Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.
Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.
Setelah selesai membersihkan diri dan merapikan sedikit rambutnya, gadis itu keluar dari kamar yang semalam ia kunci itu. Gadis itu menguncinya bukan tanpa sebab, ia takut jika Sagara masih dalam pengaruh alkohol kembali masuk ke ruangannya dan melakukan hal yang lebih mengerikan lainnya.
Aliika sedikit terkejut melihat laki-laki yang sedang menyandarkan tubuhnya di wastafel pantry menatap datar ke arahnya. Dua kancing teratas kemeja laki-laki itu terbuka, Aliika mengalihkan pandangannya.
Aliika terdiam mematung disana. Pria itu terus memperhatikan semua gerak-gerik Aliika, namun Aliika berusaha tenang dan tidak menghiraukannya. Kepala Aliika terus menunduk tak berani melihat ke arah Sagara.
“Aku antar kamu pulang.” Ucap Sagara dingin sambil berjalan ke arah meja bar samping wastafel tempatnya tadi berdiri. Aliika melihat Sagara menyembunyikan sesuatu di saku celananya saat Aliika jalan mendekat untuk mengambil segelas air putih. Namun Aliika tak ingin bertanya, karena waktunya tidak tepat.
Kemudian Sagara yang duduk di kursi bar itu memutar kursinya ke arah Aliika berada, “Mau sarapan?” tawar Sagara dengan wajah datarnya. Ia seperti seakan tidak bisa memunculkan ekspresi apapun lagi selain datar.
Aliika hanya menggeleng pelan, “Aku mau pulang saja.” Cicit Aliika masih tak berani menatap Sagara.
Sagara turun dari kursi dan berjalan mendekati Aliika. Tangan kanannya terulur ke arah dagu Aliika dan menariknya untuk mendongak menatap Sagara. Mau tak mau akhirnya Aliika menatap ke arah Sagara.
“Jangan nunduk terus, aku gak suka.” Ucap Sagara menatap lekat Aliika. Aliika hanya diam.
Sejenak kedua mata itu saling bertatapan dengan jarak yang cukup dekat, hingga akhirnya Sagara melontarkan sebuah kata yang sedikit membuat hati gadis itu seakan bergejolak.
“Maaf.” ucap Sagara. Hanya itu, namun menusuk hati. Aliika tak bergeming, berusaha untuk tetap tenang dan tidak ingin membalas dengan ekspresi apapun. Tatapannya masih terkunci pada tatapan Sagara. Hingga laki-laki itu melepaskannya berpaling terlebih dahulu.
“Ayo aku antar pulang, cepat jangan lelet. Aku tunggu diluar.” Ujar Sagara sambil berjalan mendahului Aliika. Baru saja ia melontarkan kalimat keramat itu, sekarang sikapnya kembali sarkas. Aliika menghembuskan nafasnya, lalu mengikuti Sagara dengan berjalan di belakangnya.
Sagara mengambil jaket kulitnya dan kunci mobil Aliika. Ia akan mengantar Aliika menggunakan mobil milik gadis itu. Nanti Sagara dapat pulang menggunakan taxi.
Jari-jari Sagara sudah bergerak dengan lihai untuk mengetikkan password pintu apartemennya. Aliika memperhatikan gerakan tangan itu. Dan gadis itu tahu benar jika password nya masih sama. Pintu apartemen terbuka. Namun betapa terkejutnya Sagara dan Aliika melihat Rama dan Andrian yang sudah berdiri di depan pintu apartemen Sagara.
“Ayah…. Andrian..” lirih Aliika menatap bergantian dua sosok yang berdiri dengan satu menatap Aliika datar dan satu lainnya menatap tajam Sagara dengan rahang yang sudah mengeras juga wajah memerah menahan emosi.
Bugh
“Andrian!!” tajam Rama saat keponakannya memberikan bogeman pada Sagara.
Sagara yang tidak siap langsung terjengkang kebelakang. Tak berhenti sampai disitu, kini Andrian menarik kerah kemeja yang digunakan Sagara dengan erat dan menatap tajam laki-laki itu.
“Kamu apakan Aliika? Lancang sekali kau menyembunyikannya disini. Hah!” gertak Andrian. Membuat Aliika yang sedari tadi blank akhirnya tersadar dan membantah perkataan Andrian.
“Nggak Kak. Bukan seperti itu, Kak Sagara gak salah.” lirih Aliika menjelaskan. Namun Andrian masih mencengkram kerah Sagara, bahkan lututnya menindih perut Sagara.
Rama yang geram melihat tingkah brutal keponakannya langsung menarik Andrian secara kasar. Menjauhkan laki-laki itu dari Sagara.
“Kendalikan emosimu Andrian!” bentak Rama. Andrian mengumpat pelan. Om nya masih saja membela Sagara. Bahkan Om nya sendiri telah melihat apa yang dilakukan Sagara kepada Aliika, tetapi tetap saja ia memberi ampunan pada laki-laki brengsek itu.
Rama menatap Sagara yang kini sudah berdiri dengan menahan sakit di perut dan sudut bibirnya. Luka di dalam fisiknya belum sembuh dan kini Andrian sudah menambahnya lagi. Memang laki-laki itu temperamental sekali.
“Jelaskan ada apa ini?” tanya Rama dengan nada dingin. Baru saja Sagara ingin memberikan penjelasan namun Aliika sudah mendahuluinya.
“Semalam Kak Sagara sakit, Yah. Aliika terpaksa kesini untuk melihat keadaannya. Waktu akan pulang Aliika tidak tega meninggalkan Kak Sagara. Jadi Aliika gak pulang, maaf.” Lirih Aliika menundukkan kepalanya karena takut pada Rama jika dirinya sedang berbohong.
Rama menatap putrinya dalam. Ia tahu jika Aliika sedang berbohong. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang gelisah. Rama beralih menatap Sagara, mencari penjelasan padanya. Sagara mengerti akan hal itu.
Ia menghela nafasnya sejenak kemudian mulai berbicara, “Semalam saya mabuk, sepertinya teman saya menghubungi Aliika agar dia datang menjemput saya di club. Tapi entahlah saya tidak yakin karena saya tidak sepenuhnya sadar. Kemudian Aliika membawa saya ke apartemen. Dan maaf, semalam saya sempat khilaf ingin memper…”
“Brengsek!!” potong Andrian bersiap akan menghantam Sagara. Rama langsung menahan keponakannya itu yang akan menghajar Sagara kembali. Karena ia ingin mendengar semua kebenaran dari mulut Sagara.
“Lanjutkan.” Ucap Rama dingin. Aliika hanya terdiam mematung dan semakin menunduk saat mendengar suara dingin Ayahnya.
“Tapi itu tidak sampai terjadi. Saya sadar jika itu salah karena sudah larut malam saya membiarkan Aliika menginap disini. Bahkan kamar kami berbeda, dan sekarang baru saja saya akan mengantarkan Aliika pulang.” Lanjut Sagara.
Deru nafas Andrian naik turun. Ia berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya. Sedangkan Rama masih bersikap tenang. Rama berjalan mendekati Sagara. Tangan kanannya memegang bahu Sagara.
“Saya tunggu pertanggung jawaban kamu. Bagaimanapun juga kamu sudah menyentuh putri saya, dan saya tidak terima itu.” ucap Rama dengan nada rendah. Sagara mengangguk.
“Saya akan segera menikahi Aliika. Saya akan bertanggung jawab.” ucap Sagara dengan mantap.
Aliika terkejut, Ia langsung mendongak menatap ke arah Sagara. Sagara terlihat sangat bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Entah harus senang atau sedih, Aliika tidak tahu. Yang jelas kini perasaannya sangatlah tidak karuan.
Rama mengangguk kecil, “Saya tunggu.” Balasnya lagi.
Rama melihat ke arah Aliika yang masih terpaku disana. Kemudian Rama melihat kearah Andrian, memberi isyarat agar Andrian membawa Aliika pulang.Tanpa basa-basi Andrian langsung menggandeng tangan Aliika untuk keluar dari sana tanpa mengatakan apapun.
Aliika sempat menoleh ke arah Sagara saat ia diambang pintu. Laki-laki itu sama sekali tak ingin menatapnya. Dan hal itu membuat hati Aliika mencelos. Sakit sekali.
Rama pun ikut berjalan keluar dari apartemen Sagara. Berjalan di belakang Andrian dan Aliika. Andrian terlihat marah saat menggandeng Aliika. Terlihat dari langkah terburu-buru dan lebar laki-laki itu. Membuat Aliika sedikit kewalahan mengimbangi langkahnya.
Rama sangat khawatir saat mengetahui Aliika tidak berada dirumah dan ternyata setelah dilacak ponsel dan mobilnya berada di apartemen milik Sagara. Rama sangat takut jika putri semata wayangnya itu kenapa-kenapa.
Dan ketika Sagara menjelaskan semuanya, Rama merasa hatinya seperti di cabik-cabik. Meskipun hal itu tidak sampai terjadi tetap saja ia merasa sakit ketika mendengar putrinya dijamah oleh laki-laki yang belum memiliki status apapun dengan Aliika.
Dan Rama sadar, ternyata begini rasanya menjadi seorang Ayah. Kekhawatiran seorang Ayah yang memiliki seorang putri. Kini tugas Rama adalah menjaga Aliika sampai Aliika resmi menjadi seorang istri. Dan juga membimbing Andrian keponakannya agar menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan selalu berfikir jernih.
******
Setelah mereka semua pergi Sagara menghela nafasnya. Ia menutup pintu apartemennya kemudian langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa. Kepala ia sandarkan pada sandaran sofa wajahnya menghadap ke atas.
Menikahi Aliika….
Hal yang selalu ingin Sagara hindari. Namun karena kesalahannya, mau tidak mau ia tetap harus melakukannya. Sagara memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berat dan pusing. Dirinya sebenarnya sangatlah tidak siap untuk menikah. Karena ada hal yang harus ia fokuskan terlebih dahulu.
Namun karena kecerobohannya ini ia harus segera menikahi Aliika. Ia tidak mau lari dari tanggung jawab dan mengingkari janjinya pada Rama. Dan kini Sagara harus memantapkan hati dan mempersiapkan diri.
Laki-laki itu bangkit dari kenyamanannya. Duduk dengan meletakkan tangan diatas paha sedikit membungkuk dan menangkupkan kedua tangannya. Terlihat sangat macho dan manly. Lalu tangannya merogoh saku untuk mengambil ponselnya. Ia mencari sebuah kontak, saat sudah ketemu sagara menekan nama itu.
Ia menghela nafasnya sejenak sebelum menekan gambar telepon, “Halo, Pa. Sagara menerima perjodohan ini. Dan Sagara secepatnya akan menikahinya.”
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik
Tok tok tokSuara pintu membuat Aliika menoleh dari pandangan yang tadi ia fokuskan pada pemandangan luar yang ia lihat dari balkon rumah nya. Langit senja yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Matahari bergerak tenggelam dan akan digantikan oleh bulan yang bersinar terang.“Masuk.” Ucap Aliika. Muncullah Bi Jum pembantu di rumah Aliika.“Nona Aliika, anda ditunggu nyonya di ruang makan.” Ujar Bi Jum, kepalanya tertunduk tak menatap Aliika.“Baiklah, aku akan kesana. Terimakasih, Bi Jum.”Bi Jum mengangguk sambil membungkuk. Kemudian keluar dari sana. Aliika pun ikut keluar. Ia berjalan dengan santai menuju ruang makan. Saat akan sampai, ia dapat melihat Syifana dan Andrian sedang berbincang. Gadis itu pun mengambil duduk di sebelah Andrian dan berhadapan dengan Syifana.“Ada apa, Bun?” tanya Aliika.“Kamu hari ini pergi ke toko bunga ya, untuk membeli bunga guna persiapan mengunjungi makam orangtua Andrian.” Ucap Syifana. Aliika mengerutkan keningnya bingung.“Tumben. Biasany
“Kak Sagara?” Setelah berhasil keluar dari kerumunan itu Aliika berhenti sebentar mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Tak lama kemudian Sagara meninggalkan Aliika untuk mengambil mobil yang ia parkir kan di pinggir jalan. Mobil itu kemudian sudah mendarat tepat di depan Aliika berdiri saat ini. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat fokus menatap kedepan tanpa menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu masih terdiam di tempat. “Kamu gak mau masuk?” ucapnya dingin. Tanpa mengatakan apapun Aliika langsung masuk. Ia menoleh ke arah Sagara, laki-laki itu seperti enggan untuk menatapnya. Entah jijik karena rambut Aliika yang sudah berantakan amburadul gara-gara kerumunan di dalam toko tadi ataukah memang Sagara bersikap dingin karena masalah sebelumnya. Gadis itu menurunkan kaca yang berada di depan langit-langit mobil, merapihkan sedikit rambutnya yang acak adul seperti orang gila. “Pakai seatbeltnya.” Ucap Sagara. Aliika mengangguk dan akan mengambil seatbelt nya sebelum tiba-tib
Sagara kemudian berjalan cepat menuju mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Aliika. Aliika berusaha berjalan cepat untuk menyamakan langkah nya dengan Sagara. Namun fisiknya tak bisa berbohong, kakinya terasa sangat nyeri. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan duduk disana. Sagara menoleh kemudian berdecak sebal. Ia pun berjalan lawan arah dari mobilnya, tanpa mengatakan apapun Sagara langsung menggendong tubuh Aliika seperti tanpa beban. Kemudian membawanya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Aliika hanya diam. Tak mau berbicara ataupun melihat ke arah Sagara. Ia tak tahu harus bagaimana. Perasaannya campur aduk. Belum lagi tubuhnya terasa remuk. Namun Aliika dapat merasakan jika Sagara sedang melihat ke arahnya. “Kenapa kamu pergi gitu aja?” tanya Sagara dengan suara dingin. Aliika terdiam tak menjawab. “JAWAB, Al!!” bentak Sagara, membuat Aliika terkejut. Aliika menoleh ke arah Sagara. Menatap sendu laki-laki itu dengan kelopak mata sudah tergenang oleh air.
Sagara membuka kedua matanya saat merasakan sesuatu yang hangat mengenai ceruk lehernya. Sebuah senyuman akhirnya terbit di bibir Sagara saat mengetahui itu adalah deru nafas Aliika yang sedang tidur terlelap. Entah sadar atau tidak, Aliika tidur sambil memeluk Sagara. Menyembunyikan wajah cantik itu di ceruk leher Sagara.Sagara hanya diam karena ia tak ingin mengganggu Aliika. Sagara tahu pasti gadis itu sangat kelelahan setelah apa yang terjadi semalam. Ia memilih membiarkan gadis itu beristirahat dalam tidur nyenyaknya sambil menghirup dalam aroma coklat di rambut Aliika yang sangat laki-laki itu sukai.“Tak berubah.” Gumam Sagara sambil tersenyum. Ia masih ingat sekali aroma yang dulu sering ia cium dari rambut Aliika. Dan kini ia dapat merasakannya kembali.Telinga Sagara seperti terusik oleh suara gaduh di luar kamarnya. Bahkan Aliika pun sedikit terganggu dengan suara itu terlihat dari tubuhnya yang menggeliat. Sagara mengusap rambut Aliika dengan lembut memberikan kenyamanan
Perjalanan di mobil bersama Sagara sungguh membuat Aliika bosan. Pasalnya sedari tadi mereka tidak ada yang mau memulai pembicaraan, hanya alunan lagu strong milik boyband one direction. Padahal jika Sagara ingin berbicara Aliika pasti akan menjadi pendengar yang baik. Dan juga gadis itu akan selalu merespon apa yang diutarakan oleh Sagara. “Makasih.” Ucap Aliika lirih. Gadis itu menunduk memainkan jari-jarinya. Ia nampak sedikit gelisah setelah mengucapkan kalimat yang keluar dari mulutnya barusan. Karena sepertinya gadis itu terlambat mengatakannya dan juga ia malu jika Sagara malah diam saja dan tidak menjawab. Sagara berdehem, “Itu kesalahan mu Al, kau pergi begitu saja tanpa izin padaku dan lihatlah yang terjadi. Bibirmu terluka…” Sagara menjeda ucapannya. “Masih perih kah?” tanya Sagara kemudian laki-laki itu menoleh bersamaan Aliika juga memutar kepala nya ke arah Sagara. Mereka terkunci dalam keheningan dengan tatapan yang sulit diartikan. Lima menit, hanya lima menit Sagar
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc