Share

Bab 109.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 18:07:16

"Heii..! Lepaskan ak..Tukh!

Yoga cepat membungkam teriakkan Lusi dengan sebuah totokkan di sisi leher wanita cantik itu. Seketika Lusi pun tak sadarkan diri dalam dekapan Yoga.

Yoga langsung merangkul tubuh Lusi dengan sebelah tangannya saja, bagaikan tak ada beban sedikit pun. Yoga terus berjalan menghampiri sosok Edo yang terkapar.

Lalu Yoga pun berjongkok di sisi tubuh Edo, dan...

Tukh!

"Ahhsk..! A-apa yang... hahh..!" Edo langsung menggeliat sadar. Dan dia pun tersentak gugup, saat melihat sosok Yoga begitu dekat dengan dirinya.

Jlaghk!

Yoga langsung menginjak dan menekan dada Edo, saat Edo hendak bangkit. Sementara tangan Yoga nampak mengepal, di selimuti cahaya hitam berkeredepan.

"Jangan coba-coba bangkit sebelum kau jawab pertanyaanku Edo..?!" seru tajam Yoga, dengan sepasang mata berkilat merah penuh ancaman.

"Ahhkss..! K-katakan saja Yoga..!" seru Edo bergetar.

Ya, nyali Edo kini sudah sampai pada titik terendah menghadapi Yoga. Dia sadar, jika saat itu kemampuannya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 110.

    "Ahh..!" desah kecewa Shinta pun terdengar, karena merasa ayunan kenikmatannya terhenti tiba-tiba. Rasa kecewa dan galau pun harus ditelannya kembali malam itu. Kentang..! Brughk..! Aldo pun bergulir di sisi Shinta di atas ranjang empuk kamar mereka, dan tak lama pun lelaki itu tertidur pulas. 'Kapan aku akan merasakan kenikmatan itu..? Kenapa selalu begini..?!' bathin Shinta kesal dan penuh rasa penasaran. Ya, telah delapan tahun lebih dia menikah bersama Aldo. Namun cerita tentang orgasme seperti yang dialami oleh rekan-rekannya, baik di lingkungan rumah mau pun kampus tempatnya bekerja. Hal itu bagaikan sebuah dongeng belaka bagi Shinta..!Karena Shinta sama sekali tak pernah merasakan orgasme, seperti yang dikatakan oleh para rekan-rekannya itu. Shinta adalah seorang dosen di sebuah kampus cukup ternama di kota Gorbo. Sementara Aldo adalah seorang PNS yang cukup memiliki prospek di kantornya. Kadang mimpi basah di alami Shinta, walau hal itu sangat jarang sekali terjadi. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 111.

    "Ahh..!" seru Shinta terkejut dari lamunannya. Karena tanpa sadar sikunya yang bertumpu pada meja bergeser, hingga menggeser ponselnya yang berada di tepi meja melayang hendak jatuh ke lantai. Taph! Namun sebuah tangan cepat menangkap ponsel Shinta, hingga tak sampai menyentuh lantai. "Hati-hati ya Mbak," ujar Bimo tersenyum, seraya menyerahkan ponsel Shinta yang berhasil ditangkapnya. "Wah..! Hampir saja. Makasih ya Mas," ucap Shinta tersenyum lega, karena ponselnya tak sampai jatuh ke lantai. Bimo dan Shinta pun kembali lanjut dengan keasikkan dan renungan mereka masing-masing. Hingga masuklah tiga buah sepeda motor ke area parkir kedai itu. Nngnng..! Nnnggukk..! Citt..! Turunlah enam orang pemuda dari ketiga motor itu, yang memang ketiganya membonceng seorang rekan mereka. Keenam pemuda itu mengenakan jaket jeans yang seragam, dengan gambar laba-laba terlukis di belakang jaket mereka. Tertulis 'Road Spiders' dengan warna merah di tengah simbol laba-laba itu. 'Hhh..! Masala

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 112.

    Slakh..! Slikh..! ... Seth..!! Kelima rekan pemuda itu serentak berdiri dan cabut senjata bawaan mereka semua. Karambit, badik, knuckle, dan pisau lipat pun terhunus di tangan kelima pemuda brandal itu. "Diam di tempat..!!" Bimo berseru seraya kerahkan daya sugesti bathinnya. Seketika kelima pemuda itu pun mematung tak bergerak bagai arca, hanya mata mereka semua saja yang nampak terbelalak ngeri dan kaget. Lalu... Seth..! Plagh..! ... Plaagh..!! Bimo melesat dan bagikan tamparan kerasnya pada kelima pipi pemuda itu, dengan kerahkan sedikit saja tenaga dalamnya. "Arrghkss..!!!" Brugh! Brukh..! ... Bragkk..!! Diiringi teriakkan kesakitannya, kelima pemuda itu pun terhempas ambruk ke lantai kedai. Beberapa di antara mereka bahkan menghantam meja lebih dulu, sebelum akhirnya terkapar di lantai. Nampak pipi kelima pemuda itu merah merona, rasa berdenyar panas, nyeri, dan ngilu, langsung mereka nikmati bersama. Bahkan terlihat dua orang diantara mereka, sampai mengalirkan darah di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 113.

    "Haihh..?! S-siapa kau sebenarnya Mas..?! K-kenapa kau seolah tahu masalah yang kuhadapi..?!" desis Shinta terkejut dan penasaran. "Maaf Mbak Shinta. Kebetulan aku memang berprofesi sebagai konsultan. Dan kalau Mbak percaya aku bisa membaca pikiran dan bisikkan hati orang," sahut Bimo pelan, seraya tersenyum tenang. "Aihh..!" sentak Shinta dengan sepasang mata terpana menatap Bimo. Shinta menilai memang ada yang luar biasa pada sosok Bimo. Hal yang nampak sejak pertarungan Bimo dengan keenam pemuda brandalan tadi. 'Namun membaca isi hati dan pikiran orang..?' bathin Shinta. Itu adalah kemampuan yang sangat luar biasa dan agak sulit diterima akal Shinta. Tapi melihat ketenangan dan senyum di wajah Bimo, Shinta pun mulai percaya dengan kemampuan Bimo itu. Terlebih dia sudah membuktikan sendiri, jika hal yang diucapkan Bimo sangat relevan dengan kondisi permasalahan yang dihadapinya. "Mas Bimo. Kau harus bertanggung jawab atas rasa penasaranku sekarang. Mas harus mau ikut denganku

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 114.

    Splasshp..! "Sial kau Brajangkala..!" seru Bimo, saat merasakan pandangan matanya memerah. Lalu kesadarannya pun seketika memudar, berganti dengan hasratnya yang menyala-nyala pada Shinta. Ya, telah sebulan lamanya Ki Brajangkala tak datang dan merasuk ke dalam sukma Bimo. Hal yang tentu saja berada diluar dugaan Bimo sendiri, jika Ki Brajangkala akan datang merasukinya saat itu. "Hei..! K-kau kenapa Mas Bi.. Mmfhp..! Shinta menjadi terkejut, saat dia menatap mata Bimo yang berubah menjadi merah berkilat. Namun dia tak sempat meneruskan ucapannya, saat bibir indahnya langsung dilumat oleh Bimo yang kerasukkan Ki Brajangkala itu. Kedua tangan Shinta berusaha mendorong tubuh Bimo, agar dia bisa lepas dari dekapan eratnya. Namun tentu saja hal itu sia-sia, karena Bimo terlalu kuat bagi dirinya. Sementara Bimo akhirnya melembutkan lumatan bibirnya, pada bibir menggairahkan Shinta. Lalu tangannya mulai ikut merayap lincah namaun lembut, merayapi lekuk tubuh indah Shinta. Ya, sedemik

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 115.

    "Aiihhshhh..!!" Shinta mendesah keras dan panjang, dengan mulut ternganga dan mata terbeliak bergetar. Tubuh mulusnya nampak meregang dan tersentak sentak. Ya, sampai sudah Shinta di area kenikmatan, yang tak pernah dicapainya selama ini. Sungguh nyaman, lepas, dan tak terkatakan nikmatnya. Dan Ki Brajangkala yang ada di tubuh Bimo sangat hapal, dengan gelagat dan bau khas cairan kenikmatan Shinta yang membanjir itu. Hingga beberapa saat kemudian. "Ahhhsk..! Hhh.. hhh..!" Shinta pun kembali pada alam kesadarannya dengan nafas tersengal. Senyum kepuasan berbalur kelelahan pun terlukis di wajah jelita Shinta. Ya, Shinta kini merasa sangat bahagia, dia merasa telah menjadi wanita seutuhnya. Rasa nyaman dan hangat menyelimuti diri Shinya, walau terselip juga rasa bersalah terhadap suaminya. 'Tak kusangka akan setinggi ini rasa nikmat yang kudapatkan. Padahal Mas Bimo belum melakukan penetrasi sama sekali', bathin Shinta. "Bagaimana Shinta sayang. Apakah itu cukup..?" tanya Bimo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 116.

    "Wah..! Asikk..! Om Bimo datang..!""Hore Om Bimo dtang..!" Seru anak-anak panti, saat mereka melihat kedatangan Bimo dengan motornya. Segera saja mereka berlarian keluar dari ruang tengah panti, meninggalkan begitu saja seorang gadis cantik yang tadinya di kerumuni anak-anak panti itu. 'Hmm. Siapa orang bernama Bimo itu..? Baru kali ini aku ditinggalkan begitu saja oleh anak-anak panti seperti ini', bathin gadis cantik itu, heran campur penasaran. "Haii..! Apa kabar semua adik-adik..?!" seru Bimo tersenyum hangat, seraya lambaikan tangannya ke arah anak-anak panti, yang berlarian mengerumuninya. Anak-anak panti pun berebutan menyalami tangan Bimo. Kendati Bimo masih berada di atas motornya saat itu. Bimo pun langsung turun dari motornya. Dia meraih seorang anak perempuan terkecil di antara kerumunan itu, lalu menggendongnya. Ya, belakangan ini Bimo memang lebih sering bepergian dengan mengendarai motornya. Bimo merasa lebih bebas dan luwes pergi kemanapun dia suka dengan moto

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 117.

    "Mas Bimo. Fira bisa minta tolongkah sama Mas Bimo..?" ujar Fira, saat mereka hanya duduk berdua di ruang depan. Sementara Bu Endang dan Pak Asep tengah sibuk di belakang. Membantu menyiapkan makan malam untuk anak-anak panti, bersama dua pelayan panti di dapur. "Tentu saja Fira. Tolong apa itu..?" sahut Bimo tenang. "Bisakah Mas Bimo mengantar Fira pulang. Tadi Fira diantar Pak Didin, sopir Fira ke sini. Tapi tentunya Pak Didin sudah pulang ke rumahnya sekarang," ujar Fira. "Memangnya rumah Fira di mana ya..?" "Tak jauh kok dari sini Mas. Hanya 5 km dari sini ke arah kota Gorbo," ujar Fira mrmberitahu. "Wah, kalau begitu kita searah Fira. Baiklah, kebetulan aku juga mau pamit sama Pak Asep dan Bu Endang," ujar Bimo tak keberatan. Akhirnya usai berpamitan pada kedua pengelola panti, Bimo pun bersiap di atas motornya, dengan Fira membonceng di belakangnya. "Hayoo..! Om Bimo sama Tante Fira pacaran tuh..!" seru seorang anak panti, sambil menunjuk ke arah Bimo dan Fira. "Hushh.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 163.

    "Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 162.

    'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 161.

    'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 160.

    'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 159.

    "Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 158.

    Tentu saja aura hijau itu menghilang, karena Lidya tidak sedang menggenggam tas tangannya, yang diletakkan di dalam kamarnya. Ya, Lidya memang sama sekali tak menyangka, jika benda wasiat dari neneknya itulah hal yang menyebabkan dirinya diselimuti aura hijau.Sebuah pancaran aura yang tak terlihat oleh orang awam biasa, namun sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mata bathinnya telah terbuka. "Mas Bimo, apakah sampai saat ini belum ada wanita yang menjadi kekasihmu..? Aku takut dia salah paham, jika dia tahu kau menemaniku malam ini," tanya Lidya hati-hati. "Ahh, Lidya mengapa kau tanyakan hal itu? Jika aku sudah memiliki kekasih, maka pastilah kau termasuk orang yang pertama mengetahuinya," sahut Bimo tersenyum tenang. "Lalu bagaimana dengan Devi..? Mas Bimo pernah bilang, tak lama lagi akan mendirikan sebuah Biro Konsultan bersamanya..?" ujar Lidya, mencoba terus menyelami hati Bimo. "Devi hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja Lidya, tak ada yang spesial antara hubu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 157.

    "Bangsat..!!" Dor..! Dor..! ... Dorr..!!! Makian keraas Ponco langsung diringi letusan sepasang senjatanya ke arah dada dan wajah Yoga. Yang diikuti pula oleh tembakkan kedua orang bawahannya. Namun... Clankh..! ... Claankh..!! Kesemua peluru yang melesat itu bagai menghantam sebuah tembok baja, lalu peluru itu langsung luruh dan jatuh ke lantai markas. "Hahh..?!! K-kebal.. Seth..! Yoga pun tak menyia-nyiakan keterkejutan dan keterpakuan ketiga lawannya itu. Dia pun melesat cepat dan memutar satu persatu leher ketiga lawannya, dalam kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata biasa. Klaghk..! ... KraghK..!! "Kekkhsk..!!" Brughk..! ... Brukh..!! Hanya suara tersedak yang terdengar hampir bersamaan, diringi dengan ambruknya Ponco dan kedua orang kepercayaannya itu dengan leher terkulai patah..! Ya, Ponco, ketua gank Blantix dan kedua orang kepercayaannya telah tewas di tangan Yoga..! Sementara tawuran masih berlangsung dengan berat sebelah, di halaman markas Blantix itu. Saat..

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status