Share

Bab 89.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 14:37:19

"Wulan sayang. Bagaimana jika papah masih memiliki rumah dan juga perusahaan..?

Akankah kalian akan menerima papah kembali?” tanya Rahadian.

“Tentu saja iya Pah. Jika itu terjadi, kita pasti akan bersama lagi demi Desi,” ucap Wulan tegas. Walau dalam hati, Wulan merasa hal itu takkan mungkin terjadi.

“Mah, kalau begitu mari kita kembali sayang. Semua ini berkat Mas Bimo itu Mah,” ucap Rahadian, sambil menyerahkan surat perjanjian terkutuk itu pada Wulan.

“A..Apaa Pah..?!” seru kaget Wulan, sambil merebut surat itu dari tangan Rahadian.

Wulan membaca surat perjanjian itu, lalu merobek-robeknya dengan penuh rasa emosi.

Bergegas dia membuka pintu kamar dan berseru,

“Desi..! Kita kembali ke rumah Nak!” seru Wulan, dengan pipi diguliri air mata keharuan dan rasa syukur.

Brrmmm ! Ciitt..!

Bimo pun tiba di rumah sakit, dia pun langsung menuju ke ruang rawat Rahadian.

Nampak Ratri tengah duduk sendiri, di depan ruang rawat Rahadian.

"Kenapa nggak masuk saja Mbak Ratri?" sapa Bimo ter
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 90.

    Wrrrnngg..! Menjelang sore hari, sebuah helikopter landing di helipad yang berada di belakang kediaman Bimo. Turun Lidya, Hendra Winata, dan juga Ki Sabdo dari helikopter itu. Sementara Bimo, pak Adi dan istrinya menanti di luar area helipad, menyambut kedatangan mereka."Hai Mas Bimo..! Terkejut dengan kedatangan kami yang tiba-tiba ya..?" seru Lidya seraya tersenyum manis."Halo Lidya, tumben datang tanpa pemberitahuan. Mari kita masuk saja ke dalam Lidya, Pak Hendra, Ki Sabdo," sahut Bimo tersenyum, seraya mempersilahkan mereka semua masuk ke kediamannya. "Senang bertemu kembali denganmu Bimo..!" seru senang Hendra. "Senang juga kembali bertemu Pak Hendra dan Ki Sabdo," ujar Bimo tersenyum anggukkan kepala. Bu Sum dan pak Adi langsung menuju ke ruang belakang, sementara Bimo dan ketiga tamunya itu langsung duduk di ruang tengah. "Sepertinya ada hal penting yang dibawa Pak Hendra kali ini ya," ujar Bimo tenang. Setelah mereka semua duduk di ruang tengah kediamannya. "Tak sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 91. Kemunculan Yoga

    Namun pertanyaan Lidya itu, seketika malah mengingatkan Bimo pada sosok Devi. Sosok yang masih ada di hatinya hingga saat itu. Bimo langsung berniat menghubungi Devi setelah Lidya pulang nanti. Ya, hati Bimo mendadak merasa begitu rindu, pada Devi malam itu. Tin..! Tinn..! Suara klakson mendahului masuknya sebuah sedan audi hitam, yang langsung parkir di halaman sisi teras kediaman Bimo. "Malam Non Lidya, Mas Bimo," sapa pak Sarman sopan, setelah dia turun dari mobilnya. "Malam Pak Sarman," sahut Bimo tersenyum ramah, seraya anggukkan pelan kepalanya. Sementara Lidya hanya tersenyum pada pak Sarman. Ya, Lidya memang telah meminta pak Sarman untuk menjemputnya di situ, setelah ayahnya dan Ki Sabdo pulang tadi. "Sepertinya aku harus kembali ke rumah sekarang Mas Bimo. Pak Sarman sudah datang menjemputku," ujar Lidya agak enggan. Ya, sesungguhnya Lidya masih menikmati kebersamaannya dengan Bimo. Namun sayangnya, banyak acara dan kegiatan di kantor yang harus d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 92.

    "Haph!" tanpa ragu Yoga langsung menelan Mustika Naga Hitam yang berpijar itu. "Kkghsk..!" sedak Yoga, karena tenggorokkan Yoga terasa panas membara, dan seolah hendak meledak saat itu..! Namun Yoga tetap bertahan sekuat dayanya, sementara rasa sakit, panas, dan nyeri, kian menggila dirasakannya. Ya, keinginan untuk menjadi sakti dan berjaya menguatkan mental Yoga, untuk tetap bertahan dalam rasa yang menyiksanya itu. 'Lebih baik aku mati..! Daripada terus hidup sebagai brandal kampung seperti ini..!' trkad batin Yoga. Hingga..."Arkhsg..!" Plekh..! Brughk..! Yoga pun akhirnya tumbang dan jatuh tak sadarkan diri di lantai kamar. Akibat tak kuat menahan batas kesadarannya, dalam siksaan rasa sakit itu. *** Sementara Devi tengah termenung di kamarnya malam itu. Dipandanginya wajah Bimo yang ada di galery ponselnya. Ya, gambar itu memang Devi ambil diam-diam di lobi rumah sakiat. Pada saat Bimo menemaninya ke rumah sakit menemui Tante Mira dulu. 'Mas Bimo. Lama sekali kau tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 93.

    Splassh..! Sukma Bimo pun lepas di tengah tidur lelapnya, menembus jauh ke masa silam. Masa di mana para leluhurnya berada. Slaph! 'Selamat datang ke pertapaanku Ngger Raden Bimo', sambutan suara bergema terdengar, di dalam sebuah ruangan yang berdinding batu. 'Salam hormat Bimo, Eyang Guru sepuh Pranatha', sahut Bimo, seraya beri hormat dengan tangkupkan dua tapak tangan di depan dada. Ya, Bimo kini mulai bisa menyesuaikan diri dan lakunya di hadapan para leluhurnya."Hmm. Baik Ngger Raden. Sepuh memanggilmu ke sini, karena adanya satu hal yang sangat penting dan berbahaya bagi Ngger Raden. Apakah Ngger Raden merasakan getaran aneh dan meresahkan belum lama tadi..?' 'Benar Eyang sepuh. Menjelang tidur tadi, Bimo memang merasakan angin dingin menerpa dan menusuk, hingga ke dalam sukma. Tapi Bimo sama sekali tak mengerti makna dari kejadian itu, Eyang Guru sepuh'. "Ngger Raden. Ketahuilah, jagad para leluhur kini tengah geger, dengan kemunculan sambaran halilintar naga hitam yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 94.

    'Ya..! Pasti ini karena Mustika Naga Hitam yang telah kutelan semalam. Hahaha..! Akhirnya aku akan berjaya..!' sorak bathin Yoga, senang bukan kepalang. Sepasang mata Yoga kini menatap kesal ke aarah sosok mayat ayahnya, yang nampak masih terbujur kaku di lantai kamar itu. 'Huh..! Andai sejak dulu kauberikan saja pusaka turunan itu padaku, pastinya tak perlu aku sampai membunuhmu Ayah..!' bathin Yoga, merasa kesal dan marah pada mendiang ayahnya itu.Ya, tak nampak sama sekali rasa sesal ataupun bersalah dalam diri Yoga. Karena dia telah membunuh ayah kandungnya itu. Sungguh anak durhaka memang si Yoga ini! 'Sebaiknya kukubur saja mayat Ayah di bawah ranjang kesayangannya itu. Sekaligus aku hendak mencoba keampuhan Mustika Naga Hitam dalam diriku', bathin Yoga lagi memutuskan. Dan setelah Yoga menggeser posisi balai bambu itu, maka dengan penuh percaya diri.. Cragkh..! Lantai semen pun remuk dan terangkat seketika oleh cakar tangan Yoga. 'Ahh..! Bisa..! Ternyata aku bisa mengga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 95.

    Bimo :"Baik Tante. Bimo pasti akan datang lewat mimpi setelah persyaratannya selesai nanti." Rindy :"Wah, asikk! Bener ya Bimo. Aku tunggu lho." Emot love. Bimo :"Baik Tante. Hehe." Dan wajah Rindy pun kembali sumringah berseri, karena dia yakin Bimo akan menepati janjinya. *** Sementara baru saja usai dengan latihan ilmu kanuragannya. Saat dia membalas chat dari Rindy di kamarnya. Untuk olah jurus dan ilmu bela dirinya, Bimo memang selalu melakukannya di sana. Sementara untuk olah bathinnya, Bimo melakukannya di saung belakang rumahnya. 'Waduh..! Lima hari lagi aku harus bercinta dengan Tante Rindy', bathin Bimo. Ada rasa risih dan juga penolakkan dalam dirinya, namun dia sudah terlanjur berjanji pada Rindy. Dan bagi Bimo, janji adalah sesuatu yang harus dituntaskan. Tak peduli seberat apapun resikonya. Tutt.. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo berdering, 'Panggilan tak dikenal' tertera di layar ponselnya. Namun bathin Bimo bagai menggerakkannya, untuk menerima panggilan itu. K

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 96.

    "Dasar Lia biadab..! Hhhh..! Baiklah saya tak akan menggubrisnya Mas Bimo. Hampir empat tahun sudah, saya merasakan derita ini Mas. Tsk, tsk..!" Terdengar isak Sari, tak dapat menahan rasa sesak di hatinya. "Tenanglah Mbak Sari. Tak lama lagi, semoga Mbak Sari akan bertemu jodoh terbaik dalam hidup Mbak. Asalkan Mbak Sari berjanji akan memaafkan si Lia itu, jika dia datang dan meminta maaf pada Mbak Sari." Bimo berkata tenang, dan tak asal sembarang bicara. Karena memang dia mendapat wisik seperti itu dalam bathinnya. "Ahh.. B-baik Mas Bimo, Sari akan ikuti semua pesan Mas Bimo. Tsk, tsk..!" "Baik Mbak Sari. Sekarang saya tutup panggilannya ya. Lalu pejamkan saja kedua mata Mbak Sari. Yang santai saja ya Mbak Sari. Sambil duduk di kursi seperti itu juga tak apa Mbak." "Aihh..! B-baik Mas Bimo." Kembali Sari terkejut dan merasa takjub. Karena Bimo seolah tahu persis posisinya, yang saat itu sedang duduk di kursi kerjanya. Klikh.! Sari pun mulai pejamkan kedua matanya, denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 097.

    "Baiklah, kita berangkat sekarang.! Helikopter telah menanti kita di atap gedung," ujar Prayoga, seraya beranjak dari kursinya untuk bersiap. Sementara yang lainnya segera keluar dari ruang pribadi Prayoga, dan langsung menuju ke atap gedung. Ya, memang ada 3 helipad yang tersedia di atap gedung kantor Prayoga Group itu. Dewinda masih menemani ayahnya di ruangan itu. Mereka juga bergegas naik ke atap gedung, melalui tangga khusus dari ruang pribadi itu. *** Sementara itu Hendra dan rombongan Winata Group telah tiba di PT Mega Angkasa. Helikopter mereka landing di area khusus helipad, yang berada di sebelah kanan gedung kantor. Nampak Ki Sabdo dan Bimo langsung berbincang agak terpisah dengan yang lainnya. "Bimo, bagaimana sebaiknya kita mengatur penjagaan tender itu?" Ki Sabdo meminta pendapat Bimo. "Begini saja Ki Sabdo. Sebaiknya biar kupagari gedung tempat berlangsungnya tender ini. Ki Sabdo baiknya berjaga di luar gedung saja. Aku akan titipkan Ki Naga Kencana pada Ki Sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 155.

    "Aihh..! A-ada apa dengan Nenek Vivian Mah..?!" Lidya tersentak kaget, mendengar isakkan ibunya di ponsel. Dia pun langsung menduga ada hal buruk yang telah terjadi, dengan sang Nenek yang disayanginya itu. "Mamah Vivian telah meninggal Lidya.." "Tidakk..! Nenek..!" Klikh..! Lidya pun langsung mematikan panggilan Helga, seraya langsung bergegas balik kembali ke arah garasinya. "Non..! A-ada apa Non Lidya..?!" seru kaget, cemas, dan panik Bi Inah. Dia melihat Lidya yang baru saja masuk ke rumah, lalu berseru keras dan langsung berlari kembali ke garasi. Brrmm..! Ngnngg..! Lidya kembali mengeluarkan audi hitamnya dari garasi, dan langsung melaju kembali di jalan raya. Bahkan tanpa dia sempat berganti pakaian kerjanya. Ya, Nenek Vivian adalah orang yang paling dekat dengan Lidya, sebelum Lidya masuk ke lingkungan bisnis ayahnya. Bahkan kedekatannya dengan sang nenek itu, melebihi kedekatannya dengan orangtuanya sendiri. 'Nenek..! M-maafkan Lily Nek..! Lily terlalu sibuk dengan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status