"Ahh..!" desah kecewa Shinta pun terdengar, karena merasa ayunan kenikmatannya terhenti tiba-tiba. Rasa kecewa dan galau pun harus ditelannya kembali malam itu. Kentang..! Brughk..! Aldo pun bergulir di sisi Shinta di atas ranjang empuk kamar mereka, dan tak lama pun lelaki itu tertidur pulas. 'Kapan aku akan merasakan kenikmatan itu..? Kenapa selalu begini..?!' bathin Shinta kesal dan penuh rasa penasaran. Ya, telah delapan tahun lebih dia menikah bersama Aldo. Namun cerita tentang orgasme seperti yang dialami oleh rekan-rekannya, baik di lingkungan rumah mau pun kampus tempatnya bekerja. Hal itu bagaikan sebuah dongeng belaka bagi Shinta..!Karena Shinta sama sekali tak pernah merasakan orgasme, seperti yang dikatakan oleh para rekan-rekannya itu. Shinta adalah seorang dosen di sebuah kampus cukup ternama di kota Gorbo. Sementara Aldo adalah seorang PNS yang cukup memiliki prospek di kantornya. Kadang mimpi basah di alami Shinta, walau hal itu sangat jarang sekali terjadi. Nam
"Ahh..!" seru Shinta terkejut dari lamunannya. Karena tanpa sadar sikunya yang bertumpu pada meja bergeser, hingga menggeser ponselnya yang berada di tepi meja melayang hendak jatuh ke lantai. Taph! Namun sebuah tangan cepat menangkap ponsel Shinta, hingga tak sampai menyentuh lantai. "Hati-hati ya Mbak," ujar Bimo tersenyum, seraya menyerahkan ponsel Shinta yang berhasil ditangkapnya. "Wah..! Hampir saja. Makasih ya Mas," ucap Shinta tersenyum lega, karena ponselnya tak sampai jatuh ke lantai. Bimo dan Shinta pun kembali lanjut dengan keasikkan dan renungan mereka masing-masing. Hingga masuklah tiga buah sepeda motor ke area parkir kedai itu. Nngnng..! Nnnggukk..! Citt..! Turunlah enam orang pemuda dari ketiga motor itu, yang memang ketiganya membonceng seorang rekan mereka. Keenam pemuda itu mengenakan jaket jeans yang seragam, dengan gambar laba-laba terlukis di belakang jaket mereka. Tertulis 'Road Spiders' dengan warna merah di tengah simbol laba-laba itu. 'Hhh..! Masala
Slakh..! Slikh..! ... Seth..!! Kelima rekan pemuda itu serentak berdiri dan cabut senjata bawaan mereka semua. Karambit, badik, knuckle, dan pisau lipat pun terhunus di tangan kelima pemuda brandal itu. "Diam di tempat..!!" Bimo berseru seraya kerahkan daya sugesti bathinnya. Seketika kelima pemuda itu pun mematung tak bergerak bagai arca, hanya mata mereka semua saja yang nampak terbelalak ngeri dan kaget. Lalu... Seth..! Plagh..! ... Plaagh..!! Bimo melesat dan bagikan tamparan kerasnya pada kelima pipi pemuda itu, dengan kerahkan sedikit saja tenaga dalamnya. "Arrghkss..!!!" Brugh! Brukh..! ... Bragkk..!! Diiringi teriakkan kesakitannya, kelima pemuda itu pun terhempas ambruk ke lantai kedai. Beberapa di antara mereka bahkan menghantam meja lebih dulu, sebelum akhirnya terkapar di lantai. Nampak pipi kelima pemuda itu merah merona, rasa berdenyar panas, nyeri, dan ngilu, langsung mereka nikmati bersama. Bahkan terlihat dua orang diantara mereka, sampai mengalirkan darah di
"Haihh..?! S-siapa kau sebenarnya Mas..?! K-kenapa kau seolah tahu masalah yang kuhadapi..?!" desis Shinta terkejut dan penasaran. "Maaf Mbak Shinta. Kebetulan aku memang berprofesi sebagai konsultan. Dan kalau Mbak percaya aku bisa membaca pikiran dan bisikkan hati orang," sahut Bimo pelan, seraya tersenyum tenang. "Aihh..!" sentak Shinta dengan sepasang mata terpana menatap Bimo. Shinta menilai memang ada yang luar biasa pada sosok Bimo. Hal yang nampak sejak pertarungan Bimo dengan keenam pemuda brandalan tadi. 'Namun membaca isi hati dan pikiran orang..?' bathin Shinta. Itu adalah kemampuan yang sangat luar biasa dan agak sulit diterima akal Shinta. Tapi melihat ketenangan dan senyum di wajah Bimo, Shinta pun mulai percaya dengan kemampuan Bimo itu. Terlebih dia sudah membuktikan sendiri, jika hal yang diucapkan Bimo sangat relevan dengan kondisi permasalahan yang dihadapinya. "Mas Bimo. Kau harus bertanggung jawab atas rasa penasaranku sekarang. Mas harus mau ikut denganku
Klaghk!“Aiihh..! Brengsek kau..!” seru terkejut marah seseorang di dalam kamar toilet. Saat seorang OB membuka begitu saja pintu kamar toilet itu. “Hahh..! Ma-maaf Bu Devi..!” Klekh!Bimo berseru terkejut bukan main, saat sepasang matanya melihat tubuh mulus setengah polos Devi, yang juga nampak buru-buru menarik celana bahannya ke atas.Namun tentu saja Bimo sempat melihat sepasang paha jenjang mulus, dan juga belahan belakang yang menonjol kencang menggoda milik Devi tadi.Cepat Bimo menutup kembali pintu kamar toilet itu dan melepas kedua earphone dari telinganya.Ya, karena mendengarkan musik di earphone itulah, telinganya jadi tak peka mendengar suara seseorang di dalam kamar toilet itu.“Celakalah aku..!” desis lirih Bimo dengan wajah panik dan cemas. Namun dia merasa harus tetap menanti Devi di luar kamar toilet, untuk menjelaskan kejadian yang tak disengaja itu.Klekh!Akhirnya Devi pun keluar dari kamar toilet itu dengan sepasang mata berkilat marah menatap Bimo.“Bimo..!
Bimo pun menghampiri kotak jati warisan itu dan langsung menjamahnya. “Ahks..!” Bimo berseru terkejut, saat merasakan tangannya bagai terkena setrum dan di jalari oleh ribuan semut.Namun sekuat tenaga Bimo bertahan tetap memegang erat kotak jati ukir itu. Hingga akhirnya hawa hangat bercampur dengan hawa sejuk yang menenangkan, terasa menggantikan rasa mengejutkan itu.‘Aku hampir saja lupa dengan kotak warisan leluhur warisan Kakek! Tak ada jalan lain lagi! Aku akan memakai warisan ilmu leluhurku ini! Tak peduli apapun resikonya..!’ batin Bimo bertekad.Klagh! Clapsh..!Bimo langsung membuka kotak jati ukir seukuran kotak sepatu itu, dan seberkas cahaya merah terang pun langsung memancar dari dalam kotak itu.Aroma kayu akar wangi dan cendana pun seketika menguar semerbak, di dalam kamar Bimo. Sungguh menebarkan hawa mistis yang kental, namun damai dan menenangkan bagi Bimo.Nampak sebuah benda bulat sebesar kelereng yang berpijar merah terang, berada di tengah sampul kitab tebal y
“Masuk..!” seru Budi dari dalam ruang kerjanya, setelah Bimo mengetuk pintu ruangan itu.“Selamat Pagi Pak Budi. Bapak memanggil saya?” ucap Bimo sopan.“Duduklah Bimo! Ada peringatan yang harus kaudengar dan perhatikan baik-baik!” ucap tegas Budi, dengan tatapan tajam ke arah Bimo.“Bimo! Aku mendapat laporan dari Bu Devi, tentang perilakumu yang ceroboh dan tak senonoh dalam bekerja! Karenanya aku langsung memberikan peringatan kedua padamu!”“Ahh! Langsung peringatan kedua Pak Budi..?” desah tegang Bimo bertanya.“Ya! Dan kau tahu artinya peringatan kedua itu Bimo..?! Sekali lagi kau membuat kesalahan, maka tak ada pilihan lain selain kau dipecat dan keluar dari kantor ini! Paham Bimo..?!”“Paham Pak Budi,” sahut Bimo, seraya memberanikan diri balas menatap wajah kepala personalia itu. Dan sebuah lintasan tentang Budi pun langsung tergambar jelas di benak Bimo.“Ahh..!” seru Bimo tanpa sadar. Hal yang tentu saja mengejutkan bagi Budi, pria berumur 39 tahun itu.“Kenapa kau terkejut
Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.Namun Bimo sendiri tak
"Haihh..?! S-siapa kau sebenarnya Mas..?! K-kenapa kau seolah tahu masalah yang kuhadapi..?!" desis Shinta terkejut dan penasaran. "Maaf Mbak Shinta. Kebetulan aku memang berprofesi sebagai konsultan. Dan kalau Mbak percaya aku bisa membaca pikiran dan bisikkan hati orang," sahut Bimo pelan, seraya tersenyum tenang. "Aihh..!" sentak Shinta dengan sepasang mata terpana menatap Bimo. Shinta menilai memang ada yang luar biasa pada sosok Bimo. Hal yang nampak sejak pertarungan Bimo dengan keenam pemuda brandalan tadi. 'Namun membaca isi hati dan pikiran orang..?' bathin Shinta. Itu adalah kemampuan yang sangat luar biasa dan agak sulit diterima akal Shinta. Tapi melihat ketenangan dan senyum di wajah Bimo, Shinta pun mulai percaya dengan kemampuan Bimo itu. Terlebih dia sudah membuktikan sendiri, jika hal yang diucapkan Bimo sangat relevan dengan kondisi permasalahan yang dihadapinya. "Mas Bimo. Kau harus bertanggung jawab atas rasa penasaranku sekarang. Mas harus mau ikut denganku
Slakh..! Slikh..! ... Seth..!! Kelima rekan pemuda itu serentak berdiri dan cabut senjata bawaan mereka semua. Karambit, badik, knuckle, dan pisau lipat pun terhunus di tangan kelima pemuda brandal itu. "Diam di tempat..!!" Bimo berseru seraya kerahkan daya sugesti bathinnya. Seketika kelima pemuda itu pun mematung tak bergerak bagai arca, hanya mata mereka semua saja yang nampak terbelalak ngeri dan kaget. Lalu... Seth..! Plagh..! ... Plaagh..!! Bimo melesat dan bagikan tamparan kerasnya pada kelima pipi pemuda itu, dengan kerahkan sedikit saja tenaga dalamnya. "Arrghkss..!!!" Brugh! Brukh..! ... Bragkk..!! Diiringi teriakkan kesakitannya, kelima pemuda itu pun terhempas ambruk ke lantai kedai. Beberapa di antara mereka bahkan menghantam meja lebih dulu, sebelum akhirnya terkapar di lantai. Nampak pipi kelima pemuda itu merah merona, rasa berdenyar panas, nyeri, dan ngilu, langsung mereka nikmati bersama. Bahkan terlihat dua orang diantara mereka, sampai mengalirkan darah di
"Ahh..!" seru Shinta terkejut dari lamunannya. Karena tanpa sadar sikunya yang bertumpu pada meja bergeser, hingga menggeser ponselnya yang berada di tepi meja melayang hendak jatuh ke lantai. Taph! Namun sebuah tangan cepat menangkap ponsel Shinta, hingga tak sampai menyentuh lantai. "Hati-hati ya Mbak," ujar Bimo tersenyum, seraya menyerahkan ponsel Shinta yang berhasil ditangkapnya. "Wah..! Hampir saja. Makasih ya Mas," ucap Shinta tersenyum lega, karena ponselnya tak sampai jatuh ke lantai. Bimo dan Shinta pun kembali lanjut dengan keasikkan dan renungan mereka masing-masing. Hingga masuklah tiga buah sepeda motor ke area parkir kedai itu. Nngnng..! Nnnggukk..! Citt..! Turunlah enam orang pemuda dari ketiga motor itu, yang memang ketiganya membonceng seorang rekan mereka. Keenam pemuda itu mengenakan jaket jeans yang seragam, dengan gambar laba-laba terlukis di belakang jaket mereka. Tertulis 'Road Spiders' dengan warna merah di tengah simbol laba-laba itu. 'Hhh..! Masala
"Ahh..!" desah kecewa Shinta pun terdengar, karena merasa ayunan kenikmatannya terhenti tiba-tiba. Rasa kecewa dan galau pun harus ditelannya kembali malam itu. Kentang..! Brughk..! Aldo pun bergulir di sisi Shinta di atas ranjang empuk kamar mereka, dan tak lama pun lelaki itu tertidur pulas. 'Kapan aku akan merasakan kenikmatan itu..? Kenapa selalu begini..?!' bathin Shinta kesal dan penuh rasa penasaran. Ya, telah delapan tahun lebih dia menikah bersama Aldo. Namun cerita tentang orgasme seperti yang dialami oleh rekan-rekannya, baik di lingkungan rumah mau pun kampus tempatnya bekerja. Hal itu bagaikan sebuah dongeng belaka bagi Shinta..!Karena Shinta sama sekali tak pernah merasakan orgasme, seperti yang dikatakan oleh para rekan-rekannya itu. Shinta adalah seorang dosen di sebuah kampus cukup ternama di kota Gorbo. Sementara Aldo adalah seorang PNS yang cukup memiliki prospek di kantornya. Kadang mimpi basah di alami Shinta, walau hal itu sangat jarang sekali terjadi. Nam
"Heii..! Lepaskan ak..Tukh! Yoga cepat membungkam teriakkan Lusi dengan sebuah totokkan di sisi leher wanita cantik itu. Seketika Lusi pun tak sadarkan diri dalam dekapan Yoga. Yoga langsung merangkul tubuh Lusi dengan sebelah tangannya saja, bagaikan tak ada beban sedikit pun. Yoga terus berjalan menghampiri sosok Edo yang terkapar. Lalu Yoga pun berjongkok di sisi tubuh Edo, dan... Tukh! "Ahhsk..! A-apa yang... hahh..!" Edo langsung menggeliat sadar. Dan dia pun tersentak gugup, saat melihat sosok Yoga begitu dekat dengan dirinya. Jlaghk! Yoga langsung menginjak dan menekan dada Edo, saat Edo hendak bangkit. Sementara tangan Yoga nampak mengepal, di selimuti cahaya hitam berkeredepan."Jangan coba-coba bangkit sebelum kau jawab pertanyaanku Edo..?!" seru tajam Yoga, dengan sepasang mata berkilat merah penuh ancaman. "Ahhkss..! K-katakan saja Yoga..!" seru Edo bergetar.Ya, nyali Edo kini sudah sampai pada titik terendah menghadapi Yoga. Dia sadar, jika saat itu kemampuannya
"Hahhh..?!!" seruan terkejut serentak terdengar dari kesebelas lawan Yoga, saat bumi yang pijak serasa bergetar, bergoyang, dan bergelombang keras akibat hunjaman kaki Yoga. Brughk! ... Brughk..!! Enam orang pengepung jatuh ambruk ke tanah. Akibat tak mampu menahan keseimbangan tubuhnya mengatasi gelombang tanah yang bergerak melingkar setinggi 30 cm itu. Dan itu baru jurus pembuka dari Yoga..! Dahsyat..! Keenam pengepung itu pun kembali bangkit perlahan, dengan nyali tinggal separuhnya melihat aksi Yoga. "Gilaa..!!" "Edaann..!!" "Ampunn..!!" Terdengar pula seruan-seruan kaget, takjub, dan juga gentar serta ngeri, dari seluruh kedua anggota gank yang menyaksikan kejadian itu. "Dahsyat Yoga..! Itu baru Bosku..!!" seru Jono memuji, sekaligus menyemangati Yoga. Hal itu tentu saja membuat para anggota Shadow bangga dan berbesar hati, walaupun terselip juga rasa ngeri di hati mereka terhadap Yoga.Ya, kini di dalam hati semua anggota gank Shadow bertekad, untuk setia dan patuh tan
"Heii..! I-itu Yoga..! T-tapi..?!" seru terkejut dan ngeri Raka, saat pandangannya melihat sepasang mata sosok Yoga yang pancarkan kilatan merah menyala. "Kalian semua diam dan tetaplah di situ..!! Biar aku yang membereskan gank Krapyax..!" seru menggeletar Yoga, penuh daya sugesti. "Baik Bos..!" seru Jono patuh. "Siap Boss..!!!" seru serentak para anggota gank Shadow. Ya, mereka semua bagai tersihir oleh seruan Yoga, yang memang dilambari daya sugestinya oleh Yoga. Hal yang membuat anggota gank Shadow bagaikan terhipnotis. Tak ada yang bergerak sama sekali dari seluruh anggota gank Shadow, semua terpaku di posisinya tanpa bergeming. Padahal nalar seluruh anggota gank Shadow masih berjalan. Namun tubuh mereka seolah tak mau bergerak sesuai dengan perintah otak mereka. Sungguh daya sugesti yang dahsyat..! Yoga memang sengaja berbuat itu, agar tak sampai jatuh korban dari anggota gank Shadow. Yoga merasa sanggup mengatasi gank Krapyax seorang diri saja. Terlihat sombong dan ang
Dan malam hari pun tiba. Nampak di sekitar markas gank Krapyax telah penuh dengan barisan motor, yang siap berangkat menyerang markas Shadow. Tercium semerbak aroma minuman keras di sekitar markas itu. Karena memang sebelum bersiap berangkat, para anggota gank Krapyax telah melakukan ritual rutin mereka. Menenggak miras..! Terhitung ada 37 motor lebih yang terus mainkan gas motor mereka, suara knalpot bronk pun meraung-raung bersahutan. Hal itu pun masih ditambah lagi dengan bunyi klakson motor yang melengking nyaring.Sungguh kebisingan yang sangat memekakkan telinga, dan mengganggu rasa ketentraman warga sekitar..! Berbagai jenis senjata tajam teracung, di tangan anggota yang duduk membonceng di atas motor rombongan itu. Mulai dari clurit sedang panjang, parang, klewang, hingga keris panjang. Sementara Edo nampak berada di barisan terdepan, dengan Lusi merangkul mesra Edo di boncengan motornya. Sungguh nekat memang wanita cantik bernama Lusi itu. Ya, sesungguhnya bukan tanpa
"Yoga..! Keluarlah kawan..! Daerah kita akan diserang Gank Krapyax nanti malam..!" seru Jono memanggil dari depan rumah Yoga.Ya, sudah sebulan lebih Yoga memang tak menampakkan dirinya di markas gank Shadow yang dipimpinnya. Dan Jono adalah wakilnya dalam gank itu. Sebenarnya sudah kerap kali Jono dan anggota gank Shadow lainnya mendatangi Yoga. Namun Yoga sama sekali tak merespon atau menjawab panggilan mereka. Walaupun mereka melihat bayangan sosok Yoga ada di dalam rumahnya itu. Dan tentu saja tak ada satu pun dari anggota gank Shadow yang berani mengusik Yoga. Karena mereka semua paham akan sifat dan watak Yoga. Karena tanpa diminta atau dipanggil pun biasanya Yoga pasti datang dan nongkrong di markas. Jika Yoga tak bergeming dari rumahnya, itu artinya Yoga memang sedang tak ingin diganggu.! Namun satu hal yang kini menjadi sebuah keanehan, bagi beberapa anggota gank Shadow yang pernah mendatangi rumah Yoga. Adalah adanya hawa dingin menusuk dan tatapan mengerikkan sepasang