel mengusap bahuku saat aku tampak membeku."Aku baik-baik saja," gumamku, tetapi aku memang sedikit bingung. Aku tidak merasa ingin menangis saat mendengarnya lagi, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa menanggung jika harapanku hancur lagi.Adrian menghela napas, memberiku tatapan pasrah. "Seperti inilah yang akan kamu rasakan kalau kamu menyelidikinya sendiri. Setiap potongan informasi baru, entah sudah dikonfirmasi atau belum, akan menjadi kereta luncur emosimu. Sejujurnya, aku rasa kamu nggak sanggup menanggungnya ….""Adrian Malik!" Aurel meledak marah. "Teganya kamu ….""Aurel," ucapku menghentikannya. "Nggak apa-apa. A

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 114 Overdosis

    Sudut pandang Valerie:Aku tidak punya rencana.Aku bicara besar, tetapi aku sebenarnya tidak memiliki "rencana balas dendam" di dalam pikiranku. Menyakiti orang itu proyek besar dan memikirkannya saja sudah membuatku lelah."Apa pun yang kamu mau lakukan, kami ada untukmu," kata Aurel sambil melontarkan pandangan aneh ke Adrian.Aurel bisa saja berbicara untuk dirinya sendiri dan Liana dalam hal ini, tetapi canggung juga untuk mengecualikan Adrian begitu saja."Ya!" Adrian pura-pura tidak mengerti pandangan canggung Aurel, mengangguk dengan tegas, dan dengan suara yang tulus mengatakan, "Kami semua ada untukmu."Aurel mengalihkan pandangannya, menekan bibirnya ke bawah seolah-olah bibir itu mencoba tersenyum di luar kendalinya."Kamu akan tinggal denganku, 'kan?" Aurel mengalihkan topik yang dia mulai. "Aku juga membujuk Liana untuk tinggal di sini. Firma hukum Liana cuma 20 menit berjalan dari sini, dan kita bisa bertarung dengan bantal …."Hanya dalam satu menit, Aurel melirik Adria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status