Share

Bab 92.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-01-22 14:57:02

"Haph!" tanpa ragu Yoga langsung menelan Mustika Naga Hitam yang berpijar itu.

"Kkghsk..!" sedak Yoga, karena tenggorokkan Yoga terasa panas membara, dan seolah hendak meledak saat itu..!

Namun Yoga tetap bertahan sekuat dayanya, sementara rasa sakit, panas, dan nyeri, kian menggila dirasakannya.

Ya, keinginan untuk menjadi sakti dan berjaya menguatkan mental Yoga, untuk tetap bertahan dalam rasa yang menyiksanya itu.

'Lebih baik aku mati..! Daripada terus hidup sebagai brandal kampung seperti ini..!' trkad batin Yoga. Hingga...

"Arkhsg..!" Plekh..! Brughk..!

Yoga pun akhirnya tumbang dan jatuh tak sadarkan diri di lantai kamar.

Akibat tak kuat menahan batas kesadarannya, dalam siksaan rasa sakit itu.

***

Sementara Devi tengah termenung di kamarnya malam itu.

Dipandanginya wajah Bimo yang ada di galery ponselnya.

Ya, gambar itu memang Devi ambil diam-diam di lobi rumah sakiat. Pada saat Bimo menemaninya ke rumah sakit menemui Tante Mira dulu.

'Mas Bimo. Lama sekali kau tak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 93.

    Splassh..! Sukma Bimo pun lepas di tengah tidur lelapnya, menembus jauh ke masa silam. Masa di mana para leluhurnya berada. Slaph! 'Selamat datang ke pertapaanku Ngger Raden Bimo', sambutan suara bergema terdengar, di dalam sebuah ruangan yang berdinding batu. 'Salam hormat Bimo, Eyang Guru sepuh Pranatha', sahut Bimo, seraya beri hormat dengan tangkupkan dua tapak tangan di depan dada. Ya, Bimo kini mulai bisa menyesuaikan diri dan lakunya di hadapan para leluhurnya."Hmm. Baik Ngger Raden. Sepuh memanggilmu ke sini, karena adanya satu hal yang sangat penting dan berbahaya bagi Ngger Raden. Apakah Ngger Raden merasakan getaran aneh dan meresahkan belum lama tadi..?' 'Benar Eyang sepuh. Menjelang tidur tadi, Bimo memang merasakan angin dingin menerpa dan menusuk, hingga ke dalam sukma. Tapi Bimo sama sekali tak mengerti makna dari kejadian itu, Eyang Guru sepuh'. "Ngger Raden. Ketahuilah, jagad para leluhur kini tengah geger, dengan kemunculan sambaran halilintar naga hitam yan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 94.

    'Ya..! Pasti ini karena Mustika Naga Hitam yang telah kutelan semalam. Hahaha..! Akhirnya aku akan berjaya..!' sorak bathin Yoga, senang bukan kepalang. Sepasang mata Yoga kini menatap kesal ke aarah sosok mayat ayahnya, yang nampak masih terbujur kaku di lantai kamar itu. 'Huh..! Andai sejak dulu kauberikan saja pusaka turunan itu padaku, pastinya tak perlu aku sampai membunuhmu Ayah..!' bathin Yoga, merasa kesal dan marah pada mendiang ayahnya itu.Ya, tak nampak sama sekali rasa sesal ataupun bersalah dalam diri Yoga. Karena dia telah membunuh ayah kandungnya itu. Sungguh anak durhaka memang si Yoga ini! 'Sebaiknya kukubur saja mayat Ayah di bawah ranjang kesayangannya itu. Sekaligus aku hendak mencoba keampuhan Mustika Naga Hitam dalam diriku', bathin Yoga lagi memutuskan. Dan setelah Yoga menggeser posisi balai bambu itu, maka dengan penuh percaya diri.. Cragkh..! Lantai semen pun remuk dan terangkat seketika oleh cakar tangan Yoga. 'Ahh..! Bisa..! Ternyata aku bisa mengga

    Last Updated : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 95.

    Bimo :"Baik Tante. Bimo pasti akan datang lewat mimpi setelah persyaratannya selesai nanti." Rindy :"Wah, asikk! Bener ya Bimo. Aku tunggu lho." Emot love. Bimo :"Baik Tante. Hehe." Dan wajah Rindy pun kembali sumringah berseri, karena dia yakin Bimo akan menepati janjinya. *** Sementara baru saja usai dengan latihan ilmu kanuragannya. Saat dia membalas chat dari Rindy di kamarnya. Untuk olah jurus dan ilmu bela dirinya, Bimo memang selalu melakukannya di sana. Sementara untuk olah bathinnya, Bimo melakukannya di saung belakang rumahnya. 'Waduh..! Lima hari lagi aku harus bercinta dengan Tante Rindy', bathin Bimo. Ada rasa risih dan juga penolakkan dalam dirinya, namun dia sudah terlanjur berjanji pada Rindy. Dan bagi Bimo, janji adalah sesuatu yang harus dituntaskan. Tak peduli seberat apapun resikonya. Tutt.. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo berdering, 'Panggilan tak dikenal' tertera di layar ponselnya. Namun bathin Bimo bagai menggerakkannya, untuk menerima panggilan itu. K

    Last Updated : 2025-01-23
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 96.

    "Dasar Lia biadab..! Hhhh..! Baiklah saya tak akan menggubrisnya Mas Bimo. Hampir empat tahun sudah, saya merasakan derita ini Mas. Tsk, tsk..!" Terdengar isak Sari, tak dapat menahan rasa sesak di hatinya. "Tenanglah Mbak Sari. Tak lama lagi, semoga Mbak Sari akan bertemu jodoh terbaik dalam hidup Mbak. Asalkan Mbak Sari berjanji akan memaafkan si Lia itu, jika dia datang dan meminta maaf pada Mbak Sari." Bimo berkata tenang, dan tak asal sembarang bicara. Karena memang dia mendapat wisik seperti itu dalam bathinnya. "Ahh.. B-baik Mas Bimo, Sari akan ikuti semua pesan Mas Bimo. Tsk, tsk..!" "Baik Mbak Sari. Sekarang saya tutup panggilannya ya. Lalu pejamkan saja kedua mata Mbak Sari. Yang santai saja ya Mbak Sari. Sambil duduk di kursi seperti itu juga tak apa Mbak." "Aihh..! B-baik Mas Bimo." Kembali Sari terkejut dan merasa takjub. Karena Bimo seolah tahu persis posisinya, yang saat itu sedang duduk di kursi kerjanya. Klikh.! Sari pun mulai pejamkan kedua matanya, denga

    Last Updated : 2025-01-24
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 097.

    "Baiklah, kita berangkat sekarang.! Helikopter telah menanti kita di atap gedung," ujar Prayoga, seraya beranjak dari kursinya untuk bersiap. Sementara yang lainnya segera keluar dari ruang pribadi Prayoga, dan langsung menuju ke atap gedung. Ya, memang ada 3 helipad yang tersedia di atap gedung kantor Prayoga Group itu. Dewinda masih menemani ayahnya di ruangan itu. Mereka juga bergegas naik ke atap gedung, melalui tangga khusus dari ruang pribadi itu. *** Sementara itu Hendra dan rombongan Winata Group telah tiba di PT Mega Angkasa. Helikopter mereka landing di area khusus helipad, yang berada di sebelah kanan gedung kantor. Nampak Ki Sabdo dan Bimo langsung berbincang agak terpisah dengan yang lainnya. "Bimo, bagaimana sebaiknya kita mengatur penjagaan tender itu?" Ki Sabdo meminta pendapat Bimo. "Begini saja Ki Sabdo. Sebaiknya biar kupagari gedung tempat berlangsungnya tender ini. Ki Sabdo baiknya berjaga di luar gedung saja. Aku akan titipkan Ki Naga Kencana pada Ki Sa

    Last Updated : 2025-01-24
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 98.

    'Hmm. Apakah Lidya sekarang sudah memiliki kekasih..? Tapi pembawaan cowok itu memang berbeda dari cowok kebanyakkan..! Siapa dia..?!' bathin Dewinda terus bertanya-tanya penasaran. Ya, baru kali itu Dewinda merasakan tatapan dingin matanya, bagai tenggelam dalam sebuah telaga hangat. Kala dia beradu tatap dengan pria tak dikenal, yang duduk di sebelah Lidya itu. 'Aku akan menyuruh orang-orangku, untuk menyelidiki tentang pria itu..!' batin Dewinda bertekad. Sementara tender itu memang sudah pada tahap negosiasi, terhadap penawaran dan rancang anggaran, yang telah diajukan ketiga peserta tender itu sebelumnya. Hingga nantinya pihak pemilik tender akan memilih dan memutuskan pada hari itu juga. Siapa di antara ketiga tim itu, yang berhak menandatangani kontrak proyek. Sementara di luar gedung tender telah mulai terjadi kehebohan. Byarrshk..! "Bedebah..! Rupanya gedung telah dipagari dengan energi yang sangat kuat Ki Sarnoto..!" seru Ki Panggah, seraya tubuhnya terhuyung dan mema

    Last Updated : 2025-01-25
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 99.

    Splassh..! Seberkas cahaya merah menyala yang tak kasat mata, nampak melesat keluar dari ponsel Prayoga. Namun tentu saja hal itu tak lepas dari ketajaman indra dan penglihatan mata bathin Bimo. 'Hmm. Dia datang. Hebat juga caranya menembus pagaran 'Selimut Jagad'ku, dan masuk ke ruangan ini', batin Bimo waspada. Cahaya merah menyala itu langsung melayang di sudut ruangan gedung itu. Seolah tengah mengamati seisi ruangan dari sana. Ya, cahaya itu adalah jelmaan sukma dari Ki Kusumo, yang kini tengah mencari keberadaan orang yang memagari gedung itu, Bimo..! 'Edan..! Semuda itu telah memiliki aji pagaran yang sangat kuat dan langka..!' seru batin Ki Kusumo. 'Dia telah menemukanku..! Apa boleh buat, akan kuikuti apa maunya dia', batin Bimo, seraya ulaskan sebuah senyum ke arah cahaya menyala itu. Hal itu srngaja dilakukan Bimo, sebagai warning dan pemberitahuan pada Ki Kusumo. Bahwa Bimo juga telah mengetahui keberadaannya.'Keparat..! Dia juga sudah melihat keberadaanku..!' se

    Last Updated : 2025-01-25
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 100.

    Slaph..! Ki Naga Kencana pun beehenti melayang di hadapan Bimo. Lalu pusaka itu tundukkan ujung bilahnya ke bawah.Ya, Ki Naga Kencana memberi tanda patuh dan penghormatan pada Bimo. Lalu.. Weerrsh..! Ki Naga Kencana langsung terbang berputaran di sekitar sosok Bimo. Cahaya merah keemasan nampak bagaikan garis cahaya, menyelimuti Bimo yang duduk bersila. Perlahan Bimo pun pejamkan sepasang matanya. Dan otomatis Cakra Ajnanya pun terbuka. 'Hmm. Dia sedang bersiap menyerangku dengan pusaka Trisulanya' bathin Bimo. Ya, mata bathin Bimo melihat sebuah senjata trisula, yang tergenggam di tangan Ki Kusumo di ruang pribadinya. Nampak trisula itu pancarkan cahaya merah membara, yang berkeredepan menerangi kamar pribadi sepuh itu. Sementara Ki Kusumo masih fokus alirkan seluruh daya bathinnya pada Ki Sulapati. Senjata Trisula pusaka andalannya itu.! Hingga saat itu dia belum sempat, untuk melihat pusaka milik lawannya itu. Dan saat dirasanya Ki Sulapati telah manjing dengan power pe

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 163.

    "Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 162.

    'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 161.

    'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 160.

    'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 159.

    "Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 158.

    Tentu saja aura hijau itu menghilang, karena Lidya tidak sedang menggenggam tas tangannya, yang diletakkan di dalam kamarnya. Ya, Lidya memang sama sekali tak menyangka, jika benda wasiat dari neneknya itulah hal yang menyebabkan dirinya diselimuti aura hijau.Sebuah pancaran aura yang tak terlihat oleh orang awam biasa, namun sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mata bathinnya telah terbuka. "Mas Bimo, apakah sampai saat ini belum ada wanita yang menjadi kekasihmu..? Aku takut dia salah paham, jika dia tahu kau menemaniku malam ini," tanya Lidya hati-hati. "Ahh, Lidya mengapa kau tanyakan hal itu? Jika aku sudah memiliki kekasih, maka pastilah kau termasuk orang yang pertama mengetahuinya," sahut Bimo tersenyum tenang. "Lalu bagaimana dengan Devi..? Mas Bimo pernah bilang, tak lama lagi akan mendirikan sebuah Biro Konsultan bersamanya..?" ujar Lidya, mencoba terus menyelami hati Bimo. "Devi hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja Lidya, tak ada yang spesial antara hubu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 157.

    "Bangsat..!!" Dor..! Dor..! ... Dorr..!!! Makian keraas Ponco langsung diringi letusan sepasang senjatanya ke arah dada dan wajah Yoga. Yang diikuti pula oleh tembakkan kedua orang bawahannya. Namun... Clankh..! ... Claankh..!! Kesemua peluru yang melesat itu bagai menghantam sebuah tembok baja, lalu peluru itu langsung luruh dan jatuh ke lantai markas. "Hahh..?!! K-kebal.. Seth..! Yoga pun tak menyia-nyiakan keterkejutan dan keterpakuan ketiga lawannya itu. Dia pun melesat cepat dan memutar satu persatu leher ketiga lawannya, dalam kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata biasa. Klaghk..! ... KraghK..!! "Kekkhsk..!!" Brughk..! ... Brukh..!! Hanya suara tersedak yang terdengar hampir bersamaan, diringi dengan ambruknya Ponco dan kedua orang kepercayaannya itu dengan leher terkulai patah..! Ya, Ponco, ketua gank Blantix dan kedua orang kepercayaannya telah tewas di tangan Yoga..! Sementara tawuran masih berlangsung dengan berat sebelah, di halaman markas Blantix itu. Saat..

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status