Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.
Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.
Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.
Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu. Aliika terperanjat matanya membulat sempurna menatap dada bidang Sagara yang berbalut kemeja itu, Aliika berusaha menahan dengan menggunakan tangannya agar tubuh gadis itu dapat menjauh dari dada Sagara.
Namun lagi-lagi Sagara menahannya, “Aku mau kamu sekarang!” raung Sagara dengan suara parau. Sepertinya pikiran Sagara sudah kacau. Alkohol itu berhasil mempengaruhi jalan pikiran Sagara.
“Ha! Maksud Kak Sagara ap…mmmph.” Aliika terkejut saat Sagara langsung melahap bibir ranumnya. Kedua tangan Aliika terus memukul dada Sagara dan mencoba untuk berdiri. Bak elang yang berhasil menangkap mangsanya, Sagara membalik posisinya. Hingga kini ia yang berada di atas Aliika.
Tangan laki-laki itu kuat mencengkram pergelangan tangan Aliika. Sagara menghentikan aksinya sesaat, matanya menelisik lekuk tubuh gadis itu. Meskipun masih berbalut kain, tetapi seakan transparan, mata Sagara dapat dengan jelas melihat apa yang dibalik kain itu.
Sagara kemudian kembali melumat bibir Aliika dengan kasar. Ia terus melumat bibir Aliika tanpa ampun. Gadis itu berusaha melawan namun tak bisa. Ia hampir kehabisan nafas dan ingin muntah merasakan aroma dan rasa alkohol yang masih tersisa di mulut Sagara.
“Kak Sagara…. Lepasin aku.” Rintih Aliika saat Sagara menekan kedua pergelangan tangannya dan membawanya ke atas kepala. Aliika tak bisa berkutik sama sekali.
“Aku mau kamu!”
“Kak Sagara sadar Kak… ini gak be..emmphh.” Mulut Aliika kembali terbungkam oleh mulut Sagara. Air mata mulai mengalir di kedua pipinya. Sagara tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Dan Aliika takut dengan ini. Apalagi saat Sagara mulai meremas buah dadanya dengan kasar meski ia masih berpakaian lengkap. Sagara terus mencumbui Aliika.
Sagara kemudian melepas kasar cardigan yang masih melekat melapisi kaos tipis Aliika. Suara isakan tangis Aliika tidak membuat Sagara sadar. Ia malah semakin mengganas melakukan aksinya.
Krekk
Aliika semakin ketakutan saat Sagara merobek baju gadis itu dengan brutal nya. Dan saat itulah, Aliika merasakan dunianya seakan runtuh. Saat Sagara yang selama ini Aliika harapkan mulai melecehkan dirinya.
Aliika menangis sesenggukan saat tubuh bagian atasnya sudah tak tertutup sehelai benang pun. Ia terus berteriak dan meronta agar Sagara menyudahi semua ini, namun Sagara sama sekali tak menghiraukannya. Seakan telinganya sudah tuli.
Sagara terus mencumbui Aliika dengan rakus. Bahkan bibir Aliika sudah mulai perih karena terluka atas kasarnya Sagara. Dan seakan belum puas, saat ini Sagara sedang membuat karya di leher Aliika begitu juga di dadanya.
“Kak Sagara… aku mohon Kak hiks.. jangan seperti ini… aku takut..” isak Aliika. Dan seakan dihantam oleh kenyataan, Sagara langsung tersadar dengan apa yang dilakukannya.
Sagara terdiam. Menatap mata Aliika yang berair dan menyorotkan rasa ketakutan padanya. Tanpa mengatakan apapun Sagara langsung turun dari atas tubuh Aliika. Memberikan selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Aliika langsung menerimanya dan menutupi tubuhnya dengan erat.
Isakan masih terdengar keluar dari bibir gadis itu. Membuat Sagara semakin merasa bersalah. Sagara duduk di pinggiran ranjang. Ia meremas dan mengacak rambutnya frustasi.
“Arrggh.” Geram Sagara, membuat Aliika semakin terisak. Aliika tak pernah melihat Sagara seperti ini.
Tiba-tiba kepala Sagara merasakan nyeri dan kesakitan. Tak ingin membiarkan Aliika tahu apa yang dirasakannya, Sagara langsung keluar dari kamar itu dan meninggalkan Aliika sendirian disana.
Aliika masih menangis menatap kepergian Sagara. Isakannya semakin kencang menggema di ruangan itu. Ia kecewa pada Sagara. Walaupun sebenarnya Sagara belum bertindak sejauh itu, namun tetap saja ia merasakan bahwa harga dirinya telah hancur.
Aliika semakin erat memeluk selimut yang Sagara berikan beberapa menit yang lalu sebelum kepergian laki-laki itu, yang Aliika tidak ketahui Sagara pergi kemana. Ia tak peduli, yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara mengembalikan mentalnya dan memberitahu Ayahnya tentang kelakuan Sagara padanya saat ini.
*******
Sagara terduduk lemas di sudut lantai sebuah ruangan tepat di samping kamar Aliika yang saat ini masih terisak menangis. Laki-laki itu menyembunyikan ceruk kepalanya di dalam kedua tangannya yang sudah ia silangkan.
Ruangan yang saat ini Sagara tempati ternyata kedap suara. Ia dapat leluasa melampiaskan amarahnya karena telah menyakiti Aliika di ruangan itu. Semua barang ia lemparkan ke arah tembok putih yang saat ini telah penuh noda berwarna merah akibat botol wine yang Sagara lemparkan barusan.
Ranjang dengan bed cover berwarna hitam legam itu pun turut terkena imbasnya, lusuh berantakan terlepas karena tangan Sagara yang menariknya. Membuangnya ke sembarang arah hingga tak sengaja mengenai vas bunga yang berada di atas nakas samping pintu.
Melihat potongan-potongan dari vas bunga yang sudah hancur tak berbentuk itu. Kemudian Sagara menatap pecahan itu, entah bisikan dari mana yang membuat Sagar mengambil pecahan berbentuk segitiga yang ujungnya runcing.
Pergelangan tangannya telah ia siapkan menghadap ke atas, kemudian ia dekatkan benda runcing itu tepat ke arah nadinya. Ingin sekali ia langsung memotong pipa yang mengalir cairan berwarna merah segar di bawah kulitnya itu.
Sagara sifatnya yang dingin, tidak bisa terelakkan bahwa dia juga seorang manusia yang dapat mengeluarkan air mata juga. Kini matanya telah memerah, air dari kelopak matanya sudah siap untuk meluncur ke pipi menuju lehernya. Ia melempar benda runcing tadi, dan mulai mengacak-acak rambutnya.
“HAH!! AKU BENCI DIRIKU! AKU BENCI DUNIA! HAAAAA!”
Teriak Sagara sekencang-kencang nya. Ia kemudian bersujud, meminta maaf dengan memanggil nama seseorang yang sebenarnya masih sangat ia cintai. Aliika, ya benar Aliika sosok yang ia harapkan untuk memaafkan atas kesalahan yang telah laki-laki itu perbuat hari ini.
Di ruangan lainnya, Aliika masih terbujur lemah diatas ranjang itu. Matanya sembab, telaga yang terbentuk di kelopak mata itu pun telah kering beberapa menit yang lalu. Gadis itu sudah tak mampu lagi untuk mengeluarkan air matanya.
Dia diam termenung menatap langit-langit ruangan itu. Cahaya lampu yang terang menyinari ruangan itu, tapi tidak dengan Aliika. Meskipun gadis itu terkena pantulan cahaya lampu tapi tidak dengan hidupnya sekarang. Gelap, suram, menyedihkan, menyakitkan semua nya telah menghujani Aliika tanpa memberikan jeda dan belas kasihan.
Ia kemudian mencoba bangkit dari ranjang nya untuk meraih gagang pintu itu dan menguncinya. Ingin sekali ia kembali ke rumah tetapi sudah larut malam dan keadaan yang kotor dan menjijikkan seperti ini sepertinya tak pantas untuk menapaki rumah nya. Gadis itu akhirnya pasrah dan kantuk menyerangnya. Membuat Aliika memejamkan matanya meski masih dengan nafas sesenggukannya.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik
Tok tok tokSuara pintu membuat Aliika menoleh dari pandangan yang tadi ia fokuskan pada pemandangan luar yang ia lihat dari balkon rumah nya. Langit senja yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Matahari bergerak tenggelam dan akan digantikan oleh bulan yang bersinar terang.“Masuk.” Ucap Aliika. Muncullah Bi Jum pembantu di rumah Aliika.“Nona Aliika, anda ditunggu nyonya di ruang makan.” Ujar Bi Jum, kepalanya tertunduk tak menatap Aliika.“Baiklah, aku akan kesana. Terimakasih, Bi Jum.”Bi Jum mengangguk sambil membungkuk. Kemudian keluar dari sana. Aliika pun ikut keluar. Ia berjalan dengan santai menuju ruang makan. Saat akan sampai, ia dapat melihat Syifana dan Andrian sedang berbincang. Gadis itu pun mengambil duduk di sebelah Andrian dan berhadapan dengan Syifana.“Ada apa, Bun?” tanya Aliika.“Kamu hari ini pergi ke toko bunga ya, untuk membeli bunga guna persiapan mengunjungi makam orangtua Andrian.” Ucap Syifana. Aliika mengerutkan keningnya bingung.“Tumben. Biasany
“Kak Sagara?” Setelah berhasil keluar dari kerumunan itu Aliika berhenti sebentar mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Tak lama kemudian Sagara meninggalkan Aliika untuk mengambil mobil yang ia parkir kan di pinggir jalan. Mobil itu kemudian sudah mendarat tepat di depan Aliika berdiri saat ini. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat fokus menatap kedepan tanpa menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu masih terdiam di tempat. “Kamu gak mau masuk?” ucapnya dingin. Tanpa mengatakan apapun Aliika langsung masuk. Ia menoleh ke arah Sagara, laki-laki itu seperti enggan untuk menatapnya. Entah jijik karena rambut Aliika yang sudah berantakan amburadul gara-gara kerumunan di dalam toko tadi ataukah memang Sagara bersikap dingin karena masalah sebelumnya. Gadis itu menurunkan kaca yang berada di depan langit-langit mobil, merapihkan sedikit rambutnya yang acak adul seperti orang gila. “Pakai seatbeltnya.” Ucap Sagara. Aliika mengangguk dan akan mengambil seatbelt nya sebelum tiba-tib
Sagara kemudian berjalan cepat menuju mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Aliika. Aliika berusaha berjalan cepat untuk menyamakan langkah nya dengan Sagara. Namun fisiknya tak bisa berbohong, kakinya terasa sangat nyeri. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan duduk disana. Sagara menoleh kemudian berdecak sebal. Ia pun berjalan lawan arah dari mobilnya, tanpa mengatakan apapun Sagara langsung menggendong tubuh Aliika seperti tanpa beban. Kemudian membawanya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Aliika hanya diam. Tak mau berbicara ataupun melihat ke arah Sagara. Ia tak tahu harus bagaimana. Perasaannya campur aduk. Belum lagi tubuhnya terasa remuk. Namun Aliika dapat merasakan jika Sagara sedang melihat ke arahnya. “Kenapa kamu pergi gitu aja?” tanya Sagara dengan suara dingin. Aliika terdiam tak menjawab. “JAWAB, Al!!” bentak Sagara, membuat Aliika terkejut. Aliika menoleh ke arah Sagara. Menatap sendu laki-laki itu dengan kelopak mata sudah tergenang oleh air.
Sagara membuka kedua matanya saat merasakan sesuatu yang hangat mengenai ceruk lehernya. Sebuah senyuman akhirnya terbit di bibir Sagara saat mengetahui itu adalah deru nafas Aliika yang sedang tidur terlelap. Entah sadar atau tidak, Aliika tidur sambil memeluk Sagara. Menyembunyikan wajah cantik itu di ceruk leher Sagara.Sagara hanya diam karena ia tak ingin mengganggu Aliika. Sagara tahu pasti gadis itu sangat kelelahan setelah apa yang terjadi semalam. Ia memilih membiarkan gadis itu beristirahat dalam tidur nyenyaknya sambil menghirup dalam aroma coklat di rambut Aliika yang sangat laki-laki itu sukai.“Tak berubah.” Gumam Sagara sambil tersenyum. Ia masih ingat sekali aroma yang dulu sering ia cium dari rambut Aliika. Dan kini ia dapat merasakannya kembali.Telinga Sagara seperti terusik oleh suara gaduh di luar kamarnya. Bahkan Aliika pun sedikit terganggu dengan suara itu terlihat dari tubuhnya yang menggeliat. Sagara mengusap rambut Aliika dengan lembut memberikan kenyamanan
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc