Share

Bab 84.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-01-16 10:12:51

Braghk..!

Anton menaruh surat perjanjian itu di atas meja dengan menggebrak,

“Silahkan Tuan semua yang di ruangan ini membaca, dan memeriksa keaslian surat perjanjian ini,” ucap Anton.

Beberapa orang saksi segera memeriksanya, dan menyatakan keaslian surat perjanjian Anton.

Bimo menerapkan aji Wisik Bathinnya, dia hendak menjenguk isi hati Anton saat itu. Bimo pun menatap Anton, yang juga sedang menatap Bimo dengan sinis.

‘Hhh! Anak muda kemaren sore berani bermain-main denganku.! Huhh! Menang ataupun kalah, kau tetap akan mati di tangan guruku atau pistol di tanganku, Bimo!’ bathin Anton.

‘Terbaca sudah niat busukmu Anton’, bathin Bimo.

Bimo pun menarik kembali aji wisik bathinnya.

“Ronny!” seru Anton.

Dan Ronny pun mulai mengocok dengan agak nervouz, karena taruhan kali ini begitu menegangkan baginya.

Bimo pun segera mengeluarkan aji Pembuka Tabir Kegelapan, sebuah ajian yang mampu membawa dirinya dan ornag di sekitarnya masuk dalam dimensi ghaib yang tergelap.

Sebuah ilm
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 85.

    Slaph..! Pyaarrshk..!!Bimo melesat cepat keluar melalui jendela kaca tebal ruang, yang telah pecah terhantam pukulannya. Kini Bimo berdiri di tengah halaman samping ‘Big House’, menanti Ki Sindulaga menyusulnya. Slaph! Pyarr! Ki Sindulaga mengikuti jejak Bimo, dengan menerobos pecah kaca jendela tebal di sisi luar ruang VIP. Kini nampak keduanya telah sama-sama berdiri di samping halaman ‘Big House’. *** Sementara itu, tiga jam sebelum pertarungan antara Bimo dan Ki Sindulaga terjadi. Ratri dan Wulan telah tiba di rumah orangtua mereka. Nampak terjadi kehebohan, saat Desi dan Wulan saling berlari mendekat, lalu berakhir dengan pelukkan hangat dan erat di antara keduanya. Mereka berdua menangis tersedu dalam pelukkan, Desi tersedu Wulan terisak, pipi keduanya membanjir dengan buliran bening air mata. “Mamahh! jangan tinggalin Desi lagi Mahh.! Huhuhuu!” seru Desi di antara sedu sedannya, sambil menyurungkan wajahnya di dada sang mamah. “Tidak! Desi sayang. Mamah janji nggak

    Last Updated : 2025-01-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 86.

    Scraatzzhk..! Jlegarrsshk..!...Seketika dari langit menyambar halilintar keemasan yang langsung menerpa Ki Naga Kencana di tangan Bimo. Krrtzzs..! Krretzz..!!Tampak sekumpulan lidah petir keemasan menyelubungi Ki Naga Kencana. Cahayanya berkeredepan sungguh menyilaukan mata. Bisa dipastikan daya tegangan ratusan kilo volt Guntur Kencana telah menyatu, pada bilah keris Ki Naga Kencana saat itu. Karena memang Ki Naga Kencana dan Guntur Kencana, merupakan satu paket dalam ajian pamungkas Bimo..!'Hahh..! Gila si Bimo itu..! Rupanya dia pemilik Ki Naga Kencana, yang sudah lenyap berabad silam..!' bathin Ki Sindulaga terkejut gentar. Namun Ki Sindulaga tentu saja sudah tak bisa mundur lagi dari medan laga. Nampak aliran listrik di sekitar perumahan The Rich berkelipan nyala mati, akibat terhisap oleh ajian Petir Nerakanya. "Matilah kau bocah.! Hiyaahh.!" Sprattzzhh..!! Lesatan kilatan energi listrik merah kehitaman mengarah pada Bimo. "Hiaahh..!" Spraatzzhks..!! Bimo berseru la

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 87.

    "Baik Mbak Ratri. Tapi baiknya kita mampir dulu ke rumahku," ujar Bimo. "Wah, baik Bimo. Apakah rumahmu jauh dari sini Bimo..?" "Tak jauh kok Mbak. Tak sampai 15 menit perjalanan juga kita akan sampai," sahut Bimo tersenyum. 'Asik..! Akhirnya aku bisa tahu rumahnya..!' bathin Ratri bersorak senang. "Bimo saja yang mengemudikan mobilku ya. Biar lebih cepat sampai," ujar Ratri. "Wah, sebaiknya Mbak Ratri saja yang mengemudikan mobilnya. A-aku belum belajar mengemudikan mobil," ujar Bimo agak jengah, denagan wajah kikuk. "Ahh..! Hihihii..! Tak apa Bimo. Baiklah aku saja yang mengemudi ya," sentak Ratri seraya tertawa geli. Ya, Ratri mengira Bimo pastinya bisa mengemudikan mobil, setelah melihat mobil berkelas Bimo waktu itu. Akhirnya mereka menuju ke rumah Bimo. Dan tak sampai 15 menit, mereka telah sampai di kediaman Bimo.Bimo pun langsung persilahkan Ratri duduk di teras rumahnya."Mbak Ratri tunggulah sebentar ya. Aku hanya mau berganti pakaian, dan membawa motorku saja.," uj

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 88.

    “Ohgghss.. Bimo..hs..! A.-akuh mau pipishh enaks..!” seru tertahan Ratri. Bibir merah merekahnya seolah kepedasan sambal. Tubuh Ratri makin kencang dan keras menghentak dan menggoyang dalam-dalam junior Bimo. Saat yang sama, Bimo juga merasakan sesuatu yang hendak memancar deras, dari dalam dirinya. Hentakkan-hentakkan ke atas pinggulnya pun semakin kuat, menyambut hunjaman keras ke bawah dari pinggul Ratri. Terlihat tubuh keduanya bagai sedang bergerak agak kaku dan kejang sambil menahan nafasnya. Hingga.. “Ohhssgh..! Bi..mo.sh! Akh-ku sampai..!” Tubuh Ratri pun menghujam keras dan dalam ke arah bawah, lalu tubuhnya melengkung kejang bak udang. Tessh..! Setetes liur Ratri jatuh ke dada Bimo, dari sudut bibirnya yang ternganga tersedak menahan nafas. "Ahhks..! Aku juga sampai Ra..trii..hs..! Arghsk..!" Bimo pun mengerang, dengan tubuh bergetar. Bagai bendungan yang hendak jebol diterjang gelombang tsunami. Bokong padat dan mulus milik Ratri terhentak-henta

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 89.

    "Wulan sayang. Bagaimana jika papah masih memiliki rumah dan juga perusahaan..? Akankah kalian akan menerima papah kembali?” tanya Rahadian. “Tentu saja iya Pah. Jika itu terjadi, kita pasti akan bersama lagi demi Desi,” ucap Wulan tegas. Walau dalam hati, Wulan merasa hal itu takkan mungkin terjadi. “Mah, kalau begitu mari kita kembali sayang. Semua ini berkat Mas Bimo itu Mah,” ucap Rahadian, sambil menyerahkan surat perjanjian terkutuk itu pada Wulan. “A..Apaa Pah..?!” seru kaget Wulan, sambil merebut surat itu dari tangan Rahadian.Wulan membaca surat perjanjian itu, lalu merobek-robeknya dengan penuh rasa emosi. Bergegas dia membuka pintu kamar dan berseru,“Desi..! Kita kembali ke rumah Nak!” seru Wulan, dengan pipi diguliri air mata keharuan dan rasa syukur. Brrmmm ! Ciitt..! Bimo pun tiba di rumah sakit, dia pun langsung menuju ke ruang rawat Rahadian. Nampak Ratri tengah duduk sendiri, di depan ruang rawat Rahadian. "Kenapa nggak masuk saja Mbak Ratri?" sapa Bimo ter

    Last Updated : 2025-01-18
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 90.

    Wrrrnngg..! Menjelang sore hari, sebuah helikopter landing di helipad yang berada di belakang kediaman Bimo. Turun Lidya, Hendra Winata, dan juga Ki Sabdo dari helikopter itu. Sementara Bimo, pak Adi dan istrinya menanti di luar area helipad, menyambut kedatangan mereka."Hai Mas Bimo..! Terkejut dengan kedatangan kami yang tiba-tiba ya..?" seru Lidya seraya tersenyum manis."Halo Lidya, tumben datang tanpa pemberitahuan. Mari kita masuk saja ke dalam Lidya, Pak Hendra, Ki Sabdo," sahut Bimo tersenyum, seraya mempersilahkan mereka semua masuk ke kediamannya. "Senang bertemu kembali denganmu Bimo..!" seru senang Hendra. "Senang juga kembali bertemu Pak Hendra dan Ki Sabdo," ujar Bimo tersenyum anggukkan kepala. Bu Sum dan pak Adi langsung menuju ke ruang belakang, sementara Bimo dan ketiga tamunya itu langsung duduk di ruang tengah. "Sepertinya ada hal penting yang dibawa Pak Hendra kali ini ya," ujar Bimo tenang. Setelah mereka semua duduk di ruang tengah kediamannya. "Tak sa

    Last Updated : 2025-01-20
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 91. Kemunculan Yoga

    Namun pertanyaan Lidya itu, seketika malah mengingatkan Bimo pada sosok Devi. Sosok yang masih ada di hatinya hingga saat itu. Bimo langsung berniat menghubungi Devi setelah Lidya pulang nanti. Ya, hati Bimo mendadak merasa begitu rindu, pada Devi malam itu. Tin..! Tinn..! Suara klakson mendahului masuknya sebuah sedan audi hitam, yang langsung parkir di halaman sisi teras kediaman Bimo. "Malam Non Lidya, Mas Bimo," sapa pak Sarman sopan, setelah dia turun dari mobilnya. "Malam Pak Sarman," sahut Bimo tersenyum ramah, seraya anggukkan pelan kepalanya. Sementara Lidya hanya tersenyum pada pak Sarman. Ya, Lidya memang telah meminta pak Sarman untuk menjemputnya di situ, setelah ayahnya dan Ki Sabdo pulang tadi. "Sepertinya aku harus kembali ke rumah sekarang Mas Bimo. Pak Sarman sudah datang menjemputku," ujar Lidya agak enggan. Ya, sesungguhnya Lidya masih menikmati kebersamaannya dengan Bimo. Namun sayangnya, banyak acara dan kegiatan di kantor yang harus d

    Last Updated : 2025-01-21
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 92.

    "Haph!" tanpa ragu Yoga langsung menelan Mustika Naga Hitam yang berpijar itu. "Kkghsk..!" sedak Yoga, karena tenggorokkan Yoga terasa panas membara, dan seolah hendak meledak saat itu..! Namun Yoga tetap bertahan sekuat dayanya, sementara rasa sakit, panas, dan nyeri, kian menggila dirasakannya. Ya, keinginan untuk menjadi sakti dan berjaya menguatkan mental Yoga, untuk tetap bertahan dalam rasa yang menyiksanya itu. 'Lebih baik aku mati..! Daripada terus hidup sebagai brandal kampung seperti ini..!' trkad batin Yoga. Hingga..."Arkhsg..!" Plekh..! Brughk..! Yoga pun akhirnya tumbang dan jatuh tak sadarkan diri di lantai kamar. Akibat tak kuat menahan batas kesadarannya, dalam siksaan rasa sakit itu. *** Sementara Devi tengah termenung di kamarnya malam itu. Dipandanginya wajah Bimo yang ada di galery ponselnya. Ya, gambar itu memang Devi ambil diam-diam di lobi rumah sakiat. Pada saat Bimo menemaninya ke rumah sakit menemui Tante Mira dulu. 'Mas Bimo. Lama sekali kau tak

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 155.

    "Aihh..! A-ada apa dengan Nenek Vivian Mah..?!" Lidya tersentak kaget, mendengar isakkan ibunya di ponsel. Dia pun langsung menduga ada hal buruk yang telah terjadi, dengan sang Nenek yang disayanginya itu. "Mamah Vivian telah meninggal Lidya.." "Tidakk..! Nenek..!" Klikh..! Lidya pun langsung mematikan panggilan Helga, seraya langsung bergegas balik kembali ke arah garasinya. "Non..! A-ada apa Non Lidya..?!" seru kaget, cemas, dan panik Bi Inah. Dia melihat Lidya yang baru saja masuk ke rumah, lalu berseru keras dan langsung berlari kembali ke garasi. Brrmm..! Ngnngg..! Lidya kembali mengeluarkan audi hitamnya dari garasi, dan langsung melaju kembali di jalan raya. Bahkan tanpa dia sempat berganti pakaian kerjanya. Ya, Nenek Vivian adalah orang yang paling dekat dengan Lidya, sebelum Lidya masuk ke lingkungan bisnis ayahnya. Bahkan kedekatannya dengan sang nenek itu, melebihi kedekatannya dengan orangtuanya sendiri. 'Nenek..! M-maafkan Lily Nek..! Lily terlalu sibuk dengan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status