"Sstth..! Sabarlah Pak Badar. Polisi masih berkeliaran di sekitar sini. Barangnya sudah kutaruh di tempat yang aman Pak. Tunggu saja di kios, sebentar lagi aku ke sana." "Baik Danang. Kutunggu..!" Klikh! "Hhh..! Awas saja jika kau berniat curang padaku Danang..!" gumam Badar, seraya menatap ke arah trotoar jalan depan kios Tukang Kuncinya. Ya, rupanya Badar telah bersekongkol dengan Danang, untuk melakukan aksi merampok di kediaman Rindy. Dan bagi seorang tukang kunci seperti Badar, menduplikasi sebuah kunci bukanlah hal yang sulit..!Badar hanya butuh sebuah foto dari kunci rumah Rindy, maka dia akan bisa membuatnya tanpa kesulitan. Dan dari situlah niat jahat Danang, yang telah jauh terjebak dalam permainan judi slot terbersit. Hal yang mendapat respon cepat dari Badar, yang kebetulan sedang sepi order. Namun perlawanan Rindy semalam, saat Badar hendak merampok dan memperkosanya sungguh hebat dan menyusahkan. Hal yang mau tak mau memaksa Badar, untuk menikamkan belati miliknya
"Pak Hendra. Pelaku dan pembunuh Tante Rindy sudah Bimo ketahui. Pak Hendra bisa minta tolong pada petugas kepolisian untuk menangkapnya segera," ujar Bimo pelan, setelah dia berada dekat dengan Hendra. "Ahh..! Baik Bimo. Mari ikuti aku," sentak Hendra, seraya langsung beranjak dari kursinya dan mengajak Bimo serta.Hendra pun langsung menghampiri seorang pria gagah berpakaian preman, yang berada di teras rumah. Pria itu adalah pimpinan, dari para petugas polisi yang berada di kediaman Rindy. "Pak Rahmat. Ada informasi penting yang di bawa oleh sahabatku Bimo ini. Ini soal kasus pembunuhan keponakkanku Rindy. Silahkan dibicarakan langsung dengan Bimo. Bimo, ini adalah IPDA Rahmat. Silahkan di informasikan saja apa yang kau ketahui soal kasus Rindy ini," ujar Hendra memperkenalkan,sekaligus mempersilahkan Bimo berbincang langsung dengan pihak berwenang. "Baik Pak Hendra..! Silahkan Mas Bimo, katakan saja apa yang Mas ketahui soal kasus ini," ujar Rahmat dengan wajah bersahabat. "M
"Yoga..! Keluarlah kawan..! Daerah kita akan diserang Gank Krapyax nanti malam..!" seru Jono memanggil dari depan rumah Yoga.Ya, sudah sebulan lebih Yoga memang tak menampakkan dirinya di markas gank Shadow yang dipimpinnya. Dan Jono adalah wakilnya dalam gank itu. Sebenarnya sudah kerap kali Jono dan anggota gank Shadow lainnya mendatangi Yoga. Namun Yoga sama sekali tak merespon atau menjawab panggilan mereka. Walaupun mereka melihat bayangan sosok Yoga ada di dalam rumahnya itu. Dan tentu saja tak ada satu pun dari anggota gank Shadow yang berani mengusik Yoga. Karena mereka semua paham akan sifat dan watak Yoga. Karena tanpa diminta atau dipanggil pun biasanya Yoga pasti datang dan nongkrong di markas. Jika Yoga tak bergeming dari rumahnya, itu artinya Yoga memang sedang tak ingin diganggu.! Namun satu hal yang kini menjadi sebuah keanehan, bagi beberapa anggota gank Shadow yang pernah mendatangi rumah Yoga. Adalah adanya hawa dingin menusuk dan tatapan mengerikkan sepasang
Dan malam hari pun tiba. Nampak di sekitar markas gank Krapyax telah penuh dengan barisan motor, yang siap berangkat menyerang markas Shadow. Tercium semerbak aroma minuman keras di sekitar markas itu. Karena memang sebelum bersiap berangkat, para anggota gank Krapyax telah melakukan ritual rutin mereka. Menenggak miras..! Terhitung ada 37 motor lebih yang terus mainkan gas motor mereka, suara knalpot bronk pun meraung-raung bersahutan. Hal itu pun masih ditambah lagi dengan bunyi klakson motor yang melengking nyaring.Sungguh kebisingan yang sangat memekakkan telinga, dan mengganggu rasa ketentraman warga sekitar..! Berbagai jenis senjata tajam teracung, di tangan anggota yang duduk membonceng di atas motor rombongan itu. Mulai dari clurit sedang panjang, parang, klewang, hingga keris panjang. Sementara Edo nampak berada di barisan terdepan, dengan Lusi merangkul mesra Edo di boncengan motornya. Sungguh nekat memang wanita cantik bernama Lusi itu. Ya, sesungguhnya bukan tanpa
"Heii..! I-itu Yoga..! T-tapi..?!" seru terkejut dan ngeri Raka, saat pandangannya melihat sepasang mata sosok Yoga yang pancarkan kilatan merah menyala. "Kalian semua diam dan tetaplah di situ..!! Biar aku yang membereskan gank Krapyax..!" seru menggeletar Yoga, penuh daya sugesti. "Baik Bos..!" seru Jono patuh. "Siap Boss..!!!" seru serentak para anggota gank Shadow. Ya, mereka semua bagai tersihir oleh seruan Yoga, yang memang dilambari daya sugestinya oleh Yoga. Hal yang membuat anggota gank Shadow bagaikan terhipnotis. Tak ada yang bergerak sama sekali dari seluruh anggota gank Shadow, semua terpaku di posisinya tanpa bergeming. Padahal nalar seluruh anggota gank Shadow masih berjalan. Namun tubuh mereka seolah tak mau bergerak sesuai dengan perintah otak mereka. Sungguh daya sugesti yang dahsyat..! Yoga memang sengaja berbuat itu, agar tak sampai jatuh korban dari anggota gank Shadow. Yoga merasa sanggup mengatasi gank Krapyax seorang diri saja. Terlihat sombong dan ang
"Hahhh..?!!" seruan terkejut serentak terdengar dari kesebelas lawan Yoga, saat bumi yang pijak serasa bergetar, bergoyang, dan bergelombang keras akibat hunjaman kaki Yoga. Brughk! ... Brughk..!! Enam orang pengepung jatuh ambruk ke tanah. Akibat tak mampu menahan keseimbangan tubuhnya mengatasi gelombang tanah yang bergerak melingkar setinggi 30 cm itu. Dan itu baru jurus pembuka dari Yoga..! Dahsyat..! Keenam pengepung itu pun kembali bangkit perlahan, dengan nyali tinggal separuhnya melihat aksi Yoga. "Gilaa..!!" "Edaann..!!" "Ampunn..!!" Terdengar pula seruan-seruan kaget, takjub, dan juga gentar serta ngeri, dari seluruh kedua anggota gank yang menyaksikan kejadian itu. "Dahsyat Yoga..! Itu baru Bosku..!!" seru Jono memuji, sekaligus menyemangati Yoga. Hal itu tentu saja membuat para anggota Shadow bangga dan berbesar hati, walaupun terselip juga rasa ngeri di hati mereka terhadap Yoga.Ya, kini di dalam hati semua anggota gank Shadow bertekad, untuk setia dan patuh tan
"Heii..! Lepaskan ak..Tukh! Yoga cepat membungkam teriakkan Lusi dengan sebuah totokkan di sisi leher wanita cantik itu. Seketika Lusi pun tak sadarkan diri dalam dekapan Yoga. Yoga langsung merangkul tubuh Lusi dengan sebelah tangannya saja, bagaikan tak ada beban sedikit pun. Yoga terus berjalan menghampiri sosok Edo yang terkapar. Lalu Yoga pun berjongkok di sisi tubuh Edo, dan... Tukh! "Ahhsk..! A-apa yang... hahh..!" Edo langsung menggeliat sadar. Dan dia pun tersentak gugup, saat melihat sosok Yoga begitu dekat dengan dirinya. Jlaghk! Yoga langsung menginjak dan menekan dada Edo, saat Edo hendak bangkit. Sementara tangan Yoga nampak mengepal, di selimuti cahaya hitam berkeredepan."Jangan coba-coba bangkit sebelum kau jawab pertanyaanku Edo..?!" seru tajam Yoga, dengan sepasang mata berkilat merah penuh ancaman. "Ahhkss..! K-katakan saja Yoga..!" seru Edo bergetar.Ya, nyali Edo kini sudah sampai pada titik terendah menghadapi Yoga. Dia sadar, jika saat itu kemampuannya
"Ahh..!" desah kecewa Shinta pun terdengar, karena merasa ayunan kenikmatannya terhenti tiba-tiba. Rasa kecewa dan galau pun harus ditelannya kembali malam itu. Kentang..! Brughk..! Aldo pun bergulir di sisi Shinta di atas ranjang empuk kamar mereka, dan tak lama pun lelaki itu tertidur pulas. 'Kapan aku akan merasakan kenikmatan itu..? Kenapa selalu begini..?!' bathin Shinta kesal dan penuh rasa penasaran. Ya, telah delapan tahun lebih dia menikah bersama Aldo. Namun cerita tentang orgasme seperti yang dialami oleh rekan-rekannya, baik di lingkungan rumah mau pun kampus tempatnya bekerja. Hal itu bagaikan sebuah dongeng belaka bagi Shinta..!Karena Shinta sama sekali tak pernah merasakan orgasme, seperti yang dikatakan oleh para rekan-rekannya itu. Shinta adalah seorang dosen di sebuah kampus cukup ternama di kota Gorbo. Sementara Aldo adalah seorang PNS yang cukup memiliki prospek di kantornya. Kadang mimpi basah di alami Shinta, walau hal itu sangat jarang sekali terjadi. Nam
Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut
"Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung
'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke
'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug
'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di
"Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se
Tentu saja aura hijau itu menghilang, karena Lidya tidak sedang menggenggam tas tangannya, yang diletakkan di dalam kamarnya. Ya, Lidya memang sama sekali tak menyangka, jika benda wasiat dari neneknya itulah hal yang menyebabkan dirinya diselimuti aura hijau.Sebuah pancaran aura yang tak terlihat oleh orang awam biasa, namun sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mata bathinnya telah terbuka. "Mas Bimo, apakah sampai saat ini belum ada wanita yang menjadi kekasihmu..? Aku takut dia salah paham, jika dia tahu kau menemaniku malam ini," tanya Lidya hati-hati. "Ahh, Lidya mengapa kau tanyakan hal itu? Jika aku sudah memiliki kekasih, maka pastilah kau termasuk orang yang pertama mengetahuinya," sahut Bimo tersenyum tenang. "Lalu bagaimana dengan Devi..? Mas Bimo pernah bilang, tak lama lagi akan mendirikan sebuah Biro Konsultan bersamanya..?" ujar Lidya, mencoba terus menyelami hati Bimo. "Devi hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja Lidya, tak ada yang spesial antara hubu
"Bangsat..!!" Dor..! Dor..! ... Dorr..!!! Makian keraas Ponco langsung diringi letusan sepasang senjatanya ke arah dada dan wajah Yoga. Yang diikuti pula oleh tembakkan kedua orang bawahannya. Namun... Clankh..! ... Claankh..!! Kesemua peluru yang melesat itu bagai menghantam sebuah tembok baja, lalu peluru itu langsung luruh dan jatuh ke lantai markas. "Hahh..?!! K-kebal.. Seth..! Yoga pun tak menyia-nyiakan keterkejutan dan keterpakuan ketiga lawannya itu. Dia pun melesat cepat dan memutar satu persatu leher ketiga lawannya, dalam kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata biasa. Klaghk..! ... KraghK..!! "Kekkhsk..!!" Brughk..! ... Brukh..!! Hanya suara tersedak yang terdengar hampir bersamaan, diringi dengan ambruknya Ponco dan kedua orang kepercayaannya itu dengan leher terkulai patah..! Ya, Ponco, ketua gank Blantix dan kedua orang kepercayaannya telah tewas di tangan Yoga..! Sementara tawuran masih berlangsung dengan berat sebelah, di halaman markas Blantix itu. Saat..
Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim