Share

Bab 82.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-01-15 16:22:52

"Miko kau turunlah..! Gantikan Ojay! Mainkan tebak angka dadu!” perintah Ronny pada Miko yang berada di ruangannya.

Pada permainan tebak angka dadu, biasanya jarang pengunjung yang berani bermain. Karena jika salah menebak, maka bandarlah yang menang.

Namun jika berhasil menebak, maka pemain akan mendapatkan 10 kali lipat dari coin yang dipasangnya.

Miko pun dari lantai 2 dan mendekati Ojay, bandar yang kini sedang bekerja. Melihat Miko di sebelahnya. Maka Ojay pun langsung paham, kalau dia harus mundur.

Segera Ojay mundur ke belakang, dan Miko maju menggantikan posisinya.

“Sekarang saatnya permainan tebak angka dadu! Jika tebakkan salah, pasangan menjadi milik bandar!

Dan jika tebakkan benar, bandar akan membayar 10 kali lipat dari coin pasangan!” seru Miko.

Otomatis hampir semua pemain langsung mundur. Kini hanya Bimo yang bertahan dalam permainan tebak angka dadu itu.

‘Hmm. Akhirnya aku mulai di pantau, bagus!' seru bathin Bimo. Dia merasa dirinya sudah berhasil menarik pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 83.

    "Suatu kehormatan, bisa bermain dengan bos pemilik tempat ini Tuan Anton,” ucap Bimo dengan senyum ramah pula. ‘Hmm. Ketenangan tingkat tinggi’, bathin Anton, menilai sikap Bimo. “Silahkan pasang taruhanmu Tuan Muda siapa ya?” tanya Anton, sambil mengulurkan tangannya yang di aliri tenaga dalam pada Bimo. Bimo yang mengetahui ‘isi’ dalam tangan Anton langsung menyambutnya. Namun Bimo tak mengeluarkan tenaga dalamnya sedikit pun. Dia tahu sedang di uji oleh Anton. Sebab jika Bimo mengalirkan juga tenaga dalamnya, maka ia merasa rencananya bisa gagal sebelum di mulai. Bimo juga merasakan energi lain yang cukup besar tengah membaking Anton, dan dia sudah menebak itu adalah energi Ki Sindulaga. “Ahh! Saya Bimo, Tuan Anton,” Bimo berlagak agak kaget dan kesakitan bagai di setrum. Saat dia bersalaman dengan Anton. ‘Hmm. Hanya orang yang sedang hoki saja nampaknya’, bathin Anton, sambil tersenyum ramah. “Maaf, saya menjabat tangan anda terlalu bersemangat, Tuan Bimo” ucap Anton. "O

    Last Updated : 2025-01-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 84.

    Braghk..! Anton menaruh surat perjanjian itu di atas meja dengan menggebrak, “Silahkan Tuan semua yang di ruangan ini membaca, dan memeriksa keaslian surat perjanjian ini,” ucap Anton. Beberapa orang saksi segera memeriksanya, dan menyatakan keaslian surat perjanjian Anton. Bimo menerapkan aji Wisik Bathinnya, dia hendak menjenguk isi hati Anton saat itu. Bimo pun menatap Anton, yang juga sedang menatap Bimo dengan sinis. ‘Hhh! Anak muda kemaren sore berani bermain-main denganku.! Huhh! Menang ataupun kalah, kau tetap akan mati di tangan guruku atau pistol di tanganku, Bimo!’ bathin Anton. ‘Terbaca sudah niat busukmu Anton’, bathin Bimo. Bimo pun menarik kembali aji wisik bathinnya. “Ronny!” seru Anton. Dan Ronny pun mulai mengocok dengan agak nervouz, karena taruhan kali ini begitu menegangkan baginya. Bimo pun segera mengeluarkan aji Pembuka Tabir Kegelapan, sebuah ajian yang mampu membawa dirinya dan ornag di sekitarnya masuk dalam dimensi ghaib yang tergelap. Sebuah ilm

    Last Updated : 2025-01-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 85.

    Slaph..! Pyaarrshk..!!Bimo melesat cepat keluar melalui jendela kaca tebal ruang, yang telah pecah terhantam pukulannya. Kini Bimo berdiri di tengah halaman samping ‘Big House’, menanti Ki Sindulaga menyusulnya. Slaph! Pyarr! Ki Sindulaga mengikuti jejak Bimo, dengan menerobos pecah kaca jendela tebal di sisi luar ruang VIP. Kini nampak keduanya telah sama-sama berdiri di samping halaman ‘Big House’. *** Sementara itu, tiga jam sebelum pertarungan antara Bimo dan Ki Sindulaga terjadi. Ratri dan Wulan telah tiba di rumah orangtua mereka. Nampak terjadi kehebohan, saat Desi dan Wulan saling berlari mendekat, lalu berakhir dengan pelukkan hangat dan erat di antara keduanya. Mereka berdua menangis tersedu dalam pelukkan, Desi tersedu Wulan terisak, pipi keduanya membanjir dengan buliran bening air mata. “Mamahh! jangan tinggalin Desi lagi Mahh.! Huhuhuu!” seru Desi di antara sedu sedannya, sambil menyurungkan wajahnya di dada sang mamah. “Tidak! Desi sayang. Mamah janji nggak

    Last Updated : 2025-01-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 86.

    Scraatzzhk..! Jlegarrsshk..!...Seketika dari langit menyambar halilintar keemasan yang langsung menerpa Ki Naga Kencana di tangan Bimo. Krrtzzs..! Krretzz..!!Tampak sekumpulan lidah petir keemasan menyelubungi Ki Naga Kencana. Cahayanya berkeredepan sungguh menyilaukan mata. Bisa dipastikan daya tegangan ratusan kilo volt Guntur Kencana telah menyatu, pada bilah keris Ki Naga Kencana saat itu. Karena memang Ki Naga Kencana dan Guntur Kencana, merupakan satu paket dalam ajian pamungkas Bimo..!'Hahh..! Gila si Bimo itu..! Rupanya dia pemilik Ki Naga Kencana, yang sudah lenyap berabad silam..!' bathin Ki Sindulaga terkejut gentar. Namun Ki Sindulaga tentu saja sudah tak bisa mundur lagi dari medan laga. Nampak aliran listrik di sekitar perumahan The Rich berkelipan nyala mati, akibat terhisap oleh ajian Petir Nerakanya. "Matilah kau bocah.! Hiyaahh.!" Sprattzzhh..!! Lesatan kilatan energi listrik merah kehitaman mengarah pada Bimo. "Hiaahh..!" Spraatzzhks..!! Bimo berseru la

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 87.

    "Baik Mbak Ratri. Tapi baiknya kita mampir dulu ke rumahku," ujar Bimo. "Wah, baik Bimo. Apakah rumahmu jauh dari sini Bimo..?" "Tak jauh kok Mbak. Tak sampai 15 menit perjalanan juga kita akan sampai," sahut Bimo tersenyum. 'Asik..! Akhirnya aku bisa tahu rumahnya..!' bathin Ratri bersorak senang. "Bimo saja yang mengemudikan mobilku ya. Biar lebih cepat sampai," ujar Ratri. "Wah, sebaiknya Mbak Ratri saja yang mengemudikan mobilnya. A-aku belum belajar mengemudikan mobil," ujar Bimo agak jengah, denagan wajah kikuk. "Ahh..! Hihihii..! Tak apa Bimo. Baiklah aku saja yang mengemudi ya," sentak Ratri seraya tertawa geli. Ya, Ratri mengira Bimo pastinya bisa mengemudikan mobil, setelah melihat mobil berkelas Bimo waktu itu. Akhirnya mereka menuju ke rumah Bimo. Dan tak sampai 15 menit, mereka telah sampai di kediaman Bimo.Bimo pun langsung persilahkan Ratri duduk di teras rumahnya."Mbak Ratri tunggulah sebentar ya. Aku hanya mau berganti pakaian, dan membawa motorku saja.," uj

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 88.

    “Ohgghss.. Bimo..hs..! A.-akuh mau pipishh enaks..!” seru tertahan Ratri. Bibir merah merekahnya seolah kepedasan sambal. Tubuh Ratri makin kencang dan keras menghentak dan menggoyang dalam-dalam junior Bimo. Saat yang sama, Bimo juga merasakan sesuatu yang hendak memancar deras, dari dalam dirinya. Hentakkan-hentakkan ke atas pinggulnya pun semakin kuat, menyambut hunjaman keras ke bawah dari pinggul Ratri. Terlihat tubuh keduanya bagai sedang bergerak agak kaku dan kejang sambil menahan nafasnya. Hingga.. “Ohhssgh..! Bi..mo.sh! Akh-ku sampai..!” Tubuh Ratri pun menghujam keras dan dalam ke arah bawah, lalu tubuhnya melengkung kejang bak udang. Tessh..! Setetes liur Ratri jatuh ke dada Bimo, dari sudut bibirnya yang ternganga tersedak menahan nafas. "Ahhks..! Aku juga sampai Ra..trii..hs..! Arghsk..!" Bimo pun mengerang, dengan tubuh bergetar. Bagai bendungan yang hendak jebol diterjang gelombang tsunami. Bokong padat dan mulus milik Ratri terhentak-henta

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 89.

    "Wulan sayang. Bagaimana jika papah masih memiliki rumah dan juga perusahaan..? Akankah kalian akan menerima papah kembali?” tanya Rahadian. “Tentu saja iya Pah. Jika itu terjadi, kita pasti akan bersama lagi demi Desi,” ucap Wulan tegas. Walau dalam hati, Wulan merasa hal itu takkan mungkin terjadi. “Mah, kalau begitu mari kita kembali sayang. Semua ini berkat Mas Bimo itu Mah,” ucap Rahadian, sambil menyerahkan surat perjanjian terkutuk itu pada Wulan. “A..Apaa Pah..?!” seru kaget Wulan, sambil merebut surat itu dari tangan Rahadian.Wulan membaca surat perjanjian itu, lalu merobek-robeknya dengan penuh rasa emosi. Bergegas dia membuka pintu kamar dan berseru,“Desi..! Kita kembali ke rumah Nak!” seru Wulan, dengan pipi diguliri air mata keharuan dan rasa syukur. Brrmmm ! Ciitt..! Bimo pun tiba di rumah sakit, dia pun langsung menuju ke ruang rawat Rahadian. Nampak Ratri tengah duduk sendiri, di depan ruang rawat Rahadian. "Kenapa nggak masuk saja Mbak Ratri?" sapa Bimo ter

    Last Updated : 2025-01-18
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 90.

    Wrrrnngg..! Menjelang sore hari, sebuah helikopter landing di helipad yang berada di belakang kediaman Bimo. Turun Lidya, Hendra Winata, dan juga Ki Sabdo dari helikopter itu. Sementara Bimo, pak Adi dan istrinya menanti di luar area helipad, menyambut kedatangan mereka."Hai Mas Bimo..! Terkejut dengan kedatangan kami yang tiba-tiba ya..?" seru Lidya seraya tersenyum manis."Halo Lidya, tumben datang tanpa pemberitahuan. Mari kita masuk saja ke dalam Lidya, Pak Hendra, Ki Sabdo," sahut Bimo tersenyum, seraya mempersilahkan mereka semua masuk ke kediamannya. "Senang bertemu kembali denganmu Bimo..!" seru senang Hendra. "Senang juga kembali bertemu Pak Hendra dan Ki Sabdo," ujar Bimo tersenyum anggukkan kepala. Bu Sum dan pak Adi langsung menuju ke ruang belakang, sementara Bimo dan ketiga tamunya itu langsung duduk di ruang tengah. "Sepertinya ada hal penting yang dibawa Pak Hendra kali ini ya," ujar Bimo tenang. Setelah mereka semua duduk di ruang tengah kediamannya. "Tak sa

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 174.

    "Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 173.

    Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 172.

    Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 171.

    "Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 170.

    "Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 169.

    "Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 168.

    'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 167.

    "Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 166.

    Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status