Aliika terbangun ketika mendengar suara dari nakas samping tempat tidurnya. Dengan mata masih berat untuk terbuka ia mencari asal suara itu. Dan ternyata itu karena ponselnya yang berdering. Aliika terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan singkat di ponselnya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, itu semuanya dari Sagara. Tak pikir lama Aliika langsung menelpon Sagara kembali.
“Halo Kak..” Aliika langsung menjauhkan ponselnya saat suara bising keras terdengar ketika sambungan diterima.
“Halo.. ini Aliika ya? Eh kamu bisa kesini nggak? Aku temannya Sagara, dia lagi mabuk di club.” ucap seseorang di seberang sana.
Aliika membulatkan mata, “ Apa! Terus?” tanya Aliika panik.
“Nanti aku jelasin. Yang penting kamu kesini dulu, aku kirim alamatnya ya.”
“Oke.”
Sambungan telepon terputus.
Aliika sangat panik. Ia melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dini hari. Aliika bingung harus berbuat apa. Namun ia sangat ingin menjemput Sagara, tapi ia takut datang kesana sendirian. Sekitar lima menit Aliika mondar-mandir sambil menggigit ujung kukunya.
Drt drt
Ponselnya kembali bergetar. Ia melihat ada sebuah pesan dari Sagara yang pastinya dikirim oleh temannya tadi. Orang yang belum sempat memperkenalkan dirinya itu mengirimkan alamat lokasi pada Aliika. Dan benar tempat itu adalah sebuah club. Aliika menelaah alur perjalanan menuju tempat itu.
Kemudian tanpa berpikir lagi, Aliika langsung mengambil cardigan nya kemudian keluar kamar dengan hati-hati agar tidak membuat kebisingan. Suasana di rumahnya sudah sangat sepi, sepertinya semua orang sudah tidur.
Aliika memberanikan diri untuk masuk ke ruang kerja Rama guna mengambil kunci mobil yang ada di dalam laci ruangan itu. Semua kunci kendaraan pasti disimpan disana. Sedari tadi Aliika sudah takut jika ternyata Ayahnya belum tidur dan masih lembur disana. Namun Aliika bernafas lega setelah membuka pintu itu dan ternyata tak ada siapapun.
Aliika segera membuka salah satu laci di meja yang ada disana. Mengambil kunci sebuah mobil yang biasa ia kendarai. Kemudian ia langsung keluar dari sana dengan tergesa-gesa.
Saat ia akan keluar dari pintu utama rumahnya langkahnya tiba-tiba terhenti karena melihat sosok yang terlihat gagah sedang berdiri di depan pos jaga rumah Aliika, yang tak lain adalah satpam rumahnya.
“Aduh bagaimana aku bisa lupa jika disana ada pak satpam.” Batin Aliika lalu menepuk keras jidatnya. Ia lalu berpikir bagaimana caranya agar dirinya bisa keluar tanpa ketahuan satpam itu.
Ia pun memiliki ide untuk berjalan ke belakang rumahnya dan mengambil sebuah kerikil yang kemudian dilemparkan ke arah tiang gazebo samping rumah, yang terbuat dari besi hingga berbunyi ting. Gadis itu kemudian berlari ke sisi lain untuk menuju garasi rumahnya, perlu diketahui garasi milik Aliika sudah dilengkapi dengan remote jadi, saat membukanya menggunakan remote dan tidak akan bersuara sama sekali.
Gadis itu lalu dengan cepat menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya keluar gerbang setelah ia membuka gerbang itu. Aliika sudah memiliki firasat jika satpamnya itu pasti mengetahui kejanggalan yang ada tapi Aliika tak pikir pusing, itu bisa nanti ia jelaskan yang terpenting dirinya harus cepat ke club itu untuk menjemput Sagara.
Sebelumnya Aliika belum pernah berbohong dan melakukan hal aneh. Aliika tak pernah pergi diam-diam dari rumah. Dan ini adalah pertama kalinya ia pergi tanpa izin di tengah malam dan itu semua demi Sagara. Laki-laki yang selalu menyakiti hatinya.
*********
Dentuman musik terdengar begitu keras, mengalahkan suara musik di kamar Andrian tentunya. Bau alkohol, rokok, dan barang terlarang langsung menusuk indra penciuman Aliika. Matanya langsung disuguhkan oleh berbagai macam pemandangan. Ada yang sedang berciuman, bergoyang di dance floor, berbincang dan menikmati minuman di meja bar.
Dan saat itulah mata Aliika menangkap sosok Sagara yang duduk di salah satu kursi sudut ruangan. Tengah menggenggam sebotol alkohol yang entah jenis apa itu. Aliika tidak mengerti.
Aliika berjalan mendekati Sagara. Orang-orang disana menatapnya aneh. Gadis berwajah polos yang memakai cardigan rajut dengan celana jeans panjang serta sepatu vans sama sekali tak cocok untuk berada disana. Namun Aliika tak peduli. Ia hanya ingin membawa Sagara pulang.
“Kak Sagara…” panggil Aliika lembut. Sagara langsung menoleh sambil tersenyum dan bertepuk tangan. Laki-laki itu benar mabuk.
Aliika tercekat dengan yang dilakukan Sagara, ia tersenyum padanya meskipun dalam keadaan sedang mabuk. Setidaknya gadis itu bisa kembali melihat senyum Sagara setelah sekian lama. Namun selanjutnya ia disadarkan oleh kehadiran seseorang.
“Aliika akhirnya kamu datang. Sagara mabuk, aku tidak bisa membawa dia pulang. Karena masih ada urusan yang harus diselesaikan. Jadi tolong kamu bawa pulang dia ya.” Ucap orang itu yang diyakini Aliika teman Sagara. Aliika hanya mengangguk.
“Ayo… bawa aku pulang. Bukannya kamu pengen kita nikah? Tinggal bersama, jadi ayo sekarang.” Ucap Sagara sambil berusaha berdiri. Membuat tubuhnya hampir saja terjatuh jika tidak Aliika dan teman Sagara langsung menangkapnya.
“Ck, ni manusia kalo mabuk nyusahin orang sedunia!” ucap teman Sagara kesal. Aliika hanya diam. Dia hanya merasa tak percaya dengan semua ini. Ternyata Sagara seorang pemabuk. Sama sekali bukan diri Sagara yang dulu.
“Kamu bawa mobil kan?” tanya teman Sagara.
“Iya.” Jawab Aliika singkat.
“Yaudah ayo bawa dia ke mobil kamu.”
Aliika dan teman Sagara membopong Sagara menuju mobil Aliika. Susah payah mereka membawa tubuh besar Sagara masuk ke dalam mobil. Dan akhirnya mereka berhasil.
“Oh iya Al, lebih baik kamu bawa ke apartemennya aja. Kamu tahu kan?”
“Iya tahu.”
“Oke. Makasih udah bantuin. By the way aku Ferza.” Ucap teman Sagara bernama Ferza itu pada Aliika sambil mengulurkan tangannya.
Aliika tersenyum sambil menerima uluran tangan itu. “Aliika.”
“Aku tahu, Sagara cerita banyak tentang mu.”
Aliika terkejut. Apa yang diceritakan Sagara tentang dirinya pada Ferza?
“Dia gak cerita aneh-aneh kok. Udah gak usah dipikirin, sekarang kamu bawa dia balik aja.”
Aliika mengangguk kemudian mengucapkan terimakasih pada Ferza. Kemudian gadis itu langsung membawa mobilnya pergi dari tempat itu menuju apartemen Sagara.
Diperjalanan Aliika memperhatikan Sagara yang terlelap di sampingnya. Dimata Aliika jika Sagara sedang terlelap, seperti terlihat layaknya seorang bayi. Aliika benar-benar berharap jika Sagara dapat kembali seperti dulu lagi.
Gadis itu bertanya-tanya kenapa Sagara bisa sampai mabuk seperti ini? Apa karena laki-laki itu merasa frustasi dengan masalahnya? Atau memang Sagara menyenangi hal seperti ini dan sering melakukannya?
Tak terasa mobil Aliika sudah sampai di apartemen Sagara. Dengan seluruh tenaganya, tubuh kecil Aliika menopang tubuh besar Sagara menuju apartemennya. Untung saja Sagara masih bisa sedikit menopang tubuhnya dan itu meringankan beban Aliika.
Sampai di depan pintu apartemen lagi-lagi Aliika dihadapkan oleh masalah. Ia tidak tahu password apartemen itu. Aliika meneguk salivanya, matanya mengedar ke seluruh penjuru lorong apartemen. Sangat sepi, tentu saja sepi bagaimana tidak waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Dan malah seorang gadis berada diluar rumah dan bersama seorang laki-laki yang bahkan keduanya tidak memiliki status apapun.
Aliika merasa keberatan, tubuh Sagara yang atletis seperti hulk ini terasa semakin bertambah lemaknya. Meskipun bukan lemak tetapi tetap saja BERAT. Gadis itu mencoba untuk sedikit menjinjing ke atas badan Sagara yang sudah mulai mengendur dari pegangan Aliika. Aliika menatap Sagara, mata laki-laki itu sayup-sayup terbuka. Sagara mabuk berat, gadis itu menghela nafas kasar. Ia memutuskan untuk bertanya mengenai password apartemennya.
“Kak Sagara, passwordnya apa?” tanya Aliika pada Sagara, meski ia tak yakin Sagara akan menjawabnya, terlihat dari matanya yang belum terbuka sempurna. Sepertinya laki-laki itu tak sadarkan diri.
Tangan kanan Aliika mencoba untuk mengetikkan nama Sagara disana. Susah payah jarinya menekan tombol itu namun salah. Tanggal lahir Sagara juga salah. Aliika terus mencoba namun tidak bisa. Gadis itu sedikit merengek hampir menangis karena sudah hampir setengah jam dia dan Sagara tak kunjung masuk ke apartemen itu.
Aliika hanya takut jika ada seseorang yang melihatnya membawa laki-laki sedang mabuk. Gadis itu juga takut jika orang-orang sekitar terganggu akan mereka.
“Chalila.” ujar Sagara dengan pelan. Aliika terkejut, tiba-tiba mulut Sagara melontarkan nama yang tak asing baginya. Aliika Soraya Chalila adalah nama lengkapnya. Sagara pasti melantur.
“Chalila buka pintunya..” ujar Sagara lagi seakan baru saja mengucapkan sebuah mantra untuk membuka pintu itu. Aliika menatap sendu Sagara apakah benar laki-laki itu menggunakan namanya untuk password apartemen laki-laki itu.
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik
Tok tok tokSuara pintu membuat Aliika menoleh dari pandangan yang tadi ia fokuskan pada pemandangan luar yang ia lihat dari balkon rumah nya. Langit senja yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Matahari bergerak tenggelam dan akan digantikan oleh bulan yang bersinar terang.“Masuk.” Ucap Aliika. Muncullah Bi Jum pembantu di rumah Aliika.“Nona Aliika, anda ditunggu nyonya di ruang makan.” Ujar Bi Jum, kepalanya tertunduk tak menatap Aliika.“Baiklah, aku akan kesana. Terimakasih, Bi Jum.”Bi Jum mengangguk sambil membungkuk. Kemudian keluar dari sana. Aliika pun ikut keluar. Ia berjalan dengan santai menuju ruang makan. Saat akan sampai, ia dapat melihat Syifana dan Andrian sedang berbincang. Gadis itu pun mengambil duduk di sebelah Andrian dan berhadapan dengan Syifana.“Ada apa, Bun?” tanya Aliika.“Kamu hari ini pergi ke toko bunga ya, untuk membeli bunga guna persiapan mengunjungi makam orangtua Andrian.” Ucap Syifana. Aliika mengerutkan keningnya bingung.“Tumben. Biasany
“Kak Sagara?” Setelah berhasil keluar dari kerumunan itu Aliika berhenti sebentar mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Tak lama kemudian Sagara meninggalkan Aliika untuk mengambil mobil yang ia parkir kan di pinggir jalan. Mobil itu kemudian sudah mendarat tepat di depan Aliika berdiri saat ini. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat fokus menatap kedepan tanpa menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu masih terdiam di tempat. “Kamu gak mau masuk?” ucapnya dingin. Tanpa mengatakan apapun Aliika langsung masuk. Ia menoleh ke arah Sagara, laki-laki itu seperti enggan untuk menatapnya. Entah jijik karena rambut Aliika yang sudah berantakan amburadul gara-gara kerumunan di dalam toko tadi ataukah memang Sagara bersikap dingin karena masalah sebelumnya. Gadis itu menurunkan kaca yang berada di depan langit-langit mobil, merapihkan sedikit rambutnya yang acak adul seperti orang gila. “Pakai seatbeltnya.” Ucap Sagara. Aliika mengangguk dan akan mengambil seatbelt nya sebelum tiba-tib
Sagara kemudian berjalan cepat menuju mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Aliika. Aliika berusaha berjalan cepat untuk menyamakan langkah nya dengan Sagara. Namun fisiknya tak bisa berbohong, kakinya terasa sangat nyeri. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan duduk disana. Sagara menoleh kemudian berdecak sebal. Ia pun berjalan lawan arah dari mobilnya, tanpa mengatakan apapun Sagara langsung menggendong tubuh Aliika seperti tanpa beban. Kemudian membawanya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Aliika hanya diam. Tak mau berbicara ataupun melihat ke arah Sagara. Ia tak tahu harus bagaimana. Perasaannya campur aduk. Belum lagi tubuhnya terasa remuk. Namun Aliika dapat merasakan jika Sagara sedang melihat ke arahnya. “Kenapa kamu pergi gitu aja?” tanya Sagara dengan suara dingin. Aliika terdiam tak menjawab. “JAWAB, Al!!” bentak Sagara, membuat Aliika terkejut. Aliika menoleh ke arah Sagara. Menatap sendu laki-laki itu dengan kelopak mata sudah tergenang oleh air.
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc