'Kau adalah pria pertama yang melakukan ini padaku Bimo, dan aku merelakannya’, bathin Ratri. Ratri lalu membalas lumatan bibir Bimo dengan lebih ganas. Kini dirinya sudah di kuasai sepenuhnya oleh hasrat, yang menggelora dalam dirinya menuntut pelepasan.!Dengan mudah Ratri meloloskan dasternya. Hingga kini nampaklah tubuh utuh Ratri di hadapan Bimo. Sungguh eksotik dan membuat jantung Bimo berdebar, melihat lekuk seksi dan indah tubuh Ratri. Tubuh yang begitu matang, mulus, dan kencang, bak buah apel yang baru saja dipetik. Terlihat bra hitam berenda dan celana dalam yang juga berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit Ratri yang berwarna putih mulus. Tak mau hanya dia yang polos, Ratri menarik celana pendek Bimo. Sretth..! Dan tanpa di minta Bimo pun membuka celana dalamnya. "Ahh..! Bimo..!" seru Ratri terpana, melihat betapa tegang dan perkasanya milik Bimo. Dan tubuh Ratri pun semakin bergetar. Kini dihadapannya nampak sosok polos pemuda, yang memang telah mulai di impi
“Sttt, Bimo. Nanti kamu langsung keluar saja ya. Makasih Bimo sayank,” bisik Ratri, sambil sekilas mengecup bibir Bimo. Ratri pun beranjak menuju kamar Desi, yang berada di sebelah kamarnya. Dia langsung masuk dan memeluk Desi, yang tengah menunggunya sambil duduk di tepi ranjang. “Kok Desi takut sih bobo sendirian sayang..?” tanya Ratri. “Habis Dedi mimpi mendengar suara Tante Ratri seperti di cekik orang. Makanya Desi jadi takut terus bangun,” ucap Desi polos. Desi tak tahu, jika suara yang di kiranya mimpi itu memang nyata adanya. Wajah Ratri memerah bukan main, mendengar ucapan Desi yang polos itu, 'Untunglah bocah ini menganggap suaraku mimpi belaka, jika tidak bisa kacau’, bathin Ratri, merasa malu dan gemas pada Desi. Bimo keluar dari kamar Ratri, saat dirasa kondisi sudah aman dan Desi sudah tidur kembali. Bimo kembali memasuki kamarnya di sebelah pos jaga, dan langsung merebahkan diri di ranjang. Bimo agak was was juga, jika Desi sampai mengetahui Ratri dan dirinya b
"T-tidak Bos..! Lebih dahsyat pukulan Bos,” sahut seorang pengawal panik. Dia tak bisa membayangkan, jika kepalanya yang terkena pukulan bosnya. “Kalau begitu cepat berpencar..! Cari mereka sampai dapat ..!” bentak Anton murka. “Siapp Boss..!!” ucap mereka semua serentak, lalu bergegas keluar dari ‘Big House’, dengan mengendarai sepeda motor mereka masing-masing. Mereka menyebar ke arah empat penjuru angin. Mereka terdiri dari 4 buah motor, dengan masing-masing berboncengan. Mereka bertekad menemukan dan melaporkan keberadaan Desi putri Wulan. Yang saat ini menjadi prioritas utama pencarian mereka. Mata mereka awas mencari di sepanjang jalan yang mereka lalui. Dan secara kebetulan, salah satu dari mereka melihat 3 sosok yang mereka cari tengah asyik berjalan-jalan di luar perumahan ‘Permata Indah’. Spontan mereka menghentikan motornya, dan mengamati ketiga sosok yang mereka cari itu dari kejauhan. Orang yang membonceng mengambil inisiatif untuk merekam Bimo, Desi, dan Ratri, d
"Ahh..! Kak Wulan..! Di mana kamu ?!” seru kaget Ratri mendengar suara yang sangat dikenalnya itu. “Aku di rumah judi ‘Big House’ Ratri, ponselku di sita Anton. Ini adalah nomorku yang baru Ratri. Aku mendapatkan nomormu melalui operator rumah sakit. Untunglah operator memberikan nomormu padaku." “Kak Wulan, nanti malam Ratri dan Bimo akan menjemput kakak di ‘Big House’. Kakak bersiaplah." Ratri memberitahukan. “Hahh..! Jangan Ratri..! Berbahaya kalau kau ke sini. Aku tak mau kau bernasib sama sepertiku, Ratri..!” seru Wulan melarang adiknya menyusulnya. “Tidak Kak..! Ratri percaya pada kemampuan Bimo..! Ratri tetap akan menjemput Kak Wulan nanti malam bersama Bimo. Desi aman bersama Ratri sekarang Kak!” seru Ratri, membantah keras larangan kakaknya untuk tidak menyusulnya ke ‘Big House’. “Ratri! Berapa kali kakak harus bilang di ‘Big House’ itu berbahaya..! Ada guru Anton bernama Ki Sindulaga di sini! Taruhlah Bimo menang melawan Anton, tapi apakah dia bisa menghadapi Ki Sindu
“Setelah makan nanti, Desi main di tempat Kakek dulu ya. Nanti malam atau besok pagi baru tante jemput lagi ya,” ucap Ratri memberitahu Desi. “Iya nggak papa Tante, tapi jemputnya sama Mamah ya,” ucap Desi cepat. “Iya Desi, besok Om sama Tante Ratri akan membawa serta Mamah ke rumah Kakek,” ucap Bimo tersenyum, meyakinkan Desi. Bimo mendahului Ratri membayarkan makan malam mereka. Ratri menjadi agak malu di traktir sama Bimo. Karena Ratri merasa sebagai tuan rumah, namun malah dia yang di traktir sama Bimo, tamunya. “Sudahlah Mbak Ratri, nggak ada larangan kan tamu mentraktir tuan rumah? Toh nggak setiap hari lho Mbak. Hehe,” ucap Bimo terkekeh, seperti tahu saja isi hati Ratri. “Ya sudah tak apa-apa Bimo, tapi nanti jangan menolak pemberianku ya,” ucap Ratri pelan. Ya, diam-diam rupanya Ratri telah merencanakan sesuatu untuk Bimo.“Iya Mbak Ratri,” ucap Bimo, tak ingin membuat Ratri kecewa. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah orangtua Ratri. Bimo memilih tetap duduk
Slaph..!!Wulan merasa kakinya tak menapak tanah. Sekujur tubuhnya bagai melesat cepat, dengan hembusan keras angin yang berkesiuran di telinganya. Namun itu hanya sekejap saja terasa, lalu...Taph..!Wulan kembali merasakan kakinya menjejak tanah. Dan saat dia membuka matanya. Maka Wulan pun melihat, jika kini dia berada di belakang sebuah mobil yang dikenalnya. “Kak Wulan..!” seru Ratri, sambil bergegas turun dari mobilnya dan memeluk sang kakak. Wulan sendiri masih tertegun tak percaya, atas semua yang baru dialaminya. “Ratri! Tsk, tsk!" terdengar isak tangis Wulan, setelah menyadari ini bukanlah mimpi. “Kak Wulan, kau tak apa-apa kan? Tsk, tskk..!” tanya Ratri yang juga ikut terisak, merasakan penderitaan kakaknya. “Ehemm. Mbak Ratri, sebaiknya cepat kamu bawa Mbak Wulan ke rumah. Pertemukan dia dengan Desi. Biarlah urusan selanjutnya di ‘Big House’ aku yang urus,” ujar Bimo tenang. Hal yang menyadarkan Ratri dan Wulan, bahwa mereka belum berada di tempat yang aman. “Baik
"Miko kau turunlah..! Gantikan Ojay! Mainkan tebak angka dadu!” perintah Ronny pada Miko yang berada di ruangannya. Pada permainan tebak angka dadu, biasanya jarang pengunjung yang berani bermain. Karena jika salah menebak, maka bandarlah yang menang. Namun jika berhasil menebak, maka pemain akan mendapatkan 10 kali lipat dari coin yang dipasangnya. Miko pun dari lantai 2 dan mendekati Ojay, bandar yang kini sedang bekerja. Melihat Miko di sebelahnya. Maka Ojay pun langsung paham, kalau dia harus mundur. Segera Ojay mundur ke belakang, dan Miko maju menggantikan posisinya. “Sekarang saatnya permainan tebak angka dadu! Jika tebakkan salah, pasangan menjadi milik bandar! Dan jika tebakkan benar, bandar akan membayar 10 kali lipat dari coin pasangan!” seru Miko. Otomatis hampir semua pemain langsung mundur. Kini hanya Bimo yang bertahan dalam permainan tebak angka dadu itu. ‘Hmm. Akhirnya aku mulai di pantau, bagus!' seru bathin Bimo. Dia merasa dirinya sudah berhasil menarik pe
"Suatu kehormatan, bisa bermain dengan bos pemilik tempat ini Tuan Anton,” ucap Bimo dengan senyum ramah pula. ‘Hmm. Ketenangan tingkat tinggi’, bathin Anton, menilai sikap Bimo. “Silahkan pasang taruhanmu Tuan Muda siapa ya?” tanya Anton, sambil mengulurkan tangannya yang di aliri tenaga dalam pada Bimo. Bimo yang mengetahui ‘isi’ dalam tangan Anton langsung menyambutnya. Namun Bimo tak mengeluarkan tenaga dalamnya sedikit pun. Dia tahu sedang di uji oleh Anton. Sebab jika Bimo mengalirkan juga tenaga dalamnya, maka ia merasa rencananya bisa gagal sebelum di mulai. Bimo juga merasakan energi lain yang cukup besar tengah membaking Anton, dan dia sudah menebak itu adalah energi Ki Sindulaga. “Ahh! Saya Bimo, Tuan Anton,” Bimo berlagak agak kaget dan kesakitan bagai di setrum. Saat dia bersalaman dengan Anton. ‘Hmm. Hanya orang yang sedang hoki saja nampaknya’, bathin Anton, sambil tersenyum ramah. “Maaf, saya menjabat tangan anda terlalu bersemangat, Tuan Bimo” ucap Anton. "O
"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K
Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
"Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka
"Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai
"Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan
'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat