"Heii..! Lepaskan ak..Tukh! Yoga cepat membungkam teriakkan Lusi dengan sebuah totokkan di sisi leher wanita cantik itu. Seketika Lusi pun tak sadarkan diri dalam dekapan Yoga. Yoga langsung merangkul tubuh Lusi dengan sebelah tangannya saja, bagaikan tak ada beban sedikit pun. Yoga terus berjalan menghampiri sosok Edo yang terkapar. Lalu Yoga pun berjongkok di sisi tubuh Edo, dan... Tukh! "Ahhsk..! A-apa yang... hahh..!" Edo langsung menggeliat sadar. Dan dia pun tersentak gugup, saat melihat sosok Yoga begitu dekat dengan dirinya. Jlaghk! Yoga langsung menginjak dan menekan dada Edo, saat Edo hendak bangkit. Sementara tangan Yoga nampak mengepal, di selimuti cahaya hitam berkeredepan."Jangan coba-coba bangkit sebelum kau jawab pertanyaanku Edo..?!" seru tajam Yoga, dengan sepasang mata berkilat merah penuh ancaman. "Ahhkss..! K-katakan saja Yoga..!" seru Edo bergetar.Ya, nyali Edo kini sudah sampai pada titik terendah menghadapi Yoga. Dia sadar, jika saat itu kemampuannya
"Ahh..!" desah kecewa Shinta pun terdengar, karena merasa ayunan kenikmatannya terhenti tiba-tiba. Rasa kecewa dan galau pun harus ditelannya kembali malam itu. Kentang..! Brughk..! Aldo pun bergulir di sisi Shinta di atas ranjang empuk kamar mereka, dan tak lama pun lelaki itu tertidur pulas. 'Kapan aku akan merasakan kenikmatan itu..? Kenapa selalu begini..?!' bathin Shinta kesal dan penuh rasa penasaran. Ya, telah delapan tahun lebih dia menikah bersama Aldo. Namun cerita tentang orgasme seperti yang dialami oleh rekan-rekannya, baik di lingkungan rumah mau pun kampus tempatnya bekerja. Hal itu bagaikan sebuah dongeng belaka bagi Shinta..!Karena Shinta sama sekali tak pernah merasakan orgasme, seperti yang dikatakan oleh para rekan-rekannya itu. Shinta adalah seorang dosen di sebuah kampus cukup ternama di kota Gorbo. Sementara Aldo adalah seorang PNS yang cukup memiliki prospek di kantornya. Kadang mimpi basah di alami Shinta, walau hal itu sangat jarang sekali terjadi. Nam
"Ahh..!" seru Shinta terkejut dari lamunannya. Karena tanpa sadar sikunya yang bertumpu pada meja bergeser, hingga menggeser ponselnya yang berada di tepi meja melayang hendak jatuh ke lantai. Taph! Namun sebuah tangan cepat menangkap ponsel Shinta, hingga tak sampai menyentuh lantai. "Hati-hati ya Mbak," ujar Bimo tersenyum, seraya menyerahkan ponsel Shinta yang berhasil ditangkapnya. "Wah..! Hampir saja. Makasih ya Mas," ucap Shinta tersenyum lega, karena ponselnya tak sampai jatuh ke lantai. Bimo dan Shinta pun kembali lanjut dengan keasikkan dan renungan mereka masing-masing. Hingga masuklah tiga buah sepeda motor ke area parkir kedai itu. Nngnng..! Nnnggukk..! Citt..! Turunlah enam orang pemuda dari ketiga motor itu, yang memang ketiganya membonceng seorang rekan mereka. Keenam pemuda itu mengenakan jaket jeans yang seragam, dengan gambar laba-laba terlukis di belakang jaket mereka. Tertulis 'Road Spiders' dengan warna merah di tengah simbol laba-laba itu. 'Hhh..! Masala
Slakh..! Slikh..! ... Seth..!! Kelima rekan pemuda itu serentak berdiri dan cabut senjata bawaan mereka semua. Karambit, badik, knuckle, dan pisau lipat pun terhunus di tangan kelima pemuda brandal itu. "Diam di tempat..!!" Bimo berseru seraya kerahkan daya sugesti bathinnya. Seketika kelima pemuda itu pun mematung tak bergerak bagai arca, hanya mata mereka semua saja yang nampak terbelalak ngeri dan kaget. Lalu... Seth..! Plagh..! ... Plaagh..!! Bimo melesat dan bagikan tamparan kerasnya pada kelima pipi pemuda itu, dengan kerahkan sedikit saja tenaga dalamnya. "Arrghkss..!!!" Brugh! Brukh..! ... Bragkk..!! Diiringi teriakkan kesakitannya, kelima pemuda itu pun terhempas ambruk ke lantai kedai. Beberapa di antara mereka bahkan menghantam meja lebih dulu, sebelum akhirnya terkapar di lantai. Nampak pipi kelima pemuda itu merah merona, rasa berdenyar panas, nyeri, dan ngilu, langsung mereka nikmati bersama. Bahkan terlihat dua orang diantara mereka, sampai mengalirkan darah di
"Haihh..?! S-siapa kau sebenarnya Mas..?! K-kenapa kau seolah tahu masalah yang kuhadapi..?!" desis Shinta terkejut dan penasaran. "Maaf Mbak Shinta. Kebetulan aku memang berprofesi sebagai konsultan. Dan kalau Mbak percaya aku bisa membaca pikiran dan bisikkan hati orang," sahut Bimo pelan, seraya tersenyum tenang. "Aihh..!" sentak Shinta dengan sepasang mata terpana menatap Bimo. Shinta menilai memang ada yang luar biasa pada sosok Bimo. Hal yang nampak sejak pertarungan Bimo dengan keenam pemuda brandalan tadi. 'Namun membaca isi hati dan pikiran orang..?' bathin Shinta. Itu adalah kemampuan yang sangat luar biasa dan agak sulit diterima akal Shinta. Tapi melihat ketenangan dan senyum di wajah Bimo, Shinta pun mulai percaya dengan kemampuan Bimo itu. Terlebih dia sudah membuktikan sendiri, jika hal yang diucapkan Bimo sangat relevan dengan kondisi permasalahan yang dihadapinya. "Mas Bimo. Kau harus bertanggung jawab atas rasa penasaranku sekarang. Mas harus mau ikut denganku
Splasshp..! "Sial kau Brajangkala..!" seru Bimo, saat merasakan pandangan matanya memerah. Lalu kesadarannya pun seketika memudar, berganti dengan hasratnya yang menyala-nyala pada Shinta. Ya, telah sebulan lamanya Ki Brajangkala tak datang dan merasuk ke dalam sukma Bimo. Hal yang tentu saja berada diluar dugaan Bimo sendiri, jika Ki Brajangkala akan datang merasukinya saat itu. "Hei..! K-kau kenapa Mas Bi.. Mmfhp..! Shinta menjadi terkejut, saat dia menatap mata Bimo yang berubah menjadi merah berkilat. Namun dia tak sempat meneruskan ucapannya, saat bibir indahnya langsung dilumat oleh Bimo yang kerasukkan Ki Brajangkala itu. Kedua tangan Shinta berusaha mendorong tubuh Bimo, agar dia bisa lepas dari dekapan eratnya. Namun tentu saja hal itu sia-sia, karena Bimo terlalu kuat bagi dirinya. Sementara Bimo akhirnya melembutkan lumatan bibirnya, pada bibir menggairahkan Shinta. Lalu tangannya mulai ikut merayap lincah namaun lembut, merayapi lekuk tubuh indah Shinta. Ya, sedemik
"Aiihhshhh..!!" Shinta mendesah keras dan panjang, dengan mulut ternganga dan mata terbeliak bergetar. Tubuh mulusnya nampak meregang dan tersentak sentak. Ya, sampai sudah Shinta di area kenikmatan, yang tak pernah dicapainya selama ini. Sungguh nyaman, lepas, dan tak terkatakan nikmatnya. Dan Ki Brajangkala yang ada di tubuh Bimo sangat hapal, dengan gelagat dan bau khas cairan kenikmatan Shinta yang membanjir itu. Hingga beberapa saat kemudian. "Ahhhsk..! Hhh.. hhh..!" Shinta pun kembali pada alam kesadarannya dengan nafas tersengal. Senyum kepuasan berbalur kelelahan pun terlukis di wajah jelita Shinta. Ya, Shinta kini merasa sangat bahagia, dia merasa telah menjadi wanita seutuhnya. Rasa nyaman dan hangat menyelimuti diri Shinya, walau terselip juga rasa bersalah terhadap suaminya. 'Tak kusangka akan setinggi ini rasa nikmat yang kudapatkan. Padahal Mas Bimo belum melakukan penetrasi sama sekali', bathin Shinta. "Bagaimana Shinta sayang. Apakah itu cukup..?" tanya Bimo
"Wah..! Asikk..! Om Bimo datang..!""Hore Om Bimo dtang..!" Seru anak-anak panti, saat mereka melihat kedatangan Bimo dengan motornya. Segera saja mereka berlarian keluar dari ruang tengah panti, meninggalkan begitu saja seorang gadis cantik yang tadinya di kerumuni anak-anak panti itu. 'Hmm. Siapa orang bernama Bimo itu..? Baru kali ini aku ditinggalkan begitu saja oleh anak-anak panti seperti ini', bathin gadis cantik itu, heran campur penasaran. "Haii..! Apa kabar semua adik-adik..?!" seru Bimo tersenyum hangat, seraya lambaikan tangannya ke arah anak-anak panti, yang berlarian mengerumuninya. Anak-anak panti pun berebutan menyalami tangan Bimo. Kendati Bimo masih berada di atas motornya saat itu. Bimo pun langsung turun dari motornya. Dia meraih seorang anak perempuan terkecil di antara kerumunan itu, lalu menggendongnya. Ya, belakangan ini Bimo memang lebih sering bepergian dengan mengendarai motornya. Bimo merasa lebih bebas dan luwes pergi kemanapun dia suka dengan moto
"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K
Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
"Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka
"Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai
"Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan
'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat