Share

Bab 104 Sebuah Kencan

Penulis: Nyx Rai
Sudut pandang Valerie:

Aku menatap pria itu. Tubuhku membeku karena otakku tidak bisa memberikan perintah akibat memproses terlalu banyak pertanyaan.

Apakah Joshua Salim yang mengirim orang itu? Mengapa Joshua masih ingin aku tetap tinggal? Bagaimana dia tahu aku ada di sini? Aku tidak memberi tahu siapa pun, bahkan rencana ini begitu mendadak dan tidak terduga! Alisa? Gerry? Marcel? Tidak ada yang tahu! Bahkan Aurel dan Liana!

"Val, tarik napas!" Adrian mengguncangku dan aku berbalik perlahan menghadapnya, air mata mengaburkan pandanganku. "Ini Timmy, sekretarisku. Maaf aku membuatmu takut, tapi kamu harus tarik napas. Val!"

Aku terengah-engah, menyandarkan diri pada mobil Adrian, berkedip saat otakku yang terkejut perlahan memprosesnya. Air mata mengalir di wajahku.

"Aku kira …." Aku menggigit bibirku. Suaraku terputus. Satu kata lagi pasti akan membuatku menangis keras.

"Aku tahu, aku tahu ...." Adrian memelukku, mengelus punggungku dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, kamu aman. Ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 105 Kompromi Joshua Salim

    Sudut pandang Valerie:Anak buah Joshua Salim mempercepat langkah mereka dan mengepung kami, semua dengan wajah datar dan mata yang tersembunyi di balik kacamata hitam yang dingin."Adrian …?" Suaraku bergetar."Ambil tiketnya." Adrian meletakkan tiket di tanganku, berdiri di depanku. "Kamu akan baik-baik saja. Nggak ada yang bisa menyentuhmu hari ini, selama aku ada di sini.""Pak Adrian." Joshua Salim mengangguk kepada Adrian dengan senyum. "Senang bertemu denganmu di sini.""Kurasa aku bisa bilang hal yang sama kepadamu." Adrian menghalangiku dengan tubuhnya. "Mau pergi ke mana, Pak Joshua, kalau boleh aku tanya?"Joshua Salim melengkungkan bibirnya dengan penuh penghinaan, tetapi kemudian menjawab dengan tenang, "Dasira."Jantungku mencelus. Joshua datang untuk aku, dan dia tahu apa yang aku rencanakan. Aku tahu dia licik dan berhati hitam, dan aku baru saja menyaksikan bagaimana dia menjinakkan Alisa. Namun, tetap saja. Aku belum pernah merasa setakut sekarang ini kepada pria yang

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 106 Utang Valerie

    Sudut pandang Valerie:Joshua Salim tidak ingin aku menemukan keluarga asliku. Tentu saja tidak. Dia ingin aku terikat pada kotanya, pada Alisa, seumur hidup! Entah apakah aku bahagia atau menderita dalam prosesnya, dia tidak peduli.Melihat wajah dingin Joshua Salim, aku tidak bisa mengerti mengapa dia membenciku begitu dalam. Aku akan mengerti jika Alisa membutuhkanku. Apa yang Joshua lakukan tidaklah pantas, tetapi setidaknya dia melakukannya karena cinta kepada putrinya.Mengapa sekarang Joshua menghalangiku?Golongan darahku langka, tetapi bukan berarti aku satu-satunya. Setiap provinsi memiliki bank darah rhesus negatif dan di kota kami adalah salah satu yang terbaik. Selama kebutuhan Alisa masih dalam rentang yang biasa, itu tidak akan menjadi masalah bagi keluarga kaya seperti Keluarga Salim.Jadi, kenapa Joshua masih menahanku di sini?"Aku nggak butuh rencana karena aku nggak buru-buru mencari orang tua kandungku." Aku memecah keheningan canggung setelah pertanyaan Adrian. "M

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 107 Melepaskan

    Sudut pandang Marcel:Aku bertengkar dengan Adrian.Aku melihat Val bersama Adrian di tempat parkir, sedang berbicara, terlihat bahagia. Aku sebenarnya bisa saja pergi dan memberi Val berkas yang sudah ada di mobilku, yang sudah seperti tempat tinggalku beberapa hari ini. Namun, aku tidak melakukannya. Aku tidak terburu-buru memutuskan satu-satunya hubungan yang tersisa antara aku dan Val.Aku mengikuti mobil mereka, tidak yakin apa tujuanku melakukannya. Pembicaraan lain setelah Adrian mengantarnya pulang? Apa gunanya percakapan lain? Semua yang kulakukan sekarang hanya mendorong Val makin jauh. Meskipun begitu, aku mengikuti mereka seperti anak yang tersesat.Adrian si berengsek itu segera menyadari keberadaanku dan menghilang di tengah lalu lintas. Dia seorang pembalap, satu-satunya hal yang tidak bisa aku kalahkan darinya.Ketika akhirnya aku berhasil menyusulnya, Val sudah pergi menemui Alisa. Aku mengakui diriku kesal. Alisa tidak dalam kondisi mendesak dan Adrian seharusnya tida

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 108 Suara Patah Hati

    Sudut pandang Marcel:"Apa maksudmu ...?" Suara Val bergetar karena ketakutan ketika aku mendekat. Dia melemparkan pandangan acuh tak acuh kepadaku, seolah-olah aku tidak ada di sana. Matanya merah karena menangis dan tinjunya gemetar.Apa yang mungkin dikatakan Joshua Salim kepadanya? Val bahkan tidak sekalut ini saat dia memberiku berkas-berkas itu."Kamu selalu mengira aku memalsukan berkas adopsimu," kata Joshua Salim dengan desahan berat. "Kamu benar. Aku nggak mengadopsimu dari panti asuhan. Aku menemukanmu di Dasira, di pelukan ibumu yang sudah dingin.""Kamu bohong!" desis Val kepada Joshua Salim seperti anak kucing kecil yang terluka. Telinganya akan terlipat ke belakang jika saja dia memilikinya. Dia menggelengkan kepala, dan air matanya jatuh, tetapi dia bahkan tidak merasakannya. Dia berbalik untuk meraih kaos Adrian dengan tatapan teraniaya, dan aku menatap tajam Adrian."Bawa dia keluar dari sini," kataku kepada Adrian sebelum aku berbalik menghadap Joshua Salim. "Kamu ng

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 109 Rasa Sakit yang Membakar

    Sudut pandang Valerie:Mengapa Marcel bahkan membantu tadi?Aku menatap Marcel, terkejut. Kupikir dia lebih baik dari Joshua Salim. Kupikir meskipun dia peduli kepada Alisa, dia orang yang baik, tidak seperti Joshua Salim."Aku nggak akan tinggal." Aku menahan amarahku yang perlahan membakar rasionalitasku. "Aku nggak peduli tentang berkas-berkas itu. Ingat saja, bigami itu adalah kejahatan."Dia pikir seberapa besar pengaruh perasaanku kepadanya yang tersisa? Aku tidak ingin melakukan apa pun untuk mereka karena aku tidak ingin membuang-buang waktuku untuk mereka, bukan karena mereka bisa begitu saja menginjakku."Aku nggak berniat menikahi Alisa." Marcel mengangkat berkas. "Aku hanya ingin kesempatan lain. Kamu ingin kesempatan dariku, dan itu yang aku inginkan sekarang ….""Aku sudah memberikan segalanya untuk kesempatan itu!" bentakku dengan marah. Dia tahu bagaimana cara membuatku kesal. "Anggap saja kamu bukan memintaku tinggal demi Alisa, caramu meminta adalah dengan mengancamku

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 110 Hari Pembalasan untuk Alisa

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap ke atas dengan terkejut dan melihat Alisa menangis. Menangis seperti boneka yang sangat tersakiti, dia menghapus wajahnya, tetapi air mata terus mengalir begitu cepat sehingga tetesan-tetesannya terus jatuh di dekat kakiku.Tidak ada hal baik yang terjadi saat dia menangis."Ibumu memohon pada Ayah untuk membawamu pulang ...." Alisa menangis begitu keras hingga napasnya terengah-engah, dan itu membuat ucapannya terputus-putus. "Kalau kamu sangat ingin pergi, pergilah, tapi Ayah menyelamatkanmu ketika ibumu sudah menjadi dingin karena obat-obatan yang dia pakai! Ayah pasti akan menyelamatkannya kalau dia …!""Kamu pikir aku akan percaya kebohongan kejammu?" dengusku kepada usahanya yang gagal. Aku mencoba berdiri dengan pergelangan kaki yang terpelintir. "Pemadat? Serius? Kamu sendiri yang bilang kalau aku dibuang di panti asuhan, perlu aku ingatkan?"Alisa tidak pernah pemalu kecuali saat dia berbohong. Dia tahu bahwa bermain sebagai korban akan membe

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 111 Datang dan Memohonlah Kepadaku

    Sudut pandang Valerie:"Val, aku minta maaf …." Marcel datang, mencoba untuk memelukku."Aku nggak peduli dengan permintaan maafmu," potongku, menghujaninya dengan tatapan tajamku. "Dia adalah gadis pembohong dan jahat, dan dia akan membayar untuk itu, hari ini!""Val." Adrian datang di antara aku dan Marcel dengan sikap melindungi, berbisik kepadaku, "Kamu terluka. Aku akan urus Alisa Salim nanti, tapi sekarang ….""Nggak apa-apa." Aku mendorongnya perlahan. "Ini hanya perlu waktu sebentar."Adrian terlihat khawatir, tetapi dia merapatkan bibirnya dan tetap berada di sisiku sebagai penjaga dalam diam."Apa kamu sudah menandatanganinya?" Aku menunjuk map yang ada di tangan Marcel. "Berikan kepadaku."Marcel terkejut dengan tatapan enggan.Seluruh duniaku berubah menjadi merah saat dia bergerak. Astaga! Aku menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarah yang hampir meledak. "Aku tetap tinggal, jadi berikan map itu!""Val, kamu sedang dalam keadaan syok …." Marcel menghentikan kata-katan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 112 Suara Malaikat

    Sudut pandang Valerie:"Marcel nggak akan ...," gumam Alisa kepadaku seraya menggenggam potongan-potongan kertas yang sobek di tangannya. Entah apa orang lain melihatnya, tetapi aku jelas melihat kebencian di matanya."Apa maksudnya itu?" Aku menaikkan suaraku saat mengeluarkan ponsel, merekam video untuk ratu drama ini. "Tolong, itu bukan pernyataan kalau kamu tertarik kepada suami saudarimu, 'kan?""Hentikan!" Melihatku merekam, Alisa menutup wajahnya seperti vampir yang terpapar matahari. Kamera membangkitkan semangat aktingnya, dan dia langsung berhenti.Joshua Salim berjalan mendekat dan menarik Alisa dari lantai, sedikit lebih kasar dari yang seharusnya."Kamu marah kepadanya sekarang?" Aku mengarahkan kameraku ke Joshua Salim. "Kamu nggak marah saat dia menyerangku dengan kebenaran kejam tentang keluargaku. Baru sekarang kamu melihat betapa memalukannya dia bagi nama keluargamu?"Joshua Salim menatapku tajam, mencoba meraih ponselku. Aku mundur dengan cepat, dan Adrian datang de

Bab terbaru

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 118 Rencana Jahatku

    Sudut pandang Valerie:Jika ada satu hal yang tidak pernah Alisa dustakan, itu adalah hasratnya terhadap Marcel. Aku bertaruh pada hal itu.Alisa cemberut dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak bisa menyangkal kebohonganku, karena aku bisa membuatnya menjadi kenyataan."Valerie ...." Aveline berbicara dengan nada lebih lembut, terdengar ragu, "Kamu tahu Alisa sudah tinggal di kamar itu selama bertahun-tahun. Aku nggak tahu apakah ....""Maksudku ...." Aku mengambil koper dari tangan Alisa, menundukkan kepala agar tidak tertawa melihat betapa "pilu" nada suaraku, "Aku bisa pergi, kalau itu yang kalian inginkan.""Pergi ke mana?" Alisa membentak dengan nada melengking."Alisa Salim!" Joshua memperingatkan. Baik Aveline maupun Alisa langsung menutup mulut rapat-rapat. "Kalau Alisa begitu peduli padamu, maka aku nggak keberatan." Setelah berkata begitu, Joshua berbalik dan meninggalka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 117 Tawaran Alisa

    Sudut pandang Valerie:"Lelucon apa ini?" ujar Joshua dengan nada murung. Tatapannya yang tajam menancap pada kamerawan. "Ini vila Keluarga Salim, dan dia ....""Dia adalah kamerawanku. Malik Entertainment menugaskannya untukku. Untuk film pertamaku." Aku tersenyum padanya dan berhasil menyalakan amarah di matanya dengan kalimat itu, "Tidakkah Ayah bangga padaku?"Aurel benar. Berakting dengan emosi yang nyata membuat segalanya jauh lebih mudah. Aku memang senang melihat Joshua kesal, yang membuatku tersenyum lebih lebar dan membuatnya makin marah.Sempurna!Aveline melirik suaminya dengan khawatir. Setelah jeda singkat, Joshua Salim langsung berubah ke mode liciknya."Tentu saja bangga," katanya sambil membuka tangan dan berjalan mendekat. "Aku bangga karena kamu menolak bantuanku hanya demi membuktikan kemampuanmu sendiri. Itu baru putriku."Melihatnya makin dekat, aku merasa jijik hingga bulu kudukku meremang. Aku tidak tahan dipeluk olehnya. Bisa-bisa aku muntah.Kupikir Joshua tah

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 116 Sandiwara Kakak Adik Penuh Kasih

    Sudut pandang Valerie:Aku membawa koper saat datang ke vila Keluarga Salim kali ini. Aku akan tampil perdana di depan ratu sandiwara, aku membutuhkan persiapan yang tepat.Aku menginap di rumah Aurel selama beberapa hari untuk memulihkan diri .... Umm, untuk bersenang-senang juga. Sekarang aku kembali fokus pada film karena tinggal di kota. Syuting dimulai dua minggu lagi, jadi aku menikmati kebebasan yang tersisa sendirian di apartemen, menyelesaikan suntingan terakhir naskah, dan bersantai.Kami berhasil membujuk Liana. Sekarang dia tinggal serumah dengan Aurel dan mereka berdua adalah pekerja keras. Mereka cocok satu sama lain.Pada hari kedua Liana bekerja, hari ketika mereka mulai bangun pagi-pagi dan pulang sangat larut, aku membawa koper kecilku ke medan pertempuranku sendiri.Kali ini, aku datang untuk menang.Hendrik, penjaga pintu, membiarkanku masuk sambil tersenyum, tanpa curiga apa pun. Inilah keuntungan memiliki musuh yang munafik. Mereka menyimpan pertarungan di dalam d

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 115 Kembali ke Sarang

    Sudut pandang Valerie:Apa maksudnya itu?Aku menatap Adrian sementara sejuta kemungkinan berputar di kepalaku. Bagaimana dia tahu? Apakah dia tahu sesuatu? Apakah dia berbicara tentang masalah narkoba, atau ayahku, atau keduanya? Aku tidak berani mengikuti satu arah yang aku takuti ….Apakah ini berarti ... bahwa ibuku mungkin masih hidup?"Itu bisa ditunda," Aurel mengusap bahuku saat aku tampak membeku."Aku baik-baik saja," gumamku, tetapi aku memang sedikit bingung. Aku tidak merasa ingin menangis saat mendengarnya lagi, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa menanggung jika harapanku hancur lagi.Adrian menghela napas, memberiku tatapan pasrah. "Seperti inilah yang akan kamu rasakan kalau kamu menyelidikinya sendiri. Setiap potongan informasi baru, entah sudah dikonfirmasi atau belum, akan menjadi kereta luncur emosimu. Sejujurnya, aku rasa kamu nggak sanggup menanggungnya ….""Adrian Malik!" Aurel meledak marah. "Teganya kamu ….""Aurel," ucapku menghentikannya. "Nggak apa-apa. A

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 114 Overdosis

    Sudut pandang Valerie:Aku tidak punya rencana.Aku bicara besar, tetapi aku sebenarnya tidak memiliki "rencana balas dendam" di dalam pikiranku. Menyakiti orang itu proyek besar dan memikirkannya saja sudah membuatku lelah."Apa pun yang kamu mau lakukan, kami ada untukmu," kata Aurel sambil melontarkan pandangan aneh ke Adrian.Aurel bisa saja berbicara untuk dirinya sendiri dan Liana dalam hal ini, tetapi canggung juga untuk mengecualikan Adrian begitu saja."Ya!" Adrian pura-pura tidak mengerti pandangan canggung Aurel, mengangguk dengan tegas, dan dengan suara yang tulus mengatakan, "Kami semua ada untukmu."Aurel mengalihkan pandangannya, menekan bibirnya ke bawah seolah-olah bibir itu mencoba tersenyum di luar kendalinya."Kamu akan tinggal denganku, 'kan?" Aurel mengalihkan topik yang dia mulai. "Aku juga membujuk Liana untuk tinggal di sini. Firma hukum Liana cuma 20 menit berjalan dari sini, dan kita bisa bertarung dengan bantal …."Hanya dalam satu menit, Aurel melirik Adria

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 113 Rencana Balas Dendam

    Sudut pandang Valerie:Adrian tidak pergi. Sebaliknya, dia berjaga di depan kamar kecil dan menelepon Aurel.Ketika aku membuka pintu dan menyibakkan sedikit, Aurel langsung menemukanku. Dia datang dan membenamkan wajahku yang penuh air mata di dadanya, memelukku erat sampai mereka bisa membawaku keluar dari kamar kecil itu.Mereka membawaku ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, lalu membawaku kembali ke rumah Aurel setelah memastikan aku dan janinku dalam keadaan baik-baik saja.Aku merasa mati rasa sepanjang proses itu, membiarkan mereka menggerakkanku seperti boneka tidak bernyawa.Hanya beberapa hari yang lalu aku berada di ruang tamu Aurel yang berantakan, dan rasanya seperti sudah beberapa kehidupan yang berlalu sejak malam itu. Liana menunggu kami dan aku langsung menangis saat mereka meletakkanku di sofa, membungkusku dengan selimut berbulu dan menyerahkan secangkir cokelat panas kepadaku.Aku merasa seperti di rumah. Aku akhirnya merasa aman.Aku tidak tahu sudah bera

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 112 Suara Malaikat

    Sudut pandang Valerie:"Marcel nggak akan ...," gumam Alisa kepadaku seraya menggenggam potongan-potongan kertas yang sobek di tangannya. Entah apa orang lain melihatnya, tetapi aku jelas melihat kebencian di matanya."Apa maksudnya itu?" Aku menaikkan suaraku saat mengeluarkan ponsel, merekam video untuk ratu drama ini. "Tolong, itu bukan pernyataan kalau kamu tertarik kepada suami saudarimu, 'kan?""Hentikan!" Melihatku merekam, Alisa menutup wajahnya seperti vampir yang terpapar matahari. Kamera membangkitkan semangat aktingnya, dan dia langsung berhenti.Joshua Salim berjalan mendekat dan menarik Alisa dari lantai, sedikit lebih kasar dari yang seharusnya."Kamu marah kepadanya sekarang?" Aku mengarahkan kameraku ke Joshua Salim. "Kamu nggak marah saat dia menyerangku dengan kebenaran kejam tentang keluargaku. Baru sekarang kamu melihat betapa memalukannya dia bagi nama keluargamu?"Joshua Salim menatapku tajam, mencoba meraih ponselku. Aku mundur dengan cepat, dan Adrian datang de

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 111 Datang dan Memohonlah Kepadaku

    Sudut pandang Valerie:"Val, aku minta maaf …." Marcel datang, mencoba untuk memelukku."Aku nggak peduli dengan permintaan maafmu," potongku, menghujaninya dengan tatapan tajamku. "Dia adalah gadis pembohong dan jahat, dan dia akan membayar untuk itu, hari ini!""Val." Adrian datang di antara aku dan Marcel dengan sikap melindungi, berbisik kepadaku, "Kamu terluka. Aku akan urus Alisa Salim nanti, tapi sekarang ….""Nggak apa-apa." Aku mendorongnya perlahan. "Ini hanya perlu waktu sebentar."Adrian terlihat khawatir, tetapi dia merapatkan bibirnya dan tetap berada di sisiku sebagai penjaga dalam diam."Apa kamu sudah menandatanganinya?" Aku menunjuk map yang ada di tangan Marcel. "Berikan kepadaku."Marcel terkejut dengan tatapan enggan.Seluruh duniaku berubah menjadi merah saat dia bergerak. Astaga! Aku menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarah yang hampir meledak. "Aku tetap tinggal, jadi berikan map itu!""Val, kamu sedang dalam keadaan syok …." Marcel menghentikan kata-katan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 110 Hari Pembalasan untuk Alisa

    Sudut pandang Valerie:Aku menatap ke atas dengan terkejut dan melihat Alisa menangis. Menangis seperti boneka yang sangat tersakiti, dia menghapus wajahnya, tetapi air mata terus mengalir begitu cepat sehingga tetesan-tetesannya terus jatuh di dekat kakiku.Tidak ada hal baik yang terjadi saat dia menangis."Ibumu memohon pada Ayah untuk membawamu pulang ...." Alisa menangis begitu keras hingga napasnya terengah-engah, dan itu membuat ucapannya terputus-putus. "Kalau kamu sangat ingin pergi, pergilah, tapi Ayah menyelamatkanmu ketika ibumu sudah menjadi dingin karena obat-obatan yang dia pakai! Ayah pasti akan menyelamatkannya kalau dia …!""Kamu pikir aku akan percaya kebohongan kejammu?" dengusku kepada usahanya yang gagal. Aku mencoba berdiri dengan pergelangan kaki yang terpelintir. "Pemadat? Serius? Kamu sendiri yang bilang kalau aku dibuang di panti asuhan, perlu aku ingatkan?"Alisa tidak pernah pemalu kecuali saat dia berbohong. Dia tahu bahwa bermain sebagai korban akan membe

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status