Slaph..! Ki Naga Kencana pun beehenti melayang di hadapan Bimo. Lalu pusaka itu tundukkan ujung bilahnya ke bawah.Ya, Ki Naga Kencana memberi tanda patuh dan penghormatan pada Bimo. Lalu.. Weerrsh..! Ki Naga Kencana langsung terbang berputaran di sekitar sosok Bimo. Cahaya merah keemasan nampak bagaikan garis cahaya, menyelimuti Bimo yang duduk bersila. Perlahan Bimo pun pejamkan sepasang matanya. Dan otomatis Cakra Ajnanya pun terbuka. 'Hmm. Dia sedang bersiap menyerangku dengan pusaka Trisulanya' bathin Bimo. Ya, mata bathin Bimo melihat sebuah senjata trisula, yang tergenggam di tangan Ki Kusumo di ruang pribadinya. Nampak trisula itu pancarkan cahaya merah membara, yang berkeredepan menerangi kamar pribadi sepuh itu. Sementara Ki Kusumo masih fokus alirkan seluruh daya bathinnya pada Ki Sulapati. Senjata Trisula pusaka andalannya itu.! Hingga saat itu dia belum sempat, untuk melihat pusaka milik lawannya itu. Dan saat dirasanya Ki Sulapati telah manjing dengan power pe
"Brengsek..!! Keputusan apa ini..?! Aku akan lakukan gugatan sanggahan..!" seru Prayoga memaki, seraya cepat beranjak melangkah keluar bersama timnya. "Silahkan Tuan Prayoga. Jika Tuan melihat adanya persekongkolan dalam tender ini. Tuan Prayoga berhak menggugatnya," ujar tenang sang pembicara, yang juga adalah staf penyelenggara tender. Tentu saja tak ada persekongkolan dalam tender itu. Andai pun ada, maka pastilah pelakunya adalah Prayoga Group sendiri..! Hehe. Dalam langkahnya menuju keluar ruangan. Dewinda bahkan masih sempatkan diri melirik ke arah Bimo. Ya, hati dan langkah gadis itu serasa berat. Karena dia harus pergi dan menjauh dari Bimo. Sekilas sepasang mata Dewinda berkilat menatap Lidya. 'Tunggu saja tanggal mainnya Lidya..! Akan kubuat kau ternista, dan tak berharga untuk dicintai oleh lelaki terendah sekali pun..!' tekad hati Dewinda. Panas sekali rasa hatinya, melihat kedekatan Bimo dan Lidya saat itu. Hmm. Apalagi definisi perasaan si Dewinda itu, kalau bukan
'Ahh, pasti Tante Mira yang memberitahu Sari nomor rekeningku. Kenapa nomor rekeningku jadi menyebar begini..?' batin Bimo bingung sendiri. Bip.! Sebuah chat masuk dari nomor yang belum disimpan oleh Bimo. Namun Bimo ingat itu nomor si Sari. Sari :"Mas Bimo. Terimakasih ya. Semoga tanda terimakasih Sari bisa diterima Mas Bimo." Balas :"Baik Mbak Sari, terimakasih. Semoga Mbak Sari dilancarkan segala urusannya." Sari ;"Aamiin Mas Bimo. Makasih ya." Bimo pun langsung meraih handuknya dan menuju ke kamar mandi. Ya, karena pada hari itu Bimo memang sudah ada janjian, untuk bertemu dengan Devi. Bimo baru saja usai berpakaian rapih setelah mandi. Saat.. Tutt.. Tutt..! Ponselnya berdering dengan nama Lidya di layarnya. Klikh! "Ya Lidya." "M-mas Bimo..! C-cepatlah ke kediaman Kak Rindy, Mas..! K-kak Rindy tewas dibunuh perampok semalam Mas Bimo..! Aku mendapat kabar ini dari Bi Narsih, Mas Bimo..! Tsk, tsk..!"Tedengar suara panik, sedih, dan serak Lidya di sana, diiringi isak ta
"Sstth..! Sabarlah Pak Badar. Polisi masih berkeliaran di sekitar sini. Barangnya sudah kutaruh di tempat yang aman Pak. Tunggu saja di kios, sebentar lagi aku ke sana." "Baik Danang. Kutunggu..!" Klikh! "Hhh..! Awas saja jika kau berniat curang padaku Danang..!" gumam Badar, seraya menatap ke arah trotoar jalan depan kios Tukang Kuncinya. Ya, rupanya Badar telah bersekongkol dengan Danang, untuk melakukan aksi merampok di kediaman Rindy. Dan bagi seorang tukang kunci seperti Badar, menduplikasi sebuah kunci bukanlah hal yang sulit..!Badar hanya butuh sebuah foto dari kunci rumah Rindy, maka dia akan bisa membuatnya tanpa kesulitan. Dan dari situlah niat jahat Danang, yang telah jauh terjebak dalam permainan judi slot terbersit. Hal yang mendapat respon cepat dari Badar, yang kebetulan sedang sepi order. Namun perlawanan Rindy semalam, saat Badar hendak merampok dan memperkosanya sungguh hebat dan menyusahkan. Hal yang mau tak mau memaksa Badar, untuk menikamkan belati miliknya
"Pak Hendra. Pelaku dan pembunuh Tante Rindy sudah Bimo ketahui. Pak Hendra bisa minta tolong pada petugas kepolisian untuk menangkapnya segera," ujar Bimo pelan, setelah dia berada dekat dengan Hendra. "Ahh..! Baik Bimo. Mari ikuti aku," sentak Hendra, seraya langsung beranjak dari kursinya dan mengajak Bimo serta.Hendra pun langsung menghampiri seorang pria gagah berpakaian preman, yang berada di teras rumah. Pria itu adalah pimpinan, dari para petugas polisi yang berada di kediaman Rindy. "Pak Rahmat. Ada informasi penting yang di bawa oleh sahabatku Bimo ini. Ini soal kasus pembunuhan keponakkanku Rindy. Silahkan dibicarakan langsung dengan Bimo. Bimo, ini adalah IPDA Rahmat. Silahkan di informasikan saja apa yang kau ketahui soal kasus Rindy ini," ujar Hendra memperkenalkan,sekaligus mempersilahkan Bimo berbincang langsung dengan pihak berwenang. "Baik Pak Hendra..! Silahkan Mas Bimo, katakan saja apa yang Mas ketahui soal kasus ini," ujar Rahmat dengan wajah bersahabat. "M
"Yoga..! Keluarlah kawan..! Daerah kita akan diserang Gank Krapyax nanti malam..!" seru Jono memanggil dari depan rumah Yoga.Ya, sudah sebulan lebih Yoga memang tak menampakkan dirinya di markas gank Shadow yang dipimpinnya. Dan Jono adalah wakilnya dalam gank itu. Sebenarnya sudah kerap kali Jono dan anggota gank Shadow lainnya mendatangi Yoga. Namun Yoga sama sekali tak merespon atau menjawab panggilan mereka. Walaupun mereka melihat bayangan sosok Yoga ada di dalam rumahnya itu. Dan tentu saja tak ada satu pun dari anggota gank Shadow yang berani mengusik Yoga. Karena mereka semua paham akan sifat dan watak Yoga. Karena tanpa diminta atau dipanggil pun biasanya Yoga pasti datang dan nongkrong di markas. Jika Yoga tak bergeming dari rumahnya, itu artinya Yoga memang sedang tak ingin diganggu.! Namun satu hal yang kini menjadi sebuah keanehan, bagi beberapa anggota gank Shadow yang pernah mendatangi rumah Yoga. Adalah adanya hawa dingin menusuk dan tatapan mengerikkan sepasang
Dan malam hari pun tiba. Nampak di sekitar markas gank Krapyax telah penuh dengan barisan motor, yang siap berangkat menyerang markas Shadow. Tercium semerbak aroma minuman keras di sekitar markas itu. Karena memang sebelum bersiap berangkat, para anggota gank Krapyax telah melakukan ritual rutin mereka. Menenggak miras..! Terhitung ada 37 motor lebih yang terus mainkan gas motor mereka, suara knalpot bronk pun meraung-raung bersahutan. Hal itu pun masih ditambah lagi dengan bunyi klakson motor yang melengking nyaring.Sungguh kebisingan yang sangat memekakkan telinga, dan mengganggu rasa ketentraman warga sekitar..! Berbagai jenis senjata tajam teracung, di tangan anggota yang duduk membonceng di atas motor rombongan itu. Mulai dari clurit sedang panjang, parang, klewang, hingga keris panjang. Sementara Edo nampak berada di barisan terdepan, dengan Lusi merangkul mesra Edo di boncengan motornya. Sungguh nekat memang wanita cantik bernama Lusi itu. Ya, sesungguhnya bukan tanpa
"Heii..! I-itu Yoga..! T-tapi..?!" seru terkejut dan ngeri Raka, saat pandangannya melihat sepasang mata sosok Yoga yang pancarkan kilatan merah menyala. "Kalian semua diam dan tetaplah di situ..!! Biar aku yang membereskan gank Krapyax..!" seru menggeletar Yoga, penuh daya sugesti. "Baik Bos..!" seru Jono patuh. "Siap Boss..!!!" seru serentak para anggota gank Shadow. Ya, mereka semua bagai tersihir oleh seruan Yoga, yang memang dilambari daya sugestinya oleh Yoga. Hal yang membuat anggota gank Shadow bagaikan terhipnotis. Tak ada yang bergerak sama sekali dari seluruh anggota gank Shadow, semua terpaku di posisinya tanpa bergeming. Padahal nalar seluruh anggota gank Shadow masih berjalan. Namun tubuh mereka seolah tak mau bergerak sesuai dengan perintah otak mereka. Sungguh daya sugesti yang dahsyat..! Yoga memang sengaja berbuat itu, agar tak sampai jatuh korban dari anggota gank Shadow. Yoga merasa sanggup mengatasi gank Krapyax seorang diri saja. Terlihat sombong dan ang
Nngguukk..! Nngguuunngg..!! Bimo langsung menggaspol motornya hingga melesat bak crosser di lap terakhir. Ngeri..! Tujuan Bimo hanya satu, ke tempat sepuh jahat dan Tonny berada. Bimo hanya mengikuti arahan dari pancaran sinyal bathinnya, yang menarik dan mengarahkannya ke lokasi sepuh itu berada. Sementara laju motor Bimo melesat bak meteor, di tengah jalan raya yang cukup sepi dan lengang di waktu dini hari itu. Beberapa pengendara yang berselisihan nampak menurunkan kecepatan mereka, bahkan ada yang mengumpat Bimo. Nguunnngg..!! Namun tentu saja Bimo tak mendengarnya dan juga tak peduli dengan hal itu. Fokusnya hanya satu, menyelamatkan Devi dari prilaku jahat sepuh sesat dalam bayangannya itu..! Hingga akhirnya tak sampai setengah jam kemudian, Bimo telah masuk ke pinggiran Desa Tujar, Cipereut. Nampak sebuah rumah yang sama persis dengan lintasannya, telah berada di sebelah kanan depan jalan setapak yang dilaluinya. Citt..! Slakh..! Slaph..! Bimo mengerem, menstandart, d
"Tidak Mas Iwan..! Ayah dan Ibu telah keterlaluan merendahkan Mas Iwan..! Tari tak tahu semua akan jadi begini Mas. Maafkan Tari ya Mas. Tsk, tsk..!" seru Tari, menolak untuk kembali ke kamarnya. "Kalian melawan orangtua ya..! Baiklah Iwan..! Kau boleh melamar putriku Tari, asalkan kau bisa memberikan mahar 250 juta bulan depan..! Dan uang itu bukan dari hasil berhutang..! Ingat itu..!" Hesti pun naik darah dan berseru tajam, memberikan syarat pada Iwan. Ya, tentu saja Hesti merasa yakin, jika syarat itu tak akan bisa dipenuhi oleh Iwan. Karena apa yang diharapkan dari penghasilan seorang ojol macam Iwan itu..?! Pikir Hesti. "Baik. Saya pamit Pak, Bu. Tari jaga dirimu baik-baik ya," ucap Iwan akhirnya mohon diri. Iwan segera melangkah keluar dari rumah kekasihnya, yang dirasa sangat panas dan sesak baginya saat itu. "Mas Iwan..! Tsk, tsk..!" seru terisak Tari sedih, melihat keputus asaan di wajah kekasihnya itu. Itulah kejadian sebulan yang lalu. *** Kembali pada Iwan yang ma
"Memangnya berapa saldo rekeningmu saat ini Iwan..?!" tanya penasaran Darma, ayah Tari tanpa basa basi. "Hah..! Bagaimana Pak..?" seru kaget Iwan tak menyangka, jika dia akan langsung menghadapi pertanyaan 'tak beretika' seperti itu, dari calon mertuanya. Padahal baru saja bokong Iwan mendarat di kursi tamu rumah kekasihnya itu. Hal yang sungguh membuat Iwan menjadi gelgapan dan nervouz seketika. "Ayah..! Kok bertanya seperti itu sih sama Mas Iwan..?!" seru tak senang Tari, atas pertanyaan ayahnya itu. "Tari..! Sebaiknya sekarang kamu masuk dulu ke kamar..! Ini adalah saatnya ayah dan Ibumu bicara dengan Iwan..! Percayalah semuanya ini demi kebaikkanmu Tari..! Masuk..!" hardik Darma pada Tari, sepasang matanya menatap tajam pada Tari. Dan Tari tahu, jika ayahnya sudah bersikap seperti itu, maka tak ada yang bisa membantah keinginan ayahnya itu. Tari pun melangkah cepat masuk ke kamarnya, dengan wajah merengut kesal tanpa kata lagi. "Nah Iwan..! Aku tanya sekali lagi, berapa sal
Tutt... Tutt..! 'Lidya memanggil' tertera di layar ponsel Bimo. Bimo pun segera menerima panggilan dari bos cantiknya itu. Klikh! "Ya Lidya." "Halo Mas Bimo. Bagaimana kabar di sana..? Sedang sibukkah..?" "Baik-baik saja Lidya. Sepertinya kaulah yang sedang sibuk Lidya, hehe. Jaga kondisimu Lidya." "Benar Mas Bimo. Akhir-akhir ini Lidya sibuk mendampingi Ayah ke sana sini. Besok malah Lidya harus mendampingi Ayah ke Bali selama 2 hari. Ada pertemuan para pengusaha properti tingkat internasional di sana Mas Bimo." "Hmm. Sibuk sekali Lidya. Baiklah Lidya, akan kupagari dirimu dan Pak Hendra dari sini selama dua hari ke depan. Apakah Ki Sabdo ikut serta bersama kalian..?" "Terimakasih Mas Bimo. Ki Sabdo tak ikut serta Mas. Kami hanya berangkat bertiga saja, aku, Ayah, dan Pak Bernard." "Baik Lidya. Sampaikan salamku pada Pak Hendra dan Pak Bernard ya." "Baik Mas Bimo. Setelah pulang dari Bali nanti, aku mungkin akan rehat barang sehari dua hari. Lidya mau temani Mas Bimo di vil
Dan Ki Sawer Wisa pun langsung menuntaskan dendam dan amarahnya malam itu juga. Ganas dan kejam memang, karena cara Ki Sawer Wisa menghabisi keenam orang di room itu sungguh diluar nalar manusia normal. Tak sampai 10 menit Sawer Wisa beraksi, maka keenam nyawa di ruang VIP karaoke itu telah dibuatnya melayang lepas dari raga mereka. Dan kesemuanya dibuat dalam kondisi yang sama. Keenamnya tewas dengan tulang leher patah, dan wajah berputar menghadap ke belakang. Tubuhnya keenamnya hangus dan bugil, tanpa sehelai pakaian pun melekat di badan. Tragis..! *** Keesokkan paginya di kediaman Bimo. Tutt.. Tutt.. Tutt..! Klikh! "Ya, Pak Budiman." "Bimo. Apakah kau telah mendengar kabar heboh pagi ini kota Gorbo..?" "Kabar apa itu Pak Budiman..?" "Thomas, Lukas, serta Bagyo dini hari tadi ditemukan tewas di sebuah Karaoke House, Bimo." "Wahh..! Kabar yang cukup mengejutkan Pak. Beruntung kita belum bertindak apa-apa terhadap mereka." "Benar Bimo. Aku akan tetap melayat ke rumah Lu
"Tobat..! A-aji Guntur Kencana..!" seru gentar Ki Tapa. Wajahnya nampak terbelalak ngeri, dengan tangan yang menggenggam gagang cemeti ikut gemetaran. "Cukup..!" Bimo berseru lantang, seraya bersiap melepaskan pukulan aji 'Guntur Kencana'nya ke arah Ki Tapa. Dan tak ada pilihan lain bagi Ki Tapa, selain juga mengempos segenap powernya untuk beradu serangan dengan Bimo. Kttzzthk..! Krrtzhk..! Nampak kepalan tangan kanan Bimo berkeredepan di selimuti lidah-lidah petir kecil keemasan. Suara berkeretekkan bak arus listrik tegangan tinggi terdengar sungguh mengerdilkan nyali. "Hiaahh..!!" Seth..! Werrsshk..!! Ki Tapa nekat mendaahului menyerang, dengan melesat cepat dan lecutkan Ki Nogo Patinya dengan power terkuat yang dimilikinya. "Hiaahh..!" Splash..! Namun Bimo juga melesat secepat kilat, sosoknya melenting tinggi hingga berada di atas sosok Ki Tapa, yang tengah melesat ke arahnya. Dan... "Hiaahh..!" Spraatsshk..!! Bimo langsung lesatkan pukulan 'Guntur Kencana'nya ke arah ke
"Keluarkan kebisaanmu bocah keparat..! Aku hendak lihat sampai di mana kemampuanmu menghadapi aji Tapak Wisaku..!" bentak Ki Tapa, dengan mata melotot berkilat merah. Saking gemas dan murkanya pada Bimo. Sementara kepulan asap hitam pekat di kedua tapak tangannya makin membesar, hingga tapak tangannya tak terlihat terselubungi asap hitam itu. "Asal dan kekuatanmu dari bumi, Tapa..! Maka kau akan tertelan kembali oleh bumi..! Hiyaahh..!" Bimo berseru seraya kerahkan aji Brajamustinya. Kaki kanan Bimo pun diangkat lalu dihentakkan deras ke bumi. Dammbhs..! Bumi di sekitar kediaman Budiman bergoyang pelan, bagaikan dilanda gempa sejenak, saat kaki Bimo menghujam bumi. Padahal itu pun Bimo masih baru kerahkan sepertiga dari powernya saja. "Ladalah..! Baboo, baboo..!" sentak terkejut Ki Tapa bukan kepalang. Ya, Ki Tapa sama sekali tak menduga, jika Bimo menyimpan power yang sedemikian dahsyat dalam dirinya. Kuda-kudanya pun sampai agak bergoyang mengikuti guncangan bumi. "Ahh..! Aya
"Iya Bu. Tadi Renny ketemu Bimo di jalan, karena Bimo mau ke rumah ya sekalian Renny ikut bonceng Bimo," sahut Renny lancar. "Mari kita semua masuk saja, hari menjelang magribh sekarang," ujar Budiman, seraya merangkul Bimo dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Dan perbincangan hangat pun terjadi di ruang tamu rumah itu. Tak nampak ketegangan sedikit pun di wajah Bimo dan keluarga Budiman saat itu. Ya, keluarga Budiman telah menyerahkan kepercayaan penuh pada Bimo, dan mereka juga telah siap dengan segala resiko yang terjadi. Bila ternyata Bimo gagal menghadang serangan orang suruhan Thomas cs. *** Selepas magribh di sebuah Karaoke House yang cukup berkelas di kota Gorbo. "Hahahaa..! Mari kita minum bersama Lukas, Bagyo..! Malam nanti pasti Ki Tapa akan membabat habis keluarga Budiman itu..!" seru Thomas tergelak senang.Thomas pun menuangkan Johnie Walkernya, ke dalam tiga gelas kecil di atas meja room karaoke kelas VIP itu. "Mereka pasti habis kalau Ki Tapa sendiri yang turun
"Aihhhssk..! Duhhs.. Bimoo..! Hhh.. hhhh..! R-renny mau pi..pissh..!" desahan keras tersengal dari Renny, terdengar begitu menggetarkan jiwa Bimo. Nampak tubuh Renny menggelinjang dan tersentak sentak tak terkendali. "T-tenanglah Renny. S-sebentar lagi selesai.." sahut terbata Bimo, seraya terus bertahan untuk tetap fokus. Di tengah gempuran dahsyat godaan Renny, yang terhampar begitu indah dan mengundang hasrat pria manapun yang melihatnya. Bimo juga melihat liang surga Renny yang nampak berkilat-kilat, karena cairan pelumasnya yang mengalir agak deras keluar. Hingga akhirnya merembes turun membasahi sprei ranjang. "Cepatlah Bimo..sh..! R-renny sudah nggak kuat..! Hhh... hh Mau pipish..!" sentak tersengal-sengal Renny. Tubuhnya nampak bergetaran, dengan mulut setengah ternganga, seksi sekali..! "Huppsh..!" Akhirnya Bimo berhasil menggenggam dan menarik lepas semua 'benih pembuahan' milik Lukas, yang menempel di dinding rahim Renny dengan tangan ghaibnya. "Ahkss..! Bimoo..sh..!"